Persaingan BNPL di Indonesia Semakin Ketat, Bank Digital Siap Masuk Arena
BNC bakal luncuran layanan BNPL pada kuartal II/2026. (RianAlfianto/JawaPos.com)
23:36
17 Desember 2025

Persaingan BNPL di Indonesia Semakin Ketat, Bank Digital Siap Masuk Arena

-Persaingan layanan buy now pay later (BNPL) dan pinjaman daring di Indonesia diperkirakan akan semakin ketat dalam dua tahun ke depan.

Setelah didominasi perusahaan teknologi finansial dan platform e-commerce seperti Shopee, Gopay, dan beberapa lainnya, bank digital kini mulai agresif masuk ke segmen pembiayaan konsumtif berbasis aplikasi. 

PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC menjadi salah satu pemain yang bersiap memperluas arena persaingan tersebut. Manajemen Bank Neo Commerce mengungkapkan rencana peluncuran layanan BNPL pada kuartal II/2026. 

Saat ini, produk tersebut masih berada dalam tahap uji coba terbatas dan berada di bawah pengawasan regulator. Langkah ini menandai upaya bank digital untuk tidak sekadar bertahan di bisnis tabungan dan pinjaman konvensional, tetapi juga masuk ke lini pembiayaan ritel yang selama ini menjadi medan utama perusahaan fintech.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Eri Budiono menjelaskan, pengujian BNPL dilakukan secara bertahap. Skema awal mencakup penyaluran pay later melalui mitra serta kanal internal bank, seiring dengan proses pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Kami masih dalam fase uji coba terbatas. Targetnya, layanan ini siap diluncurkan secara komersial pada kuartal II tahun depan,” kata Eri. 

Dari sisi target bisnis, Direktur Keuangan Bank Neo Commerce Sufen Triantio menyebut, perseroan membidik penyaluran BNPL sekitar Rp 200 miliar pada tahun pertama peluncuran. Target tersebut mencerminkan pendekatan yang relatif hati-hati di tengah ketatnya persaingan dan meningkatnya pengawasan regulator terhadap industri pay later.

“Kami berharap di akhir tahun pertama, penyaluran BNPL bisa mencapai setidaknya Rp 200 miliar,” ujar Sufen.

Masuknya bank digital ke segmen BNPL menambah tekanan kompetisi bagi pemain yang sudah lebih dulu mapan. Saat ini, layanan pay later telah menjadi salah satu produk unggulan di ekosistem digital, baik yang dikembangkan fintech murni maupun unit usaha e-commerce

Persaingan tidak hanya soal akuisisi pengguna, tetapi juga pengelolaan risiko kredit dan biaya pendanaan. Direktur Bisnis Bank Neo Commerce Aditya Wahyu Windarwo menilai BNPL memiliki kemiripan karakter dengan bisnis kartu kredit. Namun dengan struktur biaya yang lebih efisien dan proses yang sepenuhnya digital.

Menurut dia, perubahan perilaku konsumen membuka peluang besar bagi model pembiayaan baru ini.

“BNPL kami pandang sebagai masa depan pembiayaan konsumtif yang berpotensi menggantikan peran kartu kredit,” ujar Aditya.

Layanan BNPL dan pinjaman bisnis yang tengah dipersiapkan akan diarahkan baik untuk kebutuhan konsumtif maupun produktif, seperti modal kerja. Meski pasar terlihat padat, Aditya menilai ruang pertumbuhan masih terbuka. Terutama bagi pemain yang mampu memadukan teknologi, manajemen risiko, dan basis nasabah yang kuat.

Keunggulan Bank Neo Commerce dalam persaingan ini salah satunya datang dari ekosistem yang sudah ada. Salah satu pemegang saham BBYB, Akulaku, telah lebih dulu mengoperasikan layanan Akulaku Paylater. 

Selain itu, kolaborasi keduanya melalui produk pinjaman digital Neo Loan telah menunjukkan kontribusi signifikan terhadap kinerja bank.

Sepanjang 2025, Neo Loan tercatat telah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp 600 miliar. Manajemen optimistis angka tersebut dapat meningkat menjadi sekitar Rp 1 triliun pada tahun depan, seiring fokus perseroan di segmen perbankan konsumer.

“Kami melihat pertumbuhan di consumer banking masih cukup optimistis, baik dari Neo Loan maupun rencana BNPL ke depan,” kata Sufen.

Langkah ekspansi ke BNPL ini juga mencerminkan pergeseran strategi bank digital yang kini mulai lebih selektif. Setelah fase awal pertumbuhan yang agresif, bank digital dituntut untuk menyeimbangkan ekspansi dengan kualitas aset dan profitabilitas. 

Persaingan di segmen pay later pun diperkirakan akan semakin mengarah pada pemain dengan modal kuat dan manajemen risiko yang matang.

Respons pasar terhadap strategi ini terlihat dari pergerakan saham BBYB. Pada perdagangan Selasa (16/12), saham Bank Neo Commerce ditutup menguat 4,42 persen ke level Rp 590 per saham, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 7,79 triliun dan volume transaksi sebesar 853,9 juta saham.

Ke depan, masuknya lebih banyak bank digital ke bisnis BNPL diprediksi akan mengubah peta persaingan pay later di Indonesia. Bukan hanya soal kecepatan ekspansi, tetapi juga ketahanan model bisnis di tengah pengawasan regulator dan meningkatnya kesadaran risiko di industri pembiayaan digital.

Sebelumnya, BNC juga melaporkan kinerja keuangan mereka yang terus membaik. BNC mengklaim mencatat laba sebesar Rp 517 miliar, melonjak drastis hingga Oktober 2025.

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #persaingan #bnpl #indonesia #semakin #ketat #bank #digital #siap #masuk #arena

KOMENTAR