Target Pertumbuhan Ekonomi 2026: Optimisme Pemerintah vs Realisme Pasar
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2026 sebesar 5,4 persen.
Target ini meningkat dibandingkan asumsi dasar makro APBN 2025 yang sebesar 5,2 persen maupun outlook 2025 yang sebesar 4,7 sampai 5 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sejumlah indikator ekonomi yang menguat menjadi modal penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 2026 sebesar 5,4 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, pada Jumat (12/12/2025).
Ini mulai dari konsumsi yang meningkat, yang menurut Mandiri Spending Index (MSI) tercatat naik ke level 312 pada November 2025 lalu atau melewati ambang batas indeks sebesar 300.
Kemudian dari sisi investasi juga realisasinya menunjukkan peningkatan sebesar 13,7 persen secara tahunan (yoy) sepanjang Januari-September 2025 yakni mencapai Rp 1.434 triliun.
"Dan tentunya ke depan peran investasi Danantara akan mulai terasa," ujarnya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2025 di Gedung BI, Jakarta (28/11/2025).
Dia melanjutkan, belanja pemerintah juga semakin dikebut jelang akhir tahun ini dimana hingga 24 November 2025, belanja Kementerian/Lembaga telah mencapai Rp 1.109 triliun.
Dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 125 basis poin sepanjang 2025 ke level 4,75 persen sehingga kredit usaha dan konsumsi masyarakat meningkat.
Dampak BI Rate yang rendah akan terasa di tahun depan.
"(Penurunan BI Rate) ini mendorong kredit usaha dan belanja," kata Airlangga.
Stabilitas harga juga terjaga yang tercermin pada inflasi Oktober 2025 tercatat 2,86 persen (yoy), berada dalam kisaran target nasional.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.
Dengan capaian tersebut, Airlangga menyatakan sebagian besar risiko pertumbuhan tahun depan telah terserap pada 2025.
Dengan demikian, 2026 akan menjadi tahun dengan lebih banyak upside risk.
Pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen dalam APBN 2026 dan Airlangga optimistis target tersebut akan tercapai.
"Jadi resiko yang akan muncul seluruhnya sudah price-in, sudah masuk di dalam tingkat suku bunga dan harga-harga termasuk rupiah di tahun ini. Sehingga untuk tahun 2026 yang kita lihat adalah upside risk," jelasnya.
Menkeu Purbaya yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia 2026 bisa tembus 6 persen
Lebih optimistis dari Airlangga, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026 dapat tembus 6 persen.
“Saya perkirakan akan tumbuh lebih cepat lagi, mungkin di kisaran enam persen,” ujar Purbaya di Jakarta, Minggu (16/11/2025).
Menurut Purbaya, proyeksi tersebut didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah yang saat ini mulai menunjukkan dampak signifikan terhadap perekonomian nasional.
"Jadi, kelihatannya kalau kebijakan yang sekarang dijalankan terus dengan baik, kita berada di arah yang benar," katanya.
Salah satu kebijakan yang telah dilakukan Purbaya pada akhir tahun ini ialah penempatan dana di bank Himbara maupun daerah sebesar Rp 276 triliun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan penyaluran kredit perbankan.
Ilustrasi Bank Indonesia
Lantas, seperti apa proyeksi pertumbuhan ekonomi 2026 bagi pihak lain? Akahkah targetnya seoptimistis pemerintah?
Target pertumbuhan ekonomi 2026 versi Bank Indonesia
BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2026 sebesar 5,33 persen alias lebih rendah dari yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 5,4 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, proyeksi ini disusun dengan memperhitungkan kebijakan moneter yang akan ditempuh BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan tersebut mulai dari penurunan suku bunga acuan, perluasan ekspansi likuiditas moneter, pemberian insentif likuiditas makroprudensial, hingga program moneter BI.
"Untuk pertumbuhan ekonomi 2026 sesuai perkiraan-perkiraan kami adalah 5,33 persen. Ini kami sudah mempertimbangkan penurunan ekonomi global termasuk mitra kerja utama," ujar Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (12/11/2025).
Proyeksi pertumbuhan ekonomi versi BI ini lebih rendah dibandingkan yang ditetapkan pemerintah dalam APBN 2026, di mana pertumbuhan ekonomi dipatok sebesar 5,4 persen.
Menurutnya, target pemerintah tersebut masih mungkin tercapai, tergantung pada kecepatan dan efektivitas realisasi belanja pemerintah.
"Semakin cepat pengeluaran fiskalnya itu bisa dilakukan, pertumbuhan dapat saja mencapai 5,4 persen. Kami masih menggunakan pola pengeluaran APBN yang selama ini," ungkapnya.
Perry optimistis ke depan pengeluaran fiskal dapat direalisasi lebih cepat dari tahun ini, sehingga peluang pertumbuhan ekonomi 2026 mencapai 5,4 persen sebagaimana target APBN 2026 dapat terwujud.
Target pertumbuhan ekonomi 2026 versi pengusaha
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2026 berada di kisaran 5,0 hingga 5,4 persen.
Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani saat dijumpai usai menghadiri acara Indonesia Internasional Sustainably Forum 2025 di Jakarta, Jumat (10/10/2025).
Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani mengatakan, meski kondisi ekonomi dalam negeri menunjukkan banyak pemulihan, ketidakpastian global masih tinggi yang dapat berdampak pada ekonomi nasional.
"Untuk 2026, Apindo masih tetap berkisar di angka 5 sampai 5,4 persen. Kenapa rentangnya begitu besar? Karena kami masih melihat banyak sekali ketidakpastian global," ucapnya dalam konferensi pers di Kantor Apindo, Jakarta, Senin (8/12/2025).
Menurutnya, kuartal I bakal menjadi periode yang menopang pertumbuhan ekonomi nasional pada 2026.
Sebab, pada periode ini akan terjadi sejumlah perayaan tahunan, yakni libur tahun baru, hari raya Imlek, bulan Ramadhan, hingga hari raya Idul Fitri.
Rangkaian momentum itu diyakini bakal memberikan efek signifikan pada sektor perdagangan, logistik, pariwisata, hingga manufaktur karena meningkatnya permintaan domestik.
Namun, Shinta mengingatkan, ada potensi perlambatan pada kuartal II dan III 2026 karena tidak adanya faktor musiman di periode ini yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kuartal I 2026 menjadi periode terkuat bahkan konsolidasi seasonal drivers, seperti tahun baru, Imlek, Ramadhan, maupun Idul Fitri. Sementara kuartal II dan III memerlukan kewaspadaan karena hilangnya faktor musiman yang berpotensi memunculkan stagnasi sekuler," papar dia.
Selain itu, tekanan eksternal juga masih tinggi pada tahun depan, utamanya diakibatkan meningkatnya tensi dan fragmentasi perdagangan global, serta potensi policy shock seperti kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).
Shinta bilang, meskipun Indonesia telah memperoleh tarif yang cukup baik, yakni 19 persen dari AS, tetapi masih dalam tahap finalisasi dan belum menghasilkan kesepakatan yang resmi serta mengikat.
Dinamika di Laut China Selatan, regulasi deforestasi Uni Eropa yang kini menunjukkan sedikit pelonggaran, serta kebijakan Inflation Reduction Act di AS turut menjadi faktor yang perlu diwaspadai.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Media asing soroti pertumbuhan ekonomi Indonesia.Pemerintah juga perlu mengantisipasi arah kebijakan ekonomi di bawah Presiden AS Donald Trump, terutama yang berkaitan dengan Bank Sentral AS yakni The Federal Reserve.
Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia optimistis pertumbuhan ekonomi nasional pada 2026 akan berada di atas 5,5 persen.
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie menilai, berbagai program pemerintah yang telah berjalan sejak awal tahun mulai menunjukkan hasil, sehingga tingkat keyakinan terhadap prospek ekonomi 2026 meningkat.
"Dengan perbaikan tersebut, pertumbuhan ekonomi diperkirakan bisa menembus di atas 5,5 persen," kata Anin dalam Rapimnas Kadin 2025 pada Selasa (2/12/2025).
Sejumlah program prioritas pemerintah yang terdiri dari 17 Program Utama dan 8 Agenda Prioritas disebutnya mulai memberi dorongan positif bagi perekonomian. Program-program ini juga memberi perhatian besar pada penciptaan lapangan kerja.
"Kadin melihat bahwa kemudahan investasi menjadi faktor kunci, terlebih ketika daya beli masyarakat tengah melemah. Investasi di berbagai sektor, mulai dari pertanian, industri, energi, perdagangan, jasa, hingga ekonomi kreatif dan teknologi seperti kecerdasan buatan, dinilai penting sebagai penggerak baru perekonomian," lanjutnya.
Likuiditas yang meningkat melalui kebijakan fiskal dan moneter, dinilai Anin, bukan lagi menjadi hambatan.
Tantangan yang muncul justru pada sisi permintaan sehingga kemudahan berinvestasi harus ditingkatkan untuk mendorong aktivitas ekonomi.
Kadin Indonesia menargetkan kontribusi investasi terhadap PDB dapat meningkat secara bertahap dari level 29 persen saat ini hingga melampaui 40 persen.
Sejumlah program prioritas pemerintah yang terdiri dari 17 Program Utama dan 8 Agenda Prioritas disebutnya mulai memberi dorongan positif bagi perekonomian.
IMF memproyeksikan ekonomi Indonesia 2025 akan tumbuh di bawah 5 persen. Sementara per kuartal II-2025, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi RI 5,12 persen.
Selain itu, Kadin Indonesia mendukung percepatan hilirisasi dan industrialisasi di berbagai sektor. Dalam jangka pendek, industri padat karya perlu didorong lebih kuat.
Target pertumbuhan ekonomi 2026 versi perbankan
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memperkirakan ekonomi nasional akan tumbuh 5,2 persen pada 2026 atau lebih rendah dari target pemerintah 5,4 persen.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, pertumbuhan ekonomi tahun depan akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga, pemulihan investasi, serta kebijakan fiskal yang lebih ekspansif.
Selain itu, pengimplementasian berbagai program strategis pemerintah dapat memberikan efek ganda ke berbagai sektor penggerak ekonomi, seperti manufaktur, industri pengolahan, dan sektor padat karya.
"Bank Mandiri memperkirakan ekonomi Indonesia berpeluang tumbuh 5,2 persen pada 2026," ujarnya dalam acara Mandiri Macro and Market Brief, Rabu (3/12/2025).
Tim Ekonom Bank Mandiri juga melihat kondisi ekonomi jelang pergantian tahun, di mana dinamika ekonomi global masih diwarnai fluktuasi mulai dari kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat hingga perlambatan permintaan dunia.
Namun, di tengah tekanan tersebut, indikator domestik menunjukkan ketahanan yang relatif kuat. Hal ini terlihat dari Purchasing Manufacturing Index (PMI) yang meningkat ke 53,3, sedangkan indeks keyakinan konsumen mencapai titik tertinggi dalam lima bulan.
Meski tekanan eksternal mendorong outflow portofolio dan depresiasi nilai tukar, respons pemerintah dan BI dinilai tetap efektif menjaga keseimbangan pasar keuangan.
Kenaikan belanja pemerintah, stabilnya pasar obligasi, serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menyentuh level all time high menunjukkan bahwa kepercayaan investor domestik masih kuat.
Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro ketika ditemui di Jakarta, Kamis (13/3/2025).
"Optimisme terhadap pemulihan ekonomi akan tetap terjaga selama koordinasi kebijakan terus berjalan efektif," tuturnya.
Sementara itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI memproyeksikan perekonomian Indonesia tahun 2026 akan tumbuh sekitar 5,28 persen
Tim Ekonom BSI memperkirakan ini dengan menganalisis delapan pilar utama perekonomian yaitu, normalisasi perdagangan global, realokasi aset ke emerging markets, menguatnya daya tarik rupiah, program prioritas pemerintah, kebijakan ekonomi Kementerian Keuangan, daya tahan konsumsi, agenda hilirisasi, serta proyeksi indikator ekonomi utama.
Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, pertumbuhan ekonomi tahun depan akan didorong oleh konsumsi rumah tangga yang solid, program prioritas pemerintah, dan menguatnya peran ekonomi serta keuangan syariah nasional.
"Kombinasi delapan faktor ini membuat Indonesia masuk ke 2026 dengan fondasi yang relatif kuat, meskipun lanskap global tetap penuh ketidakpastian," ujar Banjaran dalam acara BSI Sharia Economic Outlook 2026 di Jakarta, Kamis (4/12/2025).
Berdasarkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan ekonomi global pada 2026 akan sebesar 3,2 persen dengan Kawasan ASEAN diproyeksikan menjadi salah satu blok dengan prospek paling menarik, seiring pergeseran pusat pertumbuhan ke Asia.
Di sisi lain, dunia masih menghadapi lima dinamika utama yaitu risiko utang negara (sovereign debt risk), potensi asset bubble akibat valuasi pasar yang terlalu tinggi, perang dagang yang terus membayangi, pertumbuhan yang terfragmentasi, serta perubahan lanskap perdagangan akibat AI-driven productivity.
"Di tahun 2026, risiko utang dan asset bubble membuat investor lebih selektif, sementara AI perlahan mengubah struktur perdagangan dunia," ungkapnya.
Chief Economist Permata Bank Josua Pardede dalam acara PIER Q1 2025 Exonomics Review & Media Gathering, Rabu (14/5/2025).
Sementara PT Bank Permata Tbk memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2026 hanya di kisaran 5,1-5,2 persen.
Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia akan berjalan, namun dalam laju yang lebih moderat seiring tantangan global dan domestik yang masih menekan aktivitas ekonomi.
"Dalam konteks ekonomi domestik, kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional 2025 berada di kisaran 5,0 sampai 5,1 persen dan meningkat pada 2026 di kisaran 5,1-5,2 persen,” ujar Josua dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Kamis (4/12/2025).
Dalam catatan PIER, pada tahun depann pasar keuangan Indonesia justru diperkirakan memasuki fase yang lebih positif karena nilai tukar dollar AS diperkirakan melemah imbas penurunan imbal hasil (yield) US Treasury.
Reformasi struktural, stabilitas politik pasca-pergantian pemerintahan, serta efektivitas kebijakan fiskal dan moneter diyakini menjadi faktor penentu dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi yang tidak sejalan dengan target pemerintah menjadi sinyal bahwa 2026 akan menjadi tahun penuh kehati-hatian.
"Kami menilai dan kami juga cukup sepakat bagaimana mencermati 2026 karena sebagian besar kalau kita melihat benang merahnya tahun depan itu terdampak ekspektasi perlambatan ekonomi global, ya terutama dari penggerak ekonomi dunia terbesar yakni Amerika Serikat dan juga China," tuturnya.
Tag: #target #pertumbuhan #ekonomi #2026 #optimisme #pemerintah #realisme #pasar