Mengenal Prosedur Transplantasi Ginjal, Bisa Gagal Bahkan Anak-anak Sudah Banyak yang Terkena Gagal Ginjal!
Ilustrasi: Prosedur medis transplantasi ginjal. (Istimewa).
14:18
26 November 2024

Mengenal Prosedur Transplantasi Ginjal, Bisa Gagal Bahkan Anak-anak Sudah Banyak yang Terkena Gagal Ginjal!

- Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting di dalam tubuh kita. Karena itu, apabila mengalami kerusakan ginjal atau gagal ginjal dan tidak dapat disembuhkan, tindakan medis berupa transplantasi organ ginjal akan diperlukan.   Transplantasi ginjal sendiri merupakan tindakan medis berupa penggantian organ ginjal yang telah rusak dengan ginjal sehat dari pendonor. Biasanya, pasien dengan keluhan gagal ginjal kronis yang sudah memasuki stadium akhir membutuhkan tindakan tersebut.   Transplantasi organ ginjal atau sering disebut dengan cangkok ginjal merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengganti ginjal rusak dengan ginjal sehat.  

  Tujuan transplantasi organ ginjal ini juga untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit serius lainnya, seperti gangguan elektrolit, penumpukan cairan berlebih (seperti asites atau edema paru), hingga penyakit jantung dan pembuluh darah.   Ginjal sehat di dalam prosedur pencangkokan ginjal ini didapatkan dari pendonor yang sudah memenuhi syarat tertentu secara medis. Di samping itu, tingkat keberhasilan pencangkokan ginjal juga tergantung dengan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Maka dari itu, doktera perlu mempertimbangkan hal-hal tertentu sebelum melakukan pencangkokan ginjal.   Setelah melakukan prosedur, pasien transplantasi ginjal sudah tidak perlu lagi melakukan cuci darah seumur hidup. Namun mengingat adanya risiko penolakan dan efek samping akibat obat-obatan, pasien tetap perlu melakukan perawatan pasca transplantasi ginjal agar tetap sehat.   Terkait dengan transplantasi ginjal, Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH, FINASIM dari Siloam ASRI menjelaskan, banyak tantangan dan variabel yang menyebabkan transplantasi ginjal gagal dilakukan.   Meskipun RS Siloam ASRI mengklaim telah meraih banyak kesuksesan dalam transplantasi ginjal, berbagai tantangan tetap ada. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan jumlah ginjal yang tersedia, baik dari pendonor hidup maupun pendonor yang telah meninggal dunia (jenazah).    Saat ini, jumlah pasien gagal ginjal yang membutuhkan transplantasi ginjal sangat tinggi, sementara jumlah pendonor yang tersedia sangat terbatas.   

  “Menumbuhkan kesadaran dalam upaya mengatasi masalah donor ginjal yang terbatas, masyarakat perlu memahami tentang pentingnya donor ginjal dari jenazah, yang meskipun sudah diatur dalam undang-undang, masih kurang diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia,” sebut dr. Endang baru-baru ini di Jakarta.   Tantangan lainnya adalah risiko penolakan ginjal oleh tubuh penerima. RS Siloam ASRI mengatasi ini dengan tim ahli dalam mengelola pasien yang mengalami reaksi penolakan, dengan menggunakan obat imunosupresan dan pemantauan yang ketat untuk mencegah penolakan ginjal.    Tim medis juga mengedukasi pasien tentang pentingnya kepatuhan pada pengobatan dan gaya hidup sehat untuk menjaga fungsi ginjal yang baru.   Selain potensi gagal dan tantangannya yang besar, fakta menarik lainnya dari prosedur medis transplantasi ginjal yang sudah dilakukan oleh Siloam ASRI adalah kenyataan bahwa saat ini, banyak anak-anak sudah mengalami kerusakan ginjal di usia dini.   Pada kesempatan wawancara lainnya, dr. Ina Zarlina, Sp.A (K), salah satu dokter spesialis anak yang baru-baru ini berhasil melakukan transplantasi anak di RS Siloam ASRI. dr. Ina menyebutkan bahwa pada anak-anak, penyebab penyakit ginjal kronis (PGK) yang berujung pada kebutuhan transplantasi ginjal sering kali berbeda dibandingkan pada orang dewasa.    “Sekitar 30% dari kasus PGK pada anak-anak disebabkan oleh kelainan bawaan, seperti kelainan glomerulus yang memengaruhi fungsi ginjal. Ini termasuk gangguan genetik dan malformasi ginjal yang hadir sejak lahir. Selain itu, penyakit ginjal pada anak-anak juga sering kali berhubungan dengan infeksi atau gangguan metabolik yang belum terdeteksi sejak dini,” sebut dr. Ina.   Salah satu tantangan terbesar dalam transplantasi ginjal pada anak adalah pencarian pendonor yang cocok, mengingat kebutuhan untuk menyesuaikan ukuran ginjal dan dosis obat imunosupresan dengan kondisi tubuh anak yang masih berkembang.   

  Selain itu, terapi pengganti ginjal seperti cuci darah (hemodialisis) atau Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) juga menjadi alternatif, meski tidak optimal dalam jangka panjang.   Transplantasi ginjal pada anak disebut memerlukan alat yang disesuaikan dengan ukuran tubuh mereka, baik untuk hemodialisis maupun CAPD, sehingga menambah kompleksitas prosedur dan memerlukan perhatian khusus dari spesialis anak.    RS Siloam ASRI menyediakan layanan CAPD untuk anak-anak, yang tujuannya adalah untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi anak-anak dengan penyakit ginjal kronis. Penggunaan terapi pengganti ginjal harus dipertimbangkan dengan cermat karena berdampak pada tumbuh kembang anak.

Editor: Bintang Pradewo

Tag:  #mengenal #prosedur #transplantasi #ginjal #bisa #gagal #bahkan #anak #anak #sudah #banyak #yang #terkena #gagal #ginjal

KOMENTAR