IHSG dan Rupiah Menguat di Awal Sesi
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (18/1/2024). Demikian juga dengan mata uang garuda yang menguat pada perdagangan pasar spot.
Melansir data RTI pada pukul 9.14 WIB, IHSG berada pada level 7.216,73 atau naik 16 poin (0,2 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 7.200,63.
Sebanyak 200 saham melaju di zona hijau dan 164 saham di zona merah. Sedangkan 237 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1 triliun dengan volume 1,9 miliar saham.
Founder WH Project William Hartanto mengatakan, hari ini IHSG masih berpeluang mengalami penguatan karena sudah kembali ditutup di level 7.200.
“Jika mempertimbangkan kemampuan IHSG untuk mempertahankan level 7.200 sebagai support, maka peluang menguatnya lebih terlihat, namun tekanan pada saham-saham big caps masih cukup besar,” kata William dalam analisisnya.
Rupiah
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini menguat. Melansir data Bloomberg, pukul 9.08 WIB rupiah berada pada level Rp 15.621 per dollar AS, atau naik 22 poin (0,14 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 15.643 per dollar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, meskipun menguat di awal sesi, namun rupiah dalam tren bearish saat ini atau melemah. Ini seiring dengan data ekonomi AS membaik.
Data penjualan ritel AS bulan Desember yang dirilis semalam menunjukkan kenaikan melebihi bulan sebelumnya. Membaiknya data tersebut memperkuat sinyal the Fed tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga acuannya.
“Rupiah masih berpeluang melemah terhadap dollar AS ke kisaran Rp 15.680 dengan support di kisaran Rp 15.600 per dollar AS, hari ini,” ujar Ariston kepada Kompas.com.
Di sisi lain, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS masih bertahan menguat. Yield tenor 10 tahun sempat menguat ke area 4,12 persen dari posisi sebelumnya, 4,05 persen.
Selain karena menurunnya ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed, ketegangan geopolitik yang masih berlangsung terutama di Timur Tengah, juga masih menjadi pemicu pelaku pasar masih ke aset dollar AS sebagai aset aman.
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.