BNC Pertahankan Pertumbuhan di Tengah Ketatnya Persaingan Digital
Ilustrasi: BNC, salah satu pemain bank digital di Indonesia. (Istimewa)
07:09
1 November 2025

BNC Pertahankan Pertumbuhan di Tengah Ketatnya Persaingan Digital

- PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) mengklaim berhasil menutup kuartal III 2025 dengan kinerja keuangan yang mencolok. Bank digital yang dikenal sebagai salah satu pelopor perbankan daring ini membukukan laba bersih Rp 464 miliar hingga akhir September 2025, melesat lebih dari 100 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,06 miliar.

Lonjakan laba ini diyakini memperlihatkan keberhasilan strategi efisiensi dan pengelolaan risiko kredit yang lebih hati-hati di tengah ketatnya persaingan industri bank digital. Return on Assets (ROA) naik ke 3,45 persen dari 0,03 persen, sementara Return on Equity (ROE) meningkat ke 16,96 persen dari 0,16 persen tahun sebelumnya.

Meski mencatatkan lonjakan laba, BNC justru menahan ekspansi kredit. Penyaluran kredit tercatat Rp 7,49 triliun, turun 19,1 persen dibandingkan Rp 9,26 triliun setahun sebelumnya. Strategi ini sejalan dengan pendekatan yang lebih selektif terhadap debitur untuk menekan risiko gagal bayar.

Dampaknya, kualitas aset membaik signifikan. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross turun dari 3,72 persen menjadi 2,92 persen, sementara NPL net menyusut dari 0,99 persen menjadi 0,23 persen. Perbaikan ini menunjukkan kemampuan BNC memperbaiki tata kelola risiko tanpa mengorbankan profitabilitas.

Direktur Utama BNC, Eri Budiono, mengatakan pencapaian kuartal ketiga menegaskan efektivitas strategi pertumbuhan yang disiplin.

“Capaian ini mencerminkan kemampuan kami menjaga momentum profitabilitas dengan efisiensi dan manajemen risiko yang ketat,” ujar dia melalui laporan kinerjanya.

Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) tetap stabil di Rp 13,62 triliun, sementara modal inti naik 15,5 persen menjadi Rp 3,94 triliun. Rasio kecukupan modal (CAR) juga terjaga di 46,73 persen, jauh di atas ketentuan minimum Bank Indonesia. 

Struktur permodalan ini disebut memperkuat kemampuan BNC menjaga ketahanan keuangan dan mendukung rencana ekspansi selektif ke depan.

Efisiensi juga menjadi sorotan. BOPO turun dari 99,88 persen menjadi 82,81 persen, sementara Cost to Income Ratio (CIR) membaik menjadi 31,59 persen. Dengan Net Interest Margin (NIM) tinggi di 14,81 persen, bank mampu menjaga margin keuntungan secara berkelanjutan di tengah perlambatan ekonomi digital.

Kinerja positif BNC datang di tengah persaingan bank digital yang semakin ketat. Dalam lima tahun terakhir, lanskap perbankan digital Indonesia berubah drastis dengan munculnya sejumlah pemain besar seperti Jago, SeaBank, Line Bank, dan Superbank yang berebut nasabah lewat suku bunga tinggi, kemudahan transaksi, serta integrasi ekosistem e-commerce.

Namun, di balik agresivitas inovasi dan pertumbuhan transaksi digital, tantangan kepercayaan dan profitabilitas masih menjadi isu utama industri. Banyak bank digital masih mencatatkan kerugian akibat tingginya biaya akuisisi nasabah, strategi bunga tabungan tinggi, dan risiko kredit konsumtif.

Banyak yang menilai, lonjakan laba tidak selalu menjadi cerminan langsung atas keamanan dan kesehatan bank digital. Stabilitas sistem, likuiditas jangka panjang, dan tata kelola risiko tetap menjadi faktor kunci dalam menjaga kepercayaan nasabah di tengah ketidakpastian ekonomi.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #pertahankan #pertumbuhan #tengah #ketatnya #persaingan #digital

KOMENTAR