Banyak Pelari Muda Alami Keluhan Berat, Dokter Beberkan Tanda Bahaya yang Sering Diabaikan
Ilustrasi lari maraton. Banyak pelari muda tumbang saat race ekstrem, dokter mengingatkan bahwa persiapan fisik, mental, dan kesehatan jantung tak bisa ditawar.(SHUTTERSTOCK/CANETTI)
14:48
9 Desember 2025

Banyak Pelari Muda Alami Keluhan Berat, Dokter Beberkan Tanda Bahaya yang Sering Diabaikan

Keluhan kesehatan berat kini semakin sering muncul pada peserta race usia muda.

Menurut dr Iwan Wahyu Utomo, AIFO.K, banyak pelari menyepelekan persiapan sehingga tubuh bekerja di luar kapasitas optimal.

“Banyak yang belum paham kemampuan dirinya. Padahal jantung itu hanya bisa memberi sinyal kalau dia capek,” ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, Senin (8/12/2025).

Iwan menegaskan, race, terutama dengan cuaca ekstrem, memiliki risiko berat jika pelari tidak mempersiapkan diri secara fisik dan mental.

Race bukan fun run, persiapan minimal 2–3 bulan

Menurut Iwan, ajang seperti maraton, half-maraton, atau trail run membutuhkan persiapan panjang. Latihan dilakukan minimal 2–3 bulan agar tubuh beradaptasi dengan beban fisik.

“Makanya event seperti itu enggak ada tiap bulan. Pelari harus mempersiapkan diri dulu,” katanya.

Selain latihan rutin, pelari dianjurkan berlatih di kondisi yang menyerupai race, seperti lingkungan dengan kadar oksigen rendah dan cuaca panas yang berpotensi memicu heat stroke.

Jika tidak terbiasa, tubuh akan mengalami gejala seperti pusing, mual, hingga kolaps akibat rendahnya oksigen yang masuk.

Strategi lari jadi penentu

Iwan menjelaskan, banyak pelari muda yang terbawa emosi saat start, ingin cepat lepas dari kerumunan atau mengejar lawan. Pola ini justru salah.

“Enggak boleh langsung bakar di awal. Itu bikin jantung kaget, otot kaget, suhu tubuh naik,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya pacing strategy, yaitu:

  • Memulai lari lebih pelan
  • Menjaga ritme agar energi tidak habis di awal
  • Meminimalkan produksi asam laktat yang bisa membuat otot cepat lelah

Berlari zig-zag untuk mencari ruang juga menguras energi lebih banyak dan meningkatkan risiko cedera.

Iwan menyebut pola tidur adalah salah satu hal terpenting. Banyak pelari terlalu bersemangat hingga tidak tidur menjelang race.

Heart rate bisa langsung tinggi kalau kurang tidur,” ucapnya.

Ia menyarankan pelari memiliki “tabungan tidur” beberapa hari sebelum hari-H, karena fisik jadi lebih stabil, mental lebih baik, dan risiko kolaps dan gangguan jantung lebih rendah.

Pola makan juga harus diperhatikan agar tidak muncul gangguan pencernaan yang dapat menghambat performa saat lari.

Tanda bahaya yang harus dikenali

Menurut Iwan, pelari harus langsung berhenti jika mengalami:

  • Nyeri dada hebat yang menjalar ke punggung, bahu, atau lengan
  • Sesak napas ekstrem
  • Jantung berdebar tidak teratur
  • Pandangan kabur atau berputar
  • Keringat dingin
  • Mual dan muntah
  • Kelelahan ekstrem hingga sulit melangkah
  • Kebiruan di ujung jari

“Kalau sudah seperti itu, stop. Jangan diteruskan,” tegasnya.

Jika kondisi dibiarkan, pelari bisa kolaps dan kehilangan respons.

Tag:  #banyak #pelari #muda #alami #keluhan #berat #dokter #beberkan #tanda #bahaya #yang #sering #diabaikan

KOMENTAR