Rupiah Diprediksi Masih Tertekan pada 2026, Ini Rentang Geraknya
Ilustrasi nilai tukar kurs rupiah dan dollar AS(Thinkstockphotos.com/ThamKC)
19:44
16 Desember 2025

Rupiah Diprediksi Masih Tertekan pada 2026, Ini Rentang Geraknya

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada 2026 diproyeksikan masih akan diwarnai tekanan, bila ada kebijakan pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI Rate.

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai penurunan suku bunga domestik berpotensi menekan nilai tukar rupiah.

Meski demikian, pelemahan rupiah diperkirakan tidak akan berlangsung terlalu dalam karena Bank Indonesia akan tetap aktif melakukan intervensi.

“(Rupiah) masih tertekan oleh pemangkasan suku bunga BI, namun BI melakukan intervensi dan menahan pelemahan,” ujar Lukman kepada Kompas.com, Selasa (16/12/2025).

Sepanjang 2025, Bank Indonesia menjalankan siklus pelonggaran moneter yang cukup signifikan setelah sebelumnya melakukan pengetatan.

Pemangkasan suku bunga acuan dilakukan secara bertahap.

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pertengahan Juli 2025, BI menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen.

Selanjutnya, pada Agustus 2025, BI kembali memangkas BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,00 persen.

Kemudian, pada pertengahan September 2025, BI kembali menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen.

Level suku bunga ini dipertahankan hingga RDG Oktober dan November 2025.

Dari sisi eksternal, kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.

Lukman mencatat, berdasarkan dot plot terakhir, bank sentral AS diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga satu kali sepanjang tahun depan.

Diperkirakan kondisi tersebut membuat suku bunga dollar AS berpotensi bertahan di level relatif tinggi lebih lama, sehingga menahan penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Sebagai catatan, The Fed telah memangkas suku bunga sebesar 25 bps ke kisaran 3,50 persen hingga 3,75 persen per Rabu (10/12/2025).

Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi konsensus dan menandai pemangkasan suku bunga ketiga sepanjang 2025.

“Sedangkan dari dot plot The Fed terakhir, mereka diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga sekali tahun depan,” paparnya.

Dengan kombinasi tekanan dari dalam negeri dan faktor global tersebut, Lukman memperkirakan pergerakan rupiah pada 2026 akan cenderung bergerak terbatas dalam kisaran Rp 16.400 hingga Rp 16.800 per dollar AS.

“Range Rp 16.400–Rp 16.800,” beber Lukman.

Sejalan dengan itu, Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, menilai prospek rupiah pada 2026 di tengah tren pemangkasan suku bunga global dan domestik akan sangat dipengaruhi oleh kecepatan serta selisih (spread) pemotongan suku bunga tersebut.

“Prospek rupiah pada tahun 2026 di tengah tren pemangkasan suku bunga acuan (cut rate) global dan domestik akan sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan selisih (spread) dari pemotongan suku bunga tersebut," ucap Wahyu dikutip dari Kontan.

Menurutnya, rupiah berpeluang menguat secara bertahap apabila The Fed bergerak lebih dovish dari ekspektasi pasar, sementara BI memilih bersikap lebih hati-hati dalam melanjutkan pelonggaran moneter.

Sebaliknya, jika BI memangkas suku bunga terlalu cepat atau The Fed kembali bersikap hawkish dengan ruang pemangkasan yang terbatas pada 2026, tekanan terhadap rupiah berpotensi berlanjut.

Dari sisi pergerakan jangka menengah, rupiah dinilai masih sulit menguat signifikan dan cenderung bergerak defensif.

Ketidakpastian arah kebijakan The Fed untuk 2026 membuat dollar AS tetap menarik sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Tag:  #rupiah #diprediksi #masih #tertekan #pada #2026 #rentang #geraknya

KOMENTAR