Hari Ibu dan Kepemimpinan Perempuan: Novita Widya Anggraini, Direktur Bank Mandiri
Novita Widya Anggraini, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri.(DOK. PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK)
18:48
23 Desember 2025

Hari Ibu dan Kepemimpinan Perempuan: Novita Widya Anggraini, Direktur Bank Mandiri

 Peringatan Hari Ibu di Indonesia kerap dimaknai sebagai penghormatan atas peran perempuan dalam keluarga.

Namun, di balik peran domestik yang lekat dengan sosok ibu, semakin banyak perempuan Indonesia yang juga menapaki karier profesional hingga ke posisi strategis.

Di dunia kerja modern, khususnya di sektor keuangan dan perbankan, perempuan tidak hanya hadir sebagai pelaksana, tetapi juga sebagai pengambil keputusan di level tertinggi.

Ilustrasi Hari IbuUnsplash Ilustrasi Hari Ibu

Hari Ibu menjadi momentum untuk melihat lebih luas peran perempuan yang menjalani tanggung jawab berlapis, sebagai ibu, profesional, sekaligus pemimpin.

Perbincangan mengenai keterwakilan perempuan di jajaran eksekutif tertinggi atau C-level di industri keuangan Indonesia kerap mengemuka, seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberagaman dalam pengambilan keputusan strategis.

Di sektor perbankan nasional, salah satu figur perempuan yang kini berada di posisi strategis adalah Novita Widya Anggraini, Direktur Finance & Strategy PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

Perjalanan karier Novita di Bank Mandiri tidak berlangsung singkat.

Ia memulainya dari level awal melalui program pengembangan karyawan, sebelum akhirnya menempati posisi direksi di salah satu bank terbesar di Indonesia.

Pengalaman tersebut membentuk pandangannya mengenai kepemimpinan, strategi, serta tantangan yang dihadapi perempuan untuk menembus jajaran pengambil keputusan tertinggi di industri perbankan.

Tumbuh bersama institusi

Novita Widya Anggraini, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri.DOK. PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK Novita Widya Anggraini, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri.

Novita menggambarkan perjalanan profesionalnya sebagai proses bertahap yang sarat pembelajaran.

Ia mengawali karier melalui Officer Development Program (ODP) Bank Mandiri, kemudian menghabiskan bertahun-tahun berproses di bidang keuangan dan strategi.

“Saya menjalani karier di Bank Mandiri sebagai proses yang bertahap dan penuh pembelajaran. Dimulai dari program management trainee (Officer Development Program/ODP), lalu bertahun-tahun berproses di bidang keuangan dan strategi, saya lahir dan tumbuh bersama institusi ini,” ujar Novita kepada Kompas.com.

Pada fase awal karier, fokus utamanya adalah kinerja dan pencapaian angka. Namun, seiring waktu, perspektif tersebut berkembang.

Ia mulai memahami bahwa perbankan tidak semata mengejar pertumbuhan, melainkan juga menjaga keseimbangan antara ekspansi dan kehati-hatian, ambisi dan tata kelola.

“Pengalaman panjang tersebut membentuk cara pandang saya bahwa strategi yang baik adalah strategi yang relevan dengan konteks bisnis, peka terhadap risiko, dan mampu bertahan dalam jangka panjang,” kata dia.

Lebih dari dua dekade berkiprah di Bank Mandiri membuat Novita melihat keputusan keuangan bukan sebagai tujuan akhir.

Baginya, keputusan tersebut merupakan sarana untuk menciptakan nilai tambah berkelanjutan, baik bagi nasabah, perusahaan, maupun kontribusi yang lebih luas terhadap perekonomian nasional.

Ujian kepemimpinan di masa krisis

Salah satu fase penting dalam perjalanan karier Novita terjadi ketika ia memasuki peran Chief Financial Officer (CFO) di bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) pada periode 2020–2025.

Penugasan tersebut berlangsung di tengah pandemi Covid-19 dan fase awal pemulihan ekonomi.

Ilustrasi Bank MandiriDOK. BANK MANDIRI Ilustrasi Bank Mandiri

Menurut Novita, periode tersebut menjadi titik krusial dalam pembentukan kepemimpinan.

Tantangan terbesar bukan hanya menjaga stabilitas keuangan, tetapi juga memastikan organisasi tetap tenang, fokus, dan bergerak dengan arah yang jelas.

“Pada masa penuh ketidakpastian, tantangan terbesar bukan hanya menjaga stabilitas keuangan, tetapi juga memastikan organisasi tetap tenang, fokus, dan bergerak dengan arah yang jelas,” ujarnya.

Ia mengakui, banyak keputusan harus diambil dalam tekanan, dengan informasi yang terbatas, namun tetap menuntut kehati-hatian dan akuntabilitas.

Dari situ, ia belajar bahwa kepemimpinan di sektor keuangan erat kaitannya dengan menjaga kepercayaan, melindungi fondasi bisnis, dan tetap membuka ruang bagi pertumbuhan.

Penugasan Novita sebagai Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri dipahaminya sebagai kelanjutan dari proses tersebut.

Ia membawa pengalaman lintas institusi, namun tetap berpijak pada nilai-nilai yang telah dihidupi sejak awal kariernya di Bank Mandiri.

“Saya membawa pengalaman dari lintas institusi, namun tetap berpijak pada nilai-nilai Mandirian yang saya hidupi sejak awal yaitu profesionalisme, ketangguhan, dan kemampuan beradaptasi,” kata Novita.

Krisis dan pembentukan gaya kepemimpinan

Dalam perjalanan profesionalnya, Novita telah melewati berbagai fase krisis, mulai dari krisis global, pandemi Covid-19, hingga periode pengetatan likuiditas dan volatilitas pasar.

Rangkaian pengalaman tersebut membentuk karakter kepemimpinan yang lebih tenang, berbasis data, dan berorientasi pada ketahanan jangka panjang.

“Pengalaman-pengalaman ini membentuk karakter kepemimpinan yang lebih tenang, berbasis data, dan berorientasi pada ketahanan jangka panjang,” tuturnya.

Dalam situasi krisis, menurut Novita, seorang pemimpin tidak hanya dituntut untuk bertindak cepat.

Ilustrasi Bank Mandiri.DOK. Humas Bank Mandiri Ilustrasi Bank Mandiri.

Menjaga kepercayaan pemangku kepentingan dan soliditas tim menjadi aspek yang sama pentingnya.

Sebagai bagian dari budaya Bank Mandiri, ia juga belajar bahwa ketangguhan tidak identik dengan sikap keras. Ketangguhan justru tercermin dari kemampuan untuk tetap agile dan rasional di tengah tekanan.

“Krisis mengajarkan pentingnya kolaborasi lintas fungsi, keberanian mengambil keputusan sulit, serta kemampuan membaca risiko secara komprehensif,” tutur Novita.

Nilai-nilai tersebut kemudian menjadi fondasi gaya kepemimpinannya saat ini, terutama dalam mengelola fungsi keuangan dan strategi di organisasi berskala besar.

Meritokrasi dan isu bias gender

Sebagai perempuan yang menduduki posisi strategis di industri keuangan, isu bias gender kerap menjadi sorotan.

Namun, Novita menilai bahwa di Bank Mandiri, budaya kerja yang dijaga adalah performance-based meritocracy.

“Di Bank Mandiri, budaya yang sangat dijaga adalah performance-based meritocracy. Apresiasi dan kesempatan diberikan berdasarkan kinerja, kompetensi, integritas, dan kontribusi nyata, bukan berdasarkan gender,” terangnya.

Dalam lingkungan kerja seperti itu, ia tidak melihat bias gender sebagai hambatan utama. Pendekatan yang ia tempuh pun dinilai sederhana, yakni fokus pada kualitas pekerjaan, konsistensi hasil, dan kredibilitas profesional.

“Ketika kinerja dan integritas menjadi bahasa utama, maka ruang untuk bias akan semakin sempit,” kata Novita.

Ilustrasi kesetaraan gender.SHUTTERSTOCK/FIDA OLGA Ilustrasi kesetaraan gender.

Budaya tersebut, menurutnya, menciptakan peluang yang setara bagi perempuan dan laki-laki untuk berkembang dan dipercaya memegang peran strategis di organisasi.

Kompetensi kunci untuk perempuan menuju C-level

Ketika ditanya mengenai kompetensi yang perlu dimiliki perempuan untuk menembus jajaran eksekutif tertinggi, Novita menekankan bahwa selain kompetensi teknis, soft skills menjadi faktor pembeda yang krusial.

Ia menyoroti pentingnya active listening alias mendengarkan secara aktif sebagai kemampuan dasar seorang pemimpin.

Dengan mendengarkan secara aktif, pemimpin dapat memahami dinamika tim dan mengambil keputusan yang lebih empatik.

“Kemampuan menjaga keharmonisan dan membangun sinergi juga krusial dalam organisasi besar, di mana keberhasilan tidak pernah dicapai secara individual,” jelas dia.

Menurut Novita, pemimpin perlu menciptakan suasana kerja yang saling menghormati, bebas dari diskriminasi, serta mendorong komunikasi yang terbuka dan konstruktif.

Ketika setiap individu merasa didukung dan dihargai, organisasi akan bergerak lebih solid menuju tujuan bersama.

Tantangan perempuan di sektor perbankan

Meski regulasi dan kebijakan sumber daya manusia di sektor perbankan dinilai semakin setara, Novita melihat tantangan perempuan saat ini lebih bersifat personal dan kontekstual.

Hambatan tersebut tidak lagi eksplisit atau formal, melainkan terkait dengan pembagian peran dalam berbagai fase kehidupan.

Ilustrasi Bank Mandiri.DOK. Humas Bank Mandiri Ilustrasi Bank Mandiri.

“Tantangan terbesar perempuan di dunia perbankan adalah membagi peran tanpa kehilangan arah dan jati diri,” kata Novita.

Ia menilai, kunci utamanya bukan pada upaya menyeimbangkan semuanya secara sempurna, melainkan menetapkan prioritas.

Ada fase ketika karier menjadi fokus utama, dan ada masa ketika keluarga lebih dominan, dan hal tersebut dianggap wajar.

“Kuncinya ada pada komunikasi yang terbuka, keberanian meminta dukungan, serta konsistensi dalam kinerja,” ujarnya.

Dengan kompetensi, integritas, serta lingkungan kerja yang inklusif, perempuan di sektor perbankan dinilai tidak hanya mampu menjalani peran ganda, tetapi juga tumbuh dan memimpin.

Ke depan, Novita menekankan pentingnya peran organisasi dalam memastikan sistem yang adil dan transparan, sehingga setiap talenta memiliki akses yang setara terhadap kesempatan pengembangan dan kepemimpinan.

Membangun lingkungan kerja inklusif

Di tingkat institusi, Bank Mandiri disebut terus membangun ekosistem yang mendukung talenta perempuan melalui kebijakan dan program konkret.

Salah satunya adalah penerapan Respectful Workplace Policy yang menjamin lingkungan kerja aman, suportif, dan bebas diskriminasi.

Selain itu, sistem rekrutmen berbasis meritokrasi dan prinsip equal pay for equal work menjadi bagian dari kebijakan yang dijalankan.

“Melalui Srikandi Mandiri, kami mengembangkan program penguatan kepemimpinan perempuan, mentoring, serta inisiatif wellbeing yang mendukung kesehatan mental dan emosional,” kata Novita.

Menurutnya, lingkungan kerja yang inklusif tidak hanya berdampak positif bagi perempuan, tetapi juga memperkuat kinerja dan keberlanjutan organisasi secara keseluruhan.

Tag:  #hari #kepemimpinan #perempuan #novita #widya #anggraini #direktur #bank #mandiri

KOMENTAR