Apakah Benar Produk Bank Syariah Kurang Kompetitif Dibandingkan Bank Konvensional?
Ilustrasi perbankan syariah. (SHUTTERSTOCK/NIALOWWA)
16:48
11 November 2025

Apakah Benar Produk Bank Syariah Kurang Kompetitif Dibandingkan Bank Konvensional?

- Selama ini masih ada stigma di masyarakat yang berpandangan bahwa produk bank syariah kurang kompetitif dibandingkan dengan perbankan konvensional.

Ekonom sekaligus Ketua Center of Sharia Economics Development of Institute for Development of Economics and Finance (CSED INDEF) Nur Hidayah mengatakan, stigma bahwa produk syariah kurang kompetitif dibanding produk konvensional saat ini masih ada, meskipun semakin berkurang.

"Awalnya muncul karena produk syariah dianggap hanya relabeling dari produk konvensional, dengan struktur yang kurang sederhana dan biaya yang kadang lebih tinggi," kata dia kepada Kompas.com.

Namun dalam satu dekade terakhir, ia menambahkan, kualitas dan daya saing produk keuangan syariah meningkat pesat baik dalam hal teknologi, pelayanan, maupun inovasi seperti sharia digital banking, sukuk ritel, dan wakaf produktif.

Menurut Nur, yang saat ini menjadi tantangan adalah memperkuat branding dan edukasi agar masyarakat memahami bahwa produk syariah bukan hanya alternatif religius, tapi juga solusi keuangan etis dan berkelanjutan.

Pada mulanya, stigma yang menyebut produk keuangan syariah kurang kompetitif lahir karena produk syariah di masa awal sering direplikasi dari model konvensional tanpa inovasi nilai tambah. Namun kini, masyarakat harus bergeser dari keunggulan komparatif (comparative advantage) menjadi keunggulan berbasis nilai (value-based advantage).

Nur berpandangan, produk keuangan syariah seharusnya tidak hanya bebas dari riba, tetapi juga menawarkan nilai keberlanjutan, keadilan sosial, dan redistribusi kesejahteraan.

"Jika prinsip maqashid syariah diterjemahkan secara modern dalam inovasi produk, maka bank syariah justru akan menjadi pelopor ethical finance dan sustainable banking, bukan sekadar alternatif religius," ungkap dia.

Daya Tarik dan Tantangan Pertumbuhan Bank Syariah

Saat ini, masyarakat sudah mulai berbondong-bondong beralih ke bank syariah. Adapun, daya tarik utama bank syariah adalah prinsip risk-sharing, etika investasi, dan orientasi keberlanjutan (sustainability).

Nasabah sekarang tidak sekadar mencari keuntungan finansial, tetapi juga kepastian bahwa dana mereka tidak digunakan untuk sektor yang bertentangan dengan nilai moral dan sosial.

Namun, Nur menerangkan, pertumbuhan nasabah bank syariah memang belum secepat yang diharapkan karena masih ada kesenjangan literasi, persepsi bahwa layanan bank syariah kurang modern, serta jaringan dan produk yang belum merata di seluruh wilayah.

"Dengan transformasi digital dan peningkatan pelayanan, saya optimistis penetrasi bank syariah akan meningkat signifikan dalam lima tahun ke depan," ungkap dia.

Lebih lanjut, ia berujar, daya tarik utama bank syariah adalah kepercayaan (trust) and etika (ethics). Dalam era kapitalisme yang kian tidak berempati, Nur bilang, masyarakat mencari sistem keuangan yang menyeimbangkan keuntungan dengan nilai kemanusiaan. Itulah kekuatan filosofis bank syariah.

Namun, tantangan bank syariah adalah kecepatan transformasi. Bank syariah harus bergerak dari model sharia-compliant ke sharia-driven innovation. Produk, layanan, dan pengalaman digital harus dibangun dari nilai syariah, bukan hanya diberi label syariah.

"Pertumbuhan nasabah akan meningkat jika bank syariah mampu menghadirkan experience of justice, bukan sekadar label of faith. Masyarakat modern ingin bukti, bukan simbol," ujar dia.

Terakhir, Nur menyampaikan, ekonomi syariah bukan soal identitas agama, tetapi paradigma pembangunan berkeadilan dan berkelanjutan.

Saat Indonesia ingin menjadi pusat ekonomi syariah dunia, maka perlu keberanian melakukan reformasi paradigma, dari ekonomi syariah yang bersifat seremonial menjadi ekonomi syariah yang transformasional.

"Saat umat Islam berbicara tentang keberkahan, dunia menantikan bukti bahwa keberkahan itu dapat terwujud dalam tata ekonomi yang adil, inklusif, dan menyejahterakan semua," tutup dia.

Perbankan Syariah Terganjal Skala Permodalan

Industri keuangan syariah secara umum memang tengah menghadapi sejumlah hambatan. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan, industri keuangan syariah masih menghadapi tantangan mendasar.

Dian mengatakan, tantangan industri keuangan syariah tersebut bersifat struktural, persepsi, dan operasional.

"Terkait dengan struktur industrinya, banyak lembaga keuangan syariah masih pada skala permodalan yang rendah," kata dia dalam acara Indonesia Islamic Finance Summit 2025.

Ia menambahkan, kondisi tersebut yang membuat daya saing lembaga keuangan syariah kurang memadai.

Lebih lanjut, pada sektor perbankan syariah kebijakan spin off atau pemisahan unit usaha syariah (UUS) diharapkan dapat memperkuat struktur industri.

Ia juga berharap dalam satu hingga dua tahun ke depan akan muncul 3-4 bank syariah besar lainnya yang skalanya bisa sama dengan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).

Aset Bank Syariah Tembus Rp 1.000 Triliun untuk Pertama Kali

Meskipun demikian, perbankan syariah juga terus menunjukkan pertumbuhan yang tergambar dari kinerja keuangannya. Bahkan pada beberapa aspek, pertumbuhannya lebih laju dari perbankan konvensional.

OJK menyampaikan, aset perbankan syariah pada akhir September 2025 mencapai Rp 1.000 triliun.

Dian berujar, aset perbankan syariah ini baru pertama kali mencapai level di atas Rp 1.000 triliun.

"Saya optimistis bahwa aset perbankan syariah pada akhir September 2025, untuk pertama kalinya akan menembus Rp 1.000 triliun," kata dia dalam Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah ke-3 Tahun 2025, Selasa (4/11/2025).

Ia menambahkan, perbankan syariah mencatat pertumbuhan aset industri mencapai 8,15 persen secara tahunan hingga Agustus 2025 menjadi Rp 975,9 triliun pada Agustus 2025.

Sementara dari sisi pembiayaan, perbankan syariah mencatat pertumbuhan sebesar 8,13 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 670,8 triliun.

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) bank syariah meningkat 7,37 persen menjadi Rp 757,2 triliun.

Dian menjelaskan, pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh ekspansi pembiayaan bank syariah yang lebih tinggi dari bank konvensional.

Perbankan syariah juga terus menjajal memasarkan produk-produk baru dan menggaet nasabah baru.

"Jadi kelihatannya mereka sedang melakukan scale up baik di unit usaha syariah maupun di bank umum syariahnya," imbuh dia.

Menurut Dian, saat ini bank syariah sedang melakukan revitalisasi untuk bisa berkontribusi lebih terhadap industri.

Bank Syariah Perlu Dukungan Umat Muslim

Dengan jumlah umat muslim yang mencapai 87,14 persen dari keseluruhan masyarakat Indonesia, pengguna produk perbankan syariah terbilang masih mini.

Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan, salah satu masalah yang perlu diseriusi adalah tidak imbangnya antara jumlah umat Islam Indonesia dengan pangsa pasar perbankan syariah yang masih berada di kisaran 7,41 persen dibandingkan seluruh industri.

Menurut dia, dalam hal perbankan syariah, terdapat dua sisi yakni keyakinan dan akidah.

"Dari sisi manajemen, kami lihat perbankan syariah memang belum sebagus perbankan konvensional. Oleh karena itu, saya melihat itu salah satu masalah yang mengganjal hari ini," kata dia dalam kegiatan Indonesia Islamic Finance Summit (IIFS) 2025 di Surabaya, Selasa (3/11/2025).

Ia menambahkan, perbankan syariah yang belum berkembang pesat juga pengaruhi oleh belum adanya dukungan penuh dari umat Islam sendiri.

"Kira-kira apa itu penyebabnya? dikarenakan para ulama dan ormas Islam belum bersikap," imbuh dia.

Ia menceritakan, dari sekitar 70 ormas Islam, baru ada dua yang secara tegas menyatakan bahwa bunga bank itu haram.

Ke depan, Anwar bilang, perlu adanya dukungan dari seluruh pemangku kepentingan agar menjalin doalog dengan ormas Islam demi adanya sebuah dukungan yang penuh.

"Sebagai ulama belum bersikap secara tegas, karena kita tahu yang namanya umat ia akan patuh sama ulama," tutup dia.

Tag:  #apakah #benar #produk #bank #syariah #kurang #kompetitif #dibandingkan #bank #konvensional

KOMENTAR