BNI Raup Laba Bersih Rp 21,5 Triliun pada 2024, Naik 2,7 Persen
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) meraup laba bersih Rp 21,5 triliun sepanjang 2024. Angka ini tumbuh 2,7 persen secara tahunan atau year-on-year dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 20,9 triliun.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, hasil tersebut didorong oleh kinerja transformasi digital yang berhasil meningkatkan tabungan sebesar 11 persen secara tahunan.
Adapun, jumlah tabungan yang dikumpulkan emiten berkode BBNI ini adalah Rp 258 triliun pada 2024, dari sebelumnya Rp 232 triliun pada 2023.
"BNI berhasil menutup 2024 dengan fundamental yang kuat, laba bersih naik menjadi Rp 21,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan perolehan tahun sebelumnya Rp 20,9 triliun," kata dia dalam konferensi pers paparan kinerja 2024, Rabu (22/1/2025).
Ia menambahkan, kemampuan BNI dalam menjaga pertumbuhan tabungan di tengah tantangan likuiditas mencerminkan daya saing perusahaan yang kuat dalam menghadapi tantangan ekonomi, baik domestik maupun global.
"Pencapaian yang kami raih pada 2024 menjadi momentum penting untuk menghadapi masa depan. Kami optimis bahwa dengan terus berinovasi dan fokus pada kebutuhan nasabah, BNI akan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan," imbuh dia.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan menjelaskan, transformasi digital mendorong pertumbuhan tabungan.
Total Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI hingga akhir Desember 2024 mencapai Rp 805,5 triliun.
Dari jumlah tersebut terdapat pertumbuhan nilai tabungan hampir dua kali lipat pada semester kedua setelah diluncurkan wondr by BNI.
"Fokus pada transformasi digital yang kami lakukan sepanjang 2024 memberikan kontribusi positif terhadap kinerja BNI secara keseluruhan. Kami percaya profitabilitas BNI akan berkelanjutan dengan berfokus pada pendanaan berbiaya murah," ujar Putrama.
Sejak diluncurkan pada 5 Juli 2024, jumlah pengguna wondr by BNI mencapai 5,3 juta hingga akhir Desember 2024, dengan active rate lebih dari dua kali lipat dibandingkan aplikasi sebelumnya, yaitu BNI Mobile Banking.
Sementara itu, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengungkapkan, kinerja intermediasi BNI tumbuh seiring dengan pemulihan ekonomi nasional.
Kredit BNI tumbuh 11,6 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 775,87 triliun dari Rp 695,09 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan kredit ini didukung oleh segmen korporasi yang naik 17,6 persen dan konsumer yang meningkat 14,5 persen.
"Perusahaan anak juga mencatatkan pertumbuhan kredit signifikan sebesar 79,7 persen yoy dengan profitabilitas tetap terjaga," ujar dia.
Adapun, rasio kredit bermasalah yang tecermin dengan Non-Performing Loan (NPL) turun menjadi 2 persen, serta Loan at Risk (LaR) dan Credit Cost masing-masing turun menjadi 10,3 persen dan 1,1 persen.
"Meskipun kualitas aset kami kuat, BNI tetap berhati-hati dan bertumbuh secara konservatif di tengah ketidakpastian global," ujar Novita.
Lebih lanjut, dengan pertumbuhan kredit dan didukung DPK terutama dari pertumbuhan tabungan ritel, BNI mencatat rasio Net Interest Margin (NIM) 2024 di level 4,2 persen. Selain itu, Net Interest Income (NII) BNI tercatat sebesar Rp 40,48 triliun pada 2024.
Novita menjelaskan, penguatan peran dari perusahaan anak juga semakin terlihat melalui sinergi antar BNI Group yang merupakan salah satu strategi utama dalam mendukung kinerja yang berkelanjutan.
Secara perinci, BNI Finance mencatatkan pertumbuhan kredit 88 persen secara tahunan (yoy), sedangkan hibank sebesar 76 persen secara tahunan (yoy) pada 2024.
"Kerja sama joint financing antara BNI dan BNI Finance serta ekosistem UMKM pada hibank, menjadi sumber pertumbuhan ke depan yang turut berkontribusi terhadap pencapaian kinerja perseroan," ungkap dia.