Kinerja Pertumbuhan Kredit Perbankan Belum Maksimal, Bisa Tembus Target 2025?
Ilustrasi Bank Digital. Bank digital tanpa biaya admin kini semakin banyak diminati. Selain hemat, layanan ini menawarkan kemudahan transaksi sepenuhnya secara online. Simak daftar bank digital()
06:00
3 November 2025

Kinerja Pertumbuhan Kredit Perbankan Belum Maksimal, Bisa Tembus Target 2025?

Pertumbuhan kredit perbankan nasional belum menujukkan pemulihan yang signifikan hingga kuartal III-2025.

Sebagai contoh, belum semua bank bisa menunjukkan pertumbuhan kredit hingga double digit di paruh kedua 2025 ini.

Padahal dua kuartal terakhir di akhir tahun biasanya menjadi waktu untuk perbankan dapat menggenjot penyaluran kreditnya.

Sejak awal tahun, penyaluran kredit memang belum menunjukkan hasil yang signifikan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan, per Maret pertumbuhan kredit perbankan tumbuh 9,16 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam perkembangannya, sebagai perbankan besar telah melakukan revisi target penyaluran kredit. Langkah ini dillakukan sebagai penyesuaian terhadap dinamika perekonomian global dan domestik.

Berdasarkan data OJK, terdapat revisi laporan Rencana Bisnis Bank (RBB). Secara umum terdapat penyesuaian target penyaluran kredit bank menjadi lebih konservatif ke bawah target.

Namun demikian, kondisi ini tak menutup optimisme beberapa bank lain yang justru meningkatkan target pertumbuhan kredit.

Optimisme pertumbuhan kredit di pengaruhi oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih cukup baik serta percepatan belanja pemerintah diharapkan dapat menarik minat investasi ke domestik dan meningkatkan permintaan kredit.

Adapun, Bank Indonesia (BI) melaporkan pertumbuhan kredit September 2025 tercatat tumbuh 7,70 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Angka itu naik tipis dibandingkan Agustus 2025 yang sebesar 7,56 persen secara tahunan (yoy).

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, pertumbuhan kredit perbankan nasional masih perlu terus ditingkatkan untuk mendukung akselerasi ekonomi.

Meskipun naik tipis, Perry bilang, lemahnya permintaan kredit disebabkan oleh masih hati-hatinya pelaku usaha, optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, serta suku bunga kredit yang relatif tinggi.

"Pertumbuhan kredit perbankan perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Kredit perbankan pada September 2025 masih tercatat 7,7 persen year on year, meskipun sedikit meningkat dari 7,56 persen year on year pada Agustus 2025," ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (22/10/2025).

Berdasarkan Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan III-2025, optimisme terhadap ekspektasi kinerja perbankan ditunjukkan dengan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) sebesar 83.

Optimisme tersebut didorong oleh ekspektasi bahwa kredit masih akan tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan kredit serta didukung dengan usaha bank dalam melakukan ekspansi kredit pada pipeline yang tersedia.

Hal ini juga tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang naik menjadi 51,5 di Agustus 2025 yang menandakan pemulihan aktivitas produksi.

Dengan demikian, OJK melihat penyaluran kredit ke depan dengan memantau perkembangan pencapaian penyaluran kredit kuartal III-2025 akan kembali meningkat dan sesuai dengan target untuk 2025.

Awal tahun ini, OJK sendiri memprediksi pertumbuhan kredit perbankan masih bisa tumbuh 9-11 persen.

Sebagai pembanding, BI menargetkan pertumbuah kredit untuk 2025 mencapai 8-11 persen. Target itu merupakan hasil revisi BI awal tahun yang yakin penyaluran kredit dapat menyentuh batas bawah target 11-13 persen sepanjang 2025.

Proyeksi itu turut didukung oleh data sementara OJK yang menunjukkan kredit perbankan tumbuh 7,79 persen secara tahunan.

Pada bulan sebelumnya atau Agustus 2025, total penyaluran kredit perbankan mencapai Rp 8.051 triliun.

Penyaluran kredit perbankan tumbuh 7,56 persen secara tahunan pada Agustus 2025. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan kredit 7,03 persen pada Juli 2025.

Dengan demikian, pada kuartal III-2025 kredit perbankan terus menunjukkan tren pertumbuhan.

Untuk mendongkrak pertumbuhan kredit perbankan tersebut, bank-bank dengan kapitalisasi pasar besar meracik strategi hingga akhir tahun.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan ada tiga sektor utama yang selama ini memberi kontribusi signifikan terhadap kredit, yakni industri pengolahan, perdagangan, serta agrikultur dengan porsi masing-masing 15,37 persen, 14,97 persen, dan 7,03 persen.

Namun, pertumbuhan kredit di sektor-sektor tersebut masih di bawah 10 persen.

Data BI mencatat, sektor industri pengolahan per Agustus 2025 hanya tumbuh 7,98 persen secara tahunan.

Di sisi lain, sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya tumbuh 1,88 persen.

Kemudian, sektor industri pertambangan dan penggalian yang justru mencatatkan pertumbuhan kredit lebih dari 20 persen secara tahunan.

Pertumbuhan kredit juga diharapkan dapat disumbang oleh peningkatan penyaluran kredit ke masyarakat melalui kredit konsumtif yang utamanya pada kredit pemilikan properti. Sektor itu menyumbang 10,17 persen dari total kredit.

Dian optimistis, dengan fokus pada sektor unggulan dan momentum akhir tahun, Dian optimistis pertumbuhan kredit bisa mencapai di atas 9 persen.

Pada kuartal terakhir 2025, pertumbuhan kredit biasanya ditopang oleh peningkatan belanja pemerintah, musim libur, dan realisasi proyek swasta.

“Biasanya ditopang oleh peningkatan belanja pemerintah, musim libur akhir tahun, dan realisasi proyek-proyek swasta, akan menjadi katalis positif bagi pertumbuhan kredit yang semakin tinggi,” jelas Dian.

Berikut ini adalah perbandingan pertumbuhan penyaluran kredit di bank-bank besar di Indonesia pada kuartal III-2025.

1. Bank Rakyat Indonesia

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melaporkan, penyaluran kredit senilai Rp 1.438,11 triliun per September 2025. Angka tersebut naik 6,26 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1.353,36 triliun.

Sementara itu, NPL net BRI naik secara tahunan dari 0,84 persen menjadi 1,04 persen. Sedangkan NPL gross tercatat menjadi 3,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya 3,04 persen.

BRI juga melaporkan laba bersih komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik (konsolidasian) senilai Rp 40,77 triliun hingga kuartal III-2025.

Capaian laba tersebut turun 9,52 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 45,06 triliun.

Terakhir, total aset BRI pada kuartal III-2025 ini tercatat senilai Rp 2.123,45 triliun. Jumlah itu naik dari periode yang sama pada 2024 sebesar Rp 1.992,98 triliun.

2. Bank Mandiri

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan penyaluran kredit konsolidasi hingga eptember 2025 mencapai Rp 1.764,32 triliun.

Angka itu tumbuh 11 persen secara tahunan atau year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan kredit Bank Mandiri juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang tercatat sebesar 7,70 persen YoY menurut data Bank Indonesia (BI).

Pada akhir September 2025, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross bank only tercatat 1,03 persen

Selain itu, bank dengan logo pita emas itu juga membukukan raihan laba bersih konsolidasian di kuartal III 2025 senilai Rp 37,7 triliun.

Angka ini turun 10,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 42,01 triliun.

Adapun, hingga akhir September 2025, total aset konsolidasi Bank Mandiri turut meningkat dan mencapai Rp 2.563 triliun, atau naik 10,3 persen secara tahunan.

3. Bank Central Asia (BCA)

PT Bank Central Asia Tbk atau BBCA membukukan pertumbuhan kredit sebesar 7,6 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 944 triliun per September 2025.

Penyaluran kredit korporasi menjadi yang tertinggi dibanding segmen lain, tumbuh 10,4 persen secara tahunan yoy mencapai Rp 436,9 triliun per September 2025.

Rasio non-performing loan (NPL) BCA terkelola di level 2,1 persen pada periode yang sama.

Kemudian, BCA mencetak laba bersih Rp 43,4 triliun pada kuartal III-2025.

Raihan itu naik 5,7 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

4. Bank Negara Indonesia (BNI)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI melaporkan, penyaluran kredit tumbuh 10,5 persen (yoy) menjadi Rp 812,2 triliun hingga akhir September 2025.

Pertumbuhan penyaluran kredit disertai dengan kualitas aset yang terjaga stabil dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) BNI ada di level 2 persemn.

Seiring dengan itu, emiten berkode BBNI ini membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 15,12 triliun hingga kuartal III 2025.

Realisasi ini turun 7,3 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

5. Bank Tabungan Negara (BTN)

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) melaporkan, penyaluran kredit dan pembiayaan per September 2025 tumbuh 7,0 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 381,03 triliun hingga kuartal III 2025, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 356,06 triliun.

Di samping itu, BTN juga melaporkan laba bersih Rp 2,3 triliun pada kuartal III 2025.

Laba bersih BTN pada kuartal III-2025 tumbuh 10,6 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,08 triliun.

Demikian adalah perbandingan pertumbuhan penyaluran kredit di bank-bank besar di Indonesia pada kuartal III-2025.

Tag:  #kinerja #pertumbuhan #kredit #perbankan #belum #maksimal #bisa #tembus #target #2025

KOMENTAR