Soal Rencana Pemerintah Terapkan Biodiesel B50 Tahun Depan, Begini Respons PT Astra Agro Lestari
- PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menyampaikan komitmennya dalam kebijakan pemerintah yang akan meningkatkan biodiesel campuran CPO 40 persen atau B40, menjadi 50 persen alias B50.
"B50 adalah kebijakan dari pemerintah yang mesti kita support," kata Presiden Direktur AALI Djap Tet Fa di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, belum lama ini.
Kendati begitu, Tet Fa mengaku belum tahu kapan program B50 tersebut akan diterapkan. Jika memang benar diterapkan pada tahun depan, pihaknya siap untuk menjalankannya.
"Pelaksanaannya kapan, saya kira tergantung dari program pemerintah. Kita tunggu saja, dan apakah akan di awal tahun atau tengah tahun. Tapi intinya kalau itu sudah ditentukan pasti akan kami jalankan," lanjutnya.
Di sisi lain, Tet Fa menyampaikan dukungan ini sejalan dengan kontribusi pasar ekspor sawit yang akan terus dijalankan. Adapun pasar ekspor yang dibidik AALI, seperti India, Tiongkok, Pakistan dan Filipina dengan kontribusi sebesar 30-35 persen.
Itu sebabnya, sebagai produsen sawit pihaknya saat ini masih terus fokus pada peningkatan produksi sehingga bisa memenuhi segala permintaan yang ada. Apalagi, kata Tet Fa, sebagai produsen yang tidak memiliki kapasitas produksi biodiesel, pihaknya saat ini hanya melakukan penjualan kepada perusahaan pembeli.
"Kalau kita di sisi produsen sawit kan, pasti tugas utama kita adalah meningkatkan produksi karena produksi yang naik pasti bisa dipakai oleh semua sektor, baik itu untuk food, oleochemical, maupun untuk biodiesel," jelasnya.
"Kembali lagi menuru saya, apa yang menjadi tugas utama kita sebagai produsen sawit tentunya adalah kita mengerjakan tugas kita, yaitu produktivitas, efisiensi. Makanya program re-planting itu menjadi penting dan beroperasi dengan excellence. Karena tanpa hulu yang baik akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat," tambah Tet Fa.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia akan mengambil langkah strategis untuk mencapai kedaulatan energi dengan menargetkan penghentian total impor minyak solar pada tahun 2026. Keputusan tegas ini diumumkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, saat menjadi pembicara utama di Investor Daily Summit 2025.
Di hadapan para pelaku industri, Bahlil secara terbuka menyatakan bahwa implementasi program mandatori biodiesel B50 (campuran 50% bahan bakar nabati) akan menjadi kunci sebagai substitusi seluruh kebutuhan solar impor.
Langkah ini didasari oleh keberhasilan program biodiesel yang telah berjalan dan terbukti ampuh menekan ketergantungan impor sekaligus menghemat devisa negara secara signifikan. Berdasarkan data Kementerian ESDM, pemanfaatan biodiesel dari tahun 2020 hingga 2025 telah berhasil menghemat devisa hingga USD40,71 miliar. Dengan penerapan B50, pemerintah memproyeksikan adanya potensi penghematan devisa tambahan yang sangat besar, yakni mencapai USD10,84 miliar hanya dalam satu tahun implementasinya di 2026.
Secara teknis, program B50 dirancang untuk menutup sisa kuota impor yang masih ada di bawah kebijakan B40 saat ini. Data menunjukkan, pada tahun 2025, impor minyak solar diperkirakan masih berada di angka 4,9 juta kiloliter atau setara 10,58% dari total kebutuhan nasional. Implementasi B50 akan meningkatkan porsi bahan bakar nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) dalam solar secara masif, sehingga mampu menggantikan sepenuhnya volume impor tersebut dan menjadikan pasokan solar nasional 100% berasal dari sumber daya domestik.
Tag: #soal #rencana #pemerintah #terapkan #biodiesel #tahun #depan #begini #respons #astra #agro #lestari