OJK Genjot Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah selama Ramadhan
Acara peluncuran buku buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023. oleh Bank Indonesia. (Nurul Fitriana/JawaPos.com)
06:54
15 Maret 2024

OJK Genjot Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah selama Ramadhan

- Ramadhan 1445 hijriah menjadi momentum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat seluas-luasnya. Sehingga mampu mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menyatakan akan terus berkolaborasi dan bekerja sama dalam upaya meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia. Sebab, berdasarkan survei nasional 2022, indek literasi dan inklusi keuangan syariah baru mencapai 9,14 persen dan 12,12 persen. Masih jauh ketinggalan dibandingkan dengan indeks literasi dan inklusi keuangan nasional sebesar 49,68 persen dan 85,1 persen.

Melalui Gebyar Ramadhan Keuangan Syariah (GERAK Syariah) 2024, OJK bersama Bank Indonesia (BI), Asosiasi Pelaku Jasa Keuangan Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan stakeholder lainnya serius mengampanyekan keuangan syariah selama Ramadhan. Program tersebut serentak digelar di 35 Kantor OJK di daerah.

"Keterampilan pengelolaan keuangan selama Ramadhan dan lebaran menjadi hal penting yang perlu disampaikan kepada masyarakat untuk mencapai kesejahteraan," kata perempuan yang akrab disapa Kiki itu dalam sambutan pembukaan GERAK Syariah, Rabu (13/3).

Kegiatan kampanye keuangan syariah tersebut terdiri dari 295 literasi keuangan syariah, 124 kegiatan inklusi keuangan syariah, dan 146 kegiatan sosial. OJK menargetkan total peserta edukasi sebanyak 786.929 orang, masyarakat terinklusi mencapai 2.074.419 orang, dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan hingga 669.347 orang.

Dalam kesempatan itu, Kiki juga mengimbau agar masyarakat waspada terhadap modus penipuan sepanjang Ramadan. Bahkan, dia mengakui sempat mendapat penawaran fiktif via telepon dan chat WhatsApp. "Jadi, saya mengingatkan untuk selalu berhati-hati dan waspada," imbuhnya.

Menurut dia, risiko terhadap penipuan biasanya meningkat selama bulan puasa. Seiring bertambahnya kebutuhan jelang lebaran. Perlu memerhatikan tren kejahatan keuangan yang muncul.

Antara lain, modus transfer dana dari pinjaman online (pinjol) ilegal. Padahal, korban tidak pernah mengajukan pinjaman. Jika mengalami kejadian seperti itu harap langsung melakukan pemblokiran dan mengabaikan pesan dari debt collector. Segera melapor pada Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas PASTI) agar kasus dapat ditindaklanjuti dengan cepat.

Kemudian, modus penawaran paket diskon dengan harga tidak wajar. Misalnya, penawaran paket umroh yang sering dicari masyarakat ketika masuk momentum Ramadan. Maka dari itu, Kiki menekankan agar masyarakat jangan terlena hanya karena harga yang sangat murah.

"Biasanya orang positive thinking ketika ada penawaran umroh. Ini harus hati-hati," terangnya.

Ada pula modus pesan pengiriman parsel. Momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri acap kali dirayakan dengan berbagi parsel kepada kerabat. Nah, penipu dapat memanfaatkan momentum itu dengan mengirimkan pesan yang meminta korban untuk membuka atau mengunduh suatu dokumen atau aplikasi.

"Padahal, tujuannya untuk mencuri data kita, informasi yang penting seperti username, password, m-banking, dan lain-lain. Jadi hati-hati, jangan sembarangan buka dan unduh aplikasi yang kita tidak yakin," bebernya.

Bagi pelaku jasa keuangan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memperkuat ekonomi umat dengan mendorong peningkatan penyaluran zakat perusahaan. Pada Ramadhan tahun ini, bank syariah pelat merah itu menyerahkan Rp 222,7 miliar zakat perusahaan melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Jumlah tersebut naik 29 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, kenaikan zakat seiring dengan pertumbuhan laba bersih perseroan sepanjang 2023. Dari total zakat yang disalurkan, sebesar Rp 189,7 miliar merupakan zakat dari laba perusahaan. Sedangkan Rp 33 miliar merupakan zakat pegawai.

Dia berharap dengan zakat yang disalurkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Dengan komitmen pada keadilan sosial dan kesejahteraan umat, BSI berupaya untuk melampaui batas-batas perbankan syariah biasa. Semoga dengan terus bertambahnya kontribusi zakat ini, BSI dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan baik sebagai bank syariah terbesar di Indonesia," ungkap Hery.

Pembayaran zakat mencerminkan salah satu aspek unik dari bank syariah. Yakni mampu memberikan nilai tambah bagi umat. Sehingga menegaskan bahwa kemajuan ekonomi tidak hanya didorong oleh faktor-faktor material, tapi juga aspek spiritual dan sosial.

Sbagai institusi keuangan syariah yang juga berstatus perusahaan terbuka, kata Heri, BSI memberikan value bagi negara berupa pembayaran pajak. Kemudian juga memberi value berupa zakat bagi masyarakat dan dividen bagi pemegang saham. Selain itu, untuk membawa dan memfasilitasi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, BSI juga menghadirkan instrumen zakat, shadaqah dan waqaf (ziswaf) dalam layanan perbankan.

Tecermin dari jumlah zakat yang dibayarkan perusahaan pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2021, zakat perusahaan yang disalurkan oleh BSI mencapai Rp 123,2 miliar. Setahun kemudian meningkat menjadi Rp 173,1 miliar dan sebanyak Rp 222,7 miliar pada 2023.

"Akselerasi digital menjadi kunci kami untuk terus bergerak mengikuti perubahan perilaku nasabah yang serba dinamis, cepat dan aman. Lewat digitalisasi dan pengembangan fitur ziswaf BSI Mobile, kami ingin mempermudah nasabah untuk beribadah dan berbagi kepada sesama di bulan Ramadhan," tandasnya.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #genjot #literasi #inklusi #keuangan #syariah #selama #ramadhan

KOMENTAR