Cegah Kematian karena Syok, Pahami Lagi 3 Fase Penting Demam Berdarah Dengue pada Anak
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman di Indonesia.
05:13
4 November 2025

Cegah Kematian karena Syok, Pahami Lagi 3 Fase Penting Demam Berdarah Dengue pada Anak

Demam Berdarah Dengue (DBD) memang masih menjadi penyakit yang menghantui Indonesia. Khususnya ketika memasuki musim hujan yang dapat memperluas penularan penyakit seperti dengue karena cepatnya perkembangbiakan nyamuk.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Indonesia masih menyumbang sekitar 66 persen kematian akibat dengue di Asia tahun lalu. Sekaligus menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus tertinggi di kawasan Asia pada 2024.

Jika dilihat tren kasus dalam beberapa tahun terakhir, kasus Dengue di Indonesia juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada 2023, demam dengue terda[at 114.720 kasus. Lalu melonjak menjadi 257.271 kasus pada 2024. Situasi sampai 28 Oktober 2025, telah dilaporkan 131.393 kasus dan 544 kematian. Tak terkecuali pada anak-anak.

Bahkan, anak-anak termasuk dalam kelompok paling rentan terinfeksi dengue dengan risiko tinggi yang bisa berdampak pada kematian. Dipaparkan Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada 2024, sekitar 43 pesen kasus dengue terjadi pada golongan usia kurang dari 14 tahun. Dengan proporsi kematian terbesar yaitu 53 persen terjadi pada golongan usia 5-14 tahun.

“Penyebab kematian tersering adalah syok atau renjatan yang terjadi pada hari ke 4-5 demam,” ujar Prof Hartono dalam acara media briefing bertajuk Urgensi dan Kepemimpinan Indonesia dalam Perjuangan Melawan Dengue baru-baru ini di Jakarta.

Untuk itu, sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui dan memahami pencegahan hingga fase kritis demam berdarah dengue itu seperti apa. Terlebih sampai saat ini masih belum ada obat khusus untuk menyembuhkan anak atau pasien dari infeksi dengue.

“Pencegahan, diagnosis  dini dan intervensi segera tepat waktu sangat penting dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas DBD,” tukasnya.

Para pembicara dalam acara media briefing bertajuk Urgensi dan Kepemimpinan Indonesia dalam Perjuangan Melawan Dengue baru-baru ini di Jakarta. (IST)

Lantas bagaimana pencegahannya? Pastinya tetap menjaga kebersihan lingkungan dan menjalankan program 3M plus terutama di musim hujan penting untuk mengurangi populasi nyamuk. Lalu, penting untuk imunisasi bagi anak-anak yang memenuhi syarat mulai usia empat tahun, memberikan perlindungan terhadap virus dengue.

Jika anak telah menderita demam, Prof. Hartono menekankan,  orang tua memiliki peran sentral dalam membawa anak berobat segera. Sebab, keterlambatan diagnosis dan intervensi berperan dalam terjadinya DBD yang berat.

3 Fase DBD

Diungkapkan Prof Hartono, DBD memiliki tiga fase penting dalam perjalanannya. Pertama yakni Fase demam, di mana biasanya terjadi pada 1-3 hari pertama. Lalu fase kedua adalah fase kritis pada hari ke- 4 dan 5. Lalu fase ketiga pad hari ke-6-7 adalah fase penyembuhan.

Dirinya mengingatkan kembali, apabila demam turun pada hari 4-5 bukan berarti sembuh 100 persentapi perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya syok. “Orang tua perlu berhati-hati dan waspada terhadap adanya syok dalam fase kritis. Bila anak tampak lemas, pucat, kaki tangan dingin, nyeri perut hebat perlu segera berobat ke fasyankes terdekat,” tukasnya.

Target Zero Dengue Deaths 2030

Data Kementerian Kesehatan di atas menunjukkan dengue merupakan ancaman yang terus meningkat di Indonesia. Mengingat kondisi cuaca saat ini, risiko penularan dengue berpotensi meningkat, dengan jumlah daerah endemis naik menjadi 471 pada 2025. Bahkan hampir semua kabupaten/kota telah melaporkan kasus, meski beberapa bersifat sporadis.

Namun, di tengah tantangan menghadapi DBD, Kemenkes tetap berkomitmen untuk menanggulangi dengue dan mewujudkan target global serta Nasional untuk mencapai Nol Kematian Akibat Dengue pada 2030. Tentunya, target nol kematian akibat dengue membutuhkan kolaborasi berkelanjutan di semua sektor untuk mempercepat inovasi, memastikan akses yang adil terhadap solusi pencegahan Dengue, dan membangun ketahanan masyarakat.

Diungkapkan dr. Prima Yosephine, MKM, Pelaksana Harian Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, selama beberapa tahun terakhir, Indonesia terus mengintensifkan upaya penanggulangan Dengue melalui pendekatan komprehensif multi-sektoral. Sesuai dengan Strategi Nasional (STRANAS) Penanggulangan Dengue 2021–2025, Kementerian Kesehatan, bersama dengan pemerintah daerah, WHO, perhimpunan medis, akademisi, dan mitra sektor swasta, telah memperkuat surveilans, pengendalian vektor, peningkatan kesadaran masyarakat, serta perluasan akses terhadap langkah-langkah pencegahan dan perlindungan.

Dalam kesempatan yang sama, jelas dr. Asik Surya, MPM, Ketua Harian Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue, mengungkapkan, selain tindakan pencegahan lewat kampanye dan vaksinasi, mempertahankan tren penurunan kasus dan mewujudkan visi Indonesia Bebas Kematian Akibat Dengue pada 2030 juga memerlukan kepemimpinan yang kolaboratif.

“Tak hanya kolaboratif, tapi visioner, dan berorientasi aksi, dalam arti mampu menyatukan lintas sector, menjembatani ilmu dan kebijakan, serta menggerakkan masyarakat secara masif, terorganisir, terukur, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Tapi kepemimpinan ini tidak hanya fokus pada pemerintahan, tapi juga komunitas, akademik, dan sosial, untuk memastikan setiap inovasi dan kebijakan diterjemahkan menjadi tindakan nyata di lapangan. Hanya dengan kepemimpinan yang kuat, konsisten, dan berbasis data, negara dapat beralih dari pendekatan reaktif menuju sistem prediktif dan preventif yang benar-benar menurunkan kematian akibat dengue secara berkelanjutan.

Sementara itu, sebagai perusahaan kesehatan global yang berkomitmen pada inovasi berbasis sains dan kolaborasi lintas sektor, Takeda terus mendukung upaya nasional dalam memerangi dengue. “Kami bangga dapat menjadi bagian dari perjalanan penting ini dalam melindungi kesehatan masyarakat Indonesia. Sebagai wujud komitmen berkelanjutan perusahaan dalam memerangi dengue, Takeda siap berdampingan dengan seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat upaya pencegahan dan pengendalian dengue, serta bersama-sama mewujudkan target Zero Dengue Deaths by 2030,” tutup Derek Wallace.

Editor: Nurul Adriyana Salbiah

Tag:  #cegah #kematian #karena #syok #pahami #lagi #fase #penting #demam #berdarah #dengue #pada #anak

KOMENTAR