Menkes: Vaksin TBC M72 Tak Berbahaya, Sudah Lewati Tahap Risiko
Ilustrasi vaksin. Indonesia telah berhasil merekrut lebih dari 2.000 partisipan untuk uji klinik vaksin TBC fase 3, yang juga melibatkan beberapa negara lain dalam upaya global pemberantasan penyakit tersebut.(Freepik)
06:36
9 Mei 2025

Menkes: Vaksin TBC M72 Tak Berbahaya, Sudah Lewati Tahap Risiko

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa vaksin Tuberkulosis (TBC) M72 yang saat ini tengah diuji di Indonesia tidak berbahaya bagi partisipan.

Ia menjelaskan bahwa masyarakat tak dijadikan kelinci percobaan dalam uji klinik tahap akhir yang turut didukung oleh Bill & Melinda Gates Foundation.

Menurut Budi, vaksin ini sudah melewati uji klinik tahap 1 yang bertujuan mengukur risiko efek samping berbahaya.

Artinya, keamanan dasar vaksin telah terbukti. Tahapan yang kini dijalani, yakni uji klinik fase 3, hanya bertujuan melihat seberapa efektif vaksin dalam memberikan perlindungan di populasi tertentu.

“Kalau ada akses ke clinical trial, kita berpartisipasi, itu orangnya bisa dapat gratis. Apakah ini akan 100 persen sukses atau nggak? Tidak menjamin 100 persen. Tapi tidak akan harmful (berbahaya) buat dia, karena uji keamanan sudah selesai,” jelas Budi dikutip dari talkshow 'Rosi' Kompas TV, Kamis (8/5/2025).

Ia menambahkan, tidak ada risiko merugikan atau downside risk dari partisipasi ini. Justru, yang mungkin didapat adalah manfaat perlindungan atau upside risk jika vaksin terbukti ampuh.

Penelitian libatkan kampus dan lembaga global

Uji klinik vaksin M72 di Indonesia dilaksanakan oleh peneliti dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Padjadjaran (Unpad), bekerja sama dengan lembaga internasional.

Sebanyak 2.095 partisipan remaja dan dewasa telah direkrut untuk mengikuti studi global ini. Penelitian serupa juga dilakukan di Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi.

Tujuan uji klinik fase 3 ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas vaksin M72 dalam mencegah TBC paru pada individu dengan infeksi TB laten yang tidak terinfeksi HIV.

Kandidat vaksin ini sendiri telah dikembangkan sejak awal 2000-an oleh GlaxoSmithKline (GSK), lalu dilanjutkan oleh Bill & Melinda Gates Foundation karena tingginya beban TBC di negara berkembang.

“Yang melakukan clinical trial ini bukan Kemenkes langsung, tapi dua universitas besar. Di sana banyak ahli yang justru bisa lebih dalam memahami vaksin dan penyakit ini,” kata Budi.

Indonesia bisa dapat akses vaksin lebih dulu

Budi menyebut, keterlibatan Indonesia dalam uji klinik memberikan keuntungan besar. Selain partisipan bisa mendapat vaksin lebih cepat, hasil studi juga bisa menjadi pijakan bagi Bio Farma untuk memproduksi vaksin ini secara lokal apabila terbukti efektif.

“Kalau nanti ini sukses, Bio Farma bisa produksi dan menyalurkan vaksin ke puluhan hingga ratusan juta orang,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya keterlibatan Indonesia sejak awal, agar tak kembali tertinggal.

“Kalau kita diam saja, kita akan jadi yang terakhir dapat vaksin. Sementara angka kematian akibat TBC di Indonesia bisa mencapai 100 ribu per tahun. Itu yang ingin kita cegah,” pungkasnya.

Tag:  #menkes #vaksin #berbahaya #sudah #lewati #tahap #risiko

KOMENTAR