Ritel Berburu Saham Burung Walet Tapi Banyak Investor Dapat 1 Lot, Kenapa?
PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO), emiten pengolahan sarang burung walet, resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (8/12/2025). (Pixbay)
14:31
8 Desember 2025

Ritel Berburu Saham Burung Walet Tapi Banyak Investor Dapat 1 Lot, Kenapa?

Baca 10 detik
  • PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
  • RLCO mengalami oversubscription 143,19 kali dari 625 juta saham yang ditawarkan.
  • Namun, cerita lain ikut muncul dimana banyak investor ritel yang berburu RLCO di masa penawaran cuma mendapatkan 1 lot (100 saham). 

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO), emiten pengolahan sarang burung walet, resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (8/12/2025).

Penawaran umum perdana (IPO) ini memantik minat luar biasa berdasarkan data BEI yang dilaporkan pelaku pasar, RLCO mengalami oversubscription 143,19 kali dari 625 juta saham yang ditawarkan, jumlah pesanan tercatat sangat besar sehingga kala penjatahan ada selisih ratusan juta lot.

Pada hari pertama perdagangan harga saham RLCO langsung menyentuh Auto Rejection Atas (ARA), dibuka ke level Rp226 dari harga penawaran Rp168.

Namun, cerita lain ikut muncul dimana banyak investor ritel yang berburu RLCO di masa penawaran cuma mendapatkan 1 lot (100 saham). Fenomena ini jadi sorotan karena menimbulkan kekecewaan di sejumlah grup platform investor, padahal minat pendaftar sangat besar.

Beberapa laporan pasar bahkan mencatat jumlah investor yang ikut dalam penawaran umum RLCO mencapai ratusan ribu akun.

Angka-angka kunci IPO RLCO

  1. Saham yang ditawarkan saat IPO: 625 juta lembar.
  2. Harga penawaran: Rp168 per saham; pembukaan hari pertama sampai ARA ke Rp226.
  3. Total saham tercatat setelah listing: 3,125 miliar lembar; kapitalisasi pasar di hari listing tercatat pada kisaran ratusan miliar rupiah.

Laporan lain yang beredar di pasar menyebut angka oversubscribe yang berbeda yang menunjukkan ada variasi laporan bergantung pada sumber data dan metode penghitungan. Saya sertakan kedua versi karena keduanya beredar luas di media.

Kenapa banyak investor ritel hanya dapat 1 lot? Inti dari aturan penjatahan OJK (SEOJK No.25/SEOJK.04/2025)

OJK pada 17 November 2025 menerbitkan Surat Edaran (SEOJK) No.25/SEOJK.04/2025 yang mengganti ketentuan sebelumnya tentang verifikasi pesanan, alokasi penjatahan (penjatahan terpusat), dan penyelesaian pemesanan efek secara elektronik. Poin-poin penting yang relevan dengan kasus RLCO:

Porsi ritel dalam penjatahan terpusat dinaikkan dari sebelumnya sekitar 1/3 menjadi 1/2 dari total penjatahan terpusat, untuk meningkatkan porsi ritel.

Batas maksimum pemesanan per calon investor: setiap investor hanya boleh memesan maksimum 10% dari nilai keseluruhan efek yang ditawarkan dalam penjatahan terpusat. Jika pemesanan melebihi batas ini, sistem menolak dan mengembalikan pesanan untuk disesuaikan. Aturan ini bertujuan mencegah satu pihak memonopoli pemesanan.

Penggolongan penawaran dan minimum alokasi disesuaikan SEOJK 25 menambah golongan (dari 4 jadi 5) dan menetapkan jumlah minimum alokasi yang berbeda-beda berdasarkan nilai IPO, termasuk ketentuan penyesuaian alokasi saat oversubscribed. Ketentuan ini memengaruhi bagaimana “jatah” ritel dihitung ketika permintaan sangat tinggi.

Aturan ini mulai berlaku 17 Nov 2025; catatan penting prospektus yang terbit sebelum aturan efektif masih bisa mengikuti skema lama, sehingga implementasi teknis di tiap IPO (termasuk apakah RLCO sepenuhnya masuk cakupan atau belum) dapat berbeda. Itu menjelaskan mengapa keluhan 1 lot tetap muncul meski aturan baru dimaksudkan untuk memperbaiki pemerataan.

Editor: Mohammad Fadil Djailani

Tag:  #ritel #berburu #saham #burung #walet #tapi #banyak #investor #dapat #kenapa

KOMENTAR