Produsen Kakao Terbesar di Asia, Indonesia Kontribusi 3 Persen Pasokan Dunia
Proses fermentasi biji kakao setelah panen(KOMPAS.com/ AGUSTINUS RANGGA RESPATI)
11:56
25 November 2025

Produsen Kakao Terbesar di Asia, Indonesia Kontribusi 3 Persen Pasokan Dunia

- Produk kakao Indonesia berkontribusi sebanyak 3 persen terhadap produksi kakao dunia.

Meskipun terbilang kecil, Indonesia menempati posisi ketujuh sebagai negara dengan produksi biji kakao terbesar berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO) pada 2022.

Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia Soetanto Abdoellah menyampaikan, negara dengan produksi kakao terbesar masih ditempati oleh Pantai Gading dan Ghana yang masing-masing menyumbang 43 persen dan 20 persen.

Kendati demikian, posisi komoditas kakao Indonesia masih menjadi yang nomor satu di tingkat Asia.

“Pantai Gading dan Ghana, dua negara penghasil kakao terbesar dunia,” kata dia dalam acara Kunjungan Kerja Media Kontribusi Industri Kakao untuk APBN dan Perekonomian, Senin (24/11/2025).

Selain Pantai Gading dan Ghana, posisi Indonesia juga berada di bawah Ekuador, Kamerun, Nigeria, dan Brasil yang masing-masing menguasai pangsa 7 persen, 6 persen, 6 persen, dan 4 persen.

Soetanto menambahkan bahwa secara regional, negara-negara produsen kakao di Asia mengalami tren produksi yang menurun.

Mengalami kondisi yang berbeda, negara produsen di Afrika dan Amerika Latin menunjukkan tren pertumbuhan positif dalam lima belas tahun terakhir.

Dari jumlah yang ada, sebagian besar biji kakao Indonesia masih dinilai berkualitas rendah atau tidak melewati tahap fermentasi (non fermentasi).

Tanaman dan petani kakao yang ada saat ini mayoritas sudah tua. Di samping itu, tidak adanya regenerasi signifikan dan lambatnya mekanisme untuk mendorong produksi kembali meningkat.

Untuk mengatasi hal tersebut, Kepala Divisi Umum dan Sumber Daya Manusia (SDM) Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kementerian Keuangan Adi Sucipto mengatakan, pihaknya tahun depan merencanakan dapat mencapai target untuk meremajakan hingga 5.000 hektare lahan kakao.

Dengan kondisi yang menantang, peremajaan ini diharapkan dapat menyentuh level minimal pada kisaran 1.200 hektare.

"Kalau pun nanti kick off di 2026, semoga bisa 5.000 hektare, tapi kalau optimitisnya katanya 1.200 sudah mentok," ucap Adi.

Dalam jangka menengah atau tiga tahun ke depan, BPDP juga berencana untuk memperkuat dukungan sarana prasarana untuk lahan kakau termasuk penyediaan pupuk.

"Selama ini kan yang dihadapi oleh teman-teman itu harga pupuk yang komoditas ini termasuk non-subsidi, jadi lumayan tinggi," terang dia.

Setali tiga uang, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provindi Bali Dewa Ayu Nyoman Budiasih juga telah mengusulkan program peremajaan tanaman kakao demi peningkatan produktivitas.

"Kami sudah mohon benih ke pusat untuk di Kabupaten Jembrana dan Tabanan, sudah mengajukan melalui e-proposal," tutur dia.

Peremajaan lahan kakao penting dilakukan mengingat saat ini usia tanaman kakao di Bali sebagian sudah berumur lebih dari 20 tahun dan mulai rusak.

Sedikit catatan, berdasarkan angka tetap 2024, luas lahan kakao di Bali mencapai 13.398 hektare dengan total produksi 4.868 ton. Dengan demikian, rata-rata lahan mengasilkan 461 kg per hektare per tahun.

Tiga kabupaten dengan area kakao terluas tersebar antara Jembrana seluas 6.340 hektare, Tabanan 4.529 hektare, dan Buleleng 1.169 hektare.

Selain peremajaan, daerah Jembrana dan Tabanan juga masih mempunyai potensi perluasan area kakao dengan luas tiap daerah mencapai 359 hektare dan 2.057 hektare. Total potensi perluasan lahan tersebut mencapai total 2.417 hektare.

Tag:  #produsen #kakao #terbesar #asia #indonesia #kontribusi #persen #pasokan #dunia

KOMENTAR