87
Ilustrasi galon air minum. (Istimewa)
07:44
16 Januari 2025
Awas Bahaya Bakteri E.coli, Masyarakat Harus Cermat Pilih Depot Air Isi Ulang
Saat ini banyak hadir di masyarakat, depot isi ulang air minum kemasan galon. Depot isi ulang air galon ini jadi pilihan karena harganya memang murah. Ambil contoh, air galon kemasan milik merek paling populer di Indonesia saat ini sudah dijual di harga Rp 27 ribu per galon. Sementara di depot air isi ulang, ada yang masih menjual dengan harga Rp 5.000 saja per isi ulang segalon penuh. Kebayang, kan berapa selisih harganya. Bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah, selisih uang segitu jelas bisa dimanfaatkan untuk banyak hal alih-alih membeli air galon baru bermerek. Namun masyarakat juga perlu tahu, tidak boleh asal memilih depot air isi ulang. Sebab salah-salah, bisa menyebabkan bahaya kesehatan. Paling sering adalah terkena bakteri E.coli Bakteri E.coli (Escherichia coli) adalah bakteri yang hidup di usus manusia dan hewan. Sebagian besar bakteri E. coli tidak berbahaya, bahkan membantu mencerna makanan dan menghasilkan vitamin. Namun, ada beberapa jenis E.coli yang dapat menyebabkan penyakit. Bakteri E.coli dapat menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, demikian juga alat penyulingan air minum di depot isi ulang yang tidak terjaga kebersihannya.. Jika Anda terpapar bakteri E.coli, akan langsung merasakan dampaknya seperti diare, sakit perut, mual, muntah, demam, sesak dan batuk. Bahaya, kan. Tanggap akan isu tersebut di masyarakat, Asosiasi Depot Air Minum Indonesia (Asdamindo) menekankan pentingnya penerapan standar higienitas yang ketat di depot air minum isi ulang guna menjamin kesehatan masyarakat. Hal ini juga menjadi perhatian seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air minum isi ulang dan perlunya menjaga kualitas higienitasnya. Berdasarkan Surveilans Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan pada Desember 2024, ditemukan masih banyak air minum isi ulang yang terkontaminasi bakteri E.coli. Dosen dan Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr. Ardini S. Raksanagara, dr., MPH, menyoroti dampak serius dari kontaminasi tersebut terhadap kesehatan masyarakat. “Di dalam air minum yang dikonsumsi, tidak boleh ada bakteri E.coli satu pun. Jadi kebayang kan bagaimana harus bersihnya mulai dari sumber air bakunya, kemudiang proses pengolahannya, hingga masukbke galon untuk dikonsumsi oleh masyakarat,” ujar dr. Ardini melalui keterangannya. Menurutnya, pelaku usaha depot air minum isi ulang harus memperhatikan kebersihan lingkungan operasionalnya, termasuk memastikan area depot bebas dari sampah, tikus, kecoa, dan faktor lain yang berpotensi dapat mencemari air. "Lantai depot harus kedap air dan bebas dari jamur, karena spora dari jamur dapat menimbulkan risiko kesehatan serius bahkan menyebabkan kematian," tambah dr. Ardini, merujuk pada kasus serupa di India. Aspek higienitas ini sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 14 Tahun 2021, yang mewajibkan depot air minum isi ulang untuk menjaga kebersihan fasilitas, menghindari genangan air, dan memastikan lokasi depot bebas dari banjir, bau, asap, debu, dan kotoran. Selain itu, regulasi ini juga mengatur prosedur spesifik pembersihan galon, termasuk penyikatan bagian dalam galon selama 30 detik dan pembilasan selama 10 detik menggunakan air hasil produksi. Sebagai upaya meningkatkan standar industri, Asdamindo menyelenggarakan program seminar dan pelatihan bertajuk “Manajemen Higiene Sanitasi bagi Pelaku Usaha Depot Air Minum se-Indonesia serta Pengawasan dan Penegakan Hukumnya Sesuai dengan Kaidah Keamanan Pangan dan Persaingan Usaha yang Sehat.” Erik Garnadi, Ketua Asdamindo, menyatakan bahwa program seminar dan pelatihan ini merupakan komitmen Asdamindo dalam meningkatkan standar industri air minum isi ulang dan menjaga kesehatan masyarakat. "Operator yang teredukasi akan menghasilkan praktik yang lebih aman, yang pada akhirnya melindungi kesehatan masyarakat. Kami berkomitmen untuk memastikan semua operator depot memahami dan menerapkan standar higienitas dengan benar," ujar Erik. Ia juga menghimbau pemilik depot untuk bersikap transparan kepada konsumen terkait proses pengolahan air, masa berlaku alat disinfeksi, jadwal penggantian filter, serta sumber dan kualitas air baku. Di sisi lain, konsumen diimbau untuk pro-aktif menanyakan informasi ini guna memastikan keamanan dan kualitas air yang akan dikonsumsi. Erik juga menghimbau pemilik usaha depot air minum isi ulang untuk selalu memberikan informasi yang transparan kepada konsumen sebagaimana yang sudah diatur oleh Kementerian Kesehatan. (*)
Editor: Dinarsa Kurniawan
Tag: #awas #bahaya #bakteri #ecoli #masyarakat #harus #cermat #pilih #depot #ulang