Jadi Penyebab Kebutaan Terbesar Kedua, Ketahui Faktor Risiko Glaukoma dan Kapan Lakukan Skrining
DETEKSI DINI GLAUKOMA. Tenaga medis dari rumah sakit mata Dr Yap melakukan pemeriksaan mata kepada salah satu warga yang mengikuti pemeriksaan dini glaukoma di Puskemas Gondokusuman I, Kota Yogyakarta, Rabu (14/3/2018). Deteksi dini glaukoma yang dilakukan secara gratis kepasa 100 orang warga tersbeut diadakan dalam rangka peringatan pekan glaukoma sedunia sebagai bentuk peringkatan pengetahuan masyarakat akan penyakit yang menjadi penyebab kebutaan permanen no satu didunia. TRIBUN JOGJA/HAS
02:20
28 Maret 2024

Jadi Penyebab Kebutaan Terbesar Kedua, Ketahui Faktor Risiko Glaukoma dan Kapan Lakukan Skrining

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak. Baik di seluruh dunia maupun di Indonesia dan bersifat permanen.

Glaukoma menyumbang 12,3 persen dari total kasus kebutaan.

Di dunia, dari 39 juta kasus kebutaan, sebanyak 3,2 juta disebabkan glaukoma.

Di Indonesia, 4 sampai 5 orang dari 1.000 orang menderita glaukoma.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui faktor risiko glaukoma agar lebih waspada.

Dokter spesialis mata Dr. Fifin Luthfia pun menjelaskan beberapa faktor risikonya.

Pertama, kasus glaukoma pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Kedua, kasus glaukoma pada ras kulit hitam lebih banyak dibandingkan ras kulit putih.

"(Ketiga) glaukoma juga merupakan penyakit degeneratif sehingga risikonya meningkat seiring bertambahnya usia," ungkapnya pada laman resmi Kementerian Kesehatan dilansir, Rabu (27/3/2024).

Faktor lain yang berperan adalah riwayat glaukoma dalam keluarga.

Lalu status efraksi seperti miopia dan hipermetropia, serta penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan hipotensi.

Orang dengan faktor risiko diimbau untuk melakukan skrining.

Dokter Spesialis Mata Dr. dr. Evelyn Komaratih, SpM (K) Dr. Evelyn, menekankan pentingnya skrining glaukoma sebagai deteksi dini untuk meminimalisir kehilangan fungsi penglihatan.

World Glaucoma Week 2024 menganjurkan skrining menggunakan patokan usia, yaitu usia di bawah 40 tahun sebanyak 2-4 tahun sekali.

Usia 40-60 tahun sebanyak 2-3 tahun sekali, usia lebih dari 60 tahun sebanyak 1-2 tahun sekali.

“Tentunya ini hanya patokan karena akan ada faktor risiko, kemudian keluhan, hasil pemeriksaan, tentunya itu akan berbeda-beda setiap pasien,” kata Dr. Evelyn.

Glaukoma kronis tidak menimbulkan gejala. Berbeda dengan glaukoma akut yang menimbulkan gejala.

Seperti mata merah, nyeri pada mata, pandangan kabur, mual dan muntah, melihat pelangi atau lingkaran cahaya, dan penyempitan lapang pandangan.

“Yang khas itu melihat pelangi atau lingkaran cahaya, jadi gambarannya itu pas hujan kita naik mobil kita melihat dari jendela lampu di luar itu di sekitarnya ada gambaran warna-warna pelangi itu yang menjadi ciri khas orang glaukoma pada saat tekanannya tinggi,” ungkap Dr. Evelyn.

Editor: Bobby Wiratama

Tag:  #jadi #penyebab #kebutaan #terbesar #kedua #ketahui #faktor #risiko #glaukoma #kapan #lakukan #skrining

KOMENTAR