Ternyata Segini Nilai Aset Tiang Monorel yang Mau Dibongkar Pramono
Tiang-tiang monorel milik Adhi Karya di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan(WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA)
12:24
27 Oktober 2025

Ternyata Segini Nilai Aset Tiang Monorel yang Mau Dibongkar Pramono

– Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali menegaskan keseriusannya untuk menyelesaikan persoalan tiang-tiang proyek monorel atau monorail yang mangkrak selama hampir dua dekade.

Dalam rencana terbaru, proses pembongkaran infrastruktur tak terpakai itu akan dimulai pada tahun 2026. Pemerintah daerah menargetkan pekerjaan dapat berlangsung sesuai jadwal dan selesai pada tahun yang sama.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengungkapkan bahwa Pemprov telah berkoordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memastikan langkah pembongkaran berjalan sesuai aturan dan prosedur hukum yang berlaku.

Pramono menilai, keberadaan tiang-tiang monorel yang tak lagi digunakan bukan hanya menjadi gangguan visual di tengah kota, tetapi juga memicu berbagai persoalan baru.

Selain memperburuk arus lalu lintas, tiang-tiang tersebut dinilai meningkatkan risiko kecelakaan di sejumlah ruas jalan yang padat kendaraan.

Nilai aset tiang monorel

Untuk diketahui saja, perusahaan pemilik tiang monorel yang mangkrak di Jakarta tersebuta adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk, sebuah perusahaan BUMN konstruksi yang dulunya juga jadi kontraktor utama pembangunan proyek monorel pada tahun 2004 silam.

Sekretaris Perusahaan Adhi Karya, Rozi Sparta, mengungkapkan bahwa tiang-tiang mangkrak di sepanjang Jalan Rasuna Said hingga Senayan tersebut tercatat sebagai aset tidak lancar perusahaan. Aset tiang-tiang tersebut selama ini dimanfaatkan perusahaan sebagai media pemasangan iklan reklame.

"Aset eks tiang monorel tercatat pada pos aset tidak lancar lainnya bagian persediaan jangka panjang pada Laporan Keuangan ADHI," ungkap dia dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (27/10/2025).

Sehingga bila nantinya dibongkar, lanjut Rozi, maka perseroan harus menghapus tiang-tiang tersebut dari catatan aset dalam laporan keuangannya alias dilakukan impairment atau penurunan aset secara permanen.

"Terkait keseluruhan aset yang akan dilakukan impairment saat ini masih dalam proses kajian internal perseroan sambil menunggu skema final atas pelaksanaan kegiatan tersebut yang masih dibahas lebih lanjut bersama para pemangku kepentingan terkait, sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku," ujar Rozi.

Sementara itu dikutip dari Laporan Keuangan Tahunan Adhi Karya pada Desember 2024, tiang-tiang bekas proyek monorel Jakarta itu awalnya dicatat dalam aset pos persediaan jangka panjang dengan nilai Rp 132,05 miliar.

Namun demikian, nilai tersebut kemudian berangsur-angsur terus berkurang dengan adanya pencatatan penurunan nilai. Misalnya penurunan nilai aset sebanyak dua kali, yakni pada 2023 dan pada 2024.

Dalam Laporan Keuangan Desember 2024, Adhi Karya mencatat nilai aset berupa tiang-tiang monorel tesebut senilai Rp Rp 73,01 miliar. Rinciannya saldo awal tahun dari mutasi dari Desember 2023 sebesar Rp 66,65 miliar ditambah dengan penambahan nilai tahun berjalan Rp 6,35 miliar.

"Manajemen berkeyakinan bahwa penurunan nilai atas tiang monorail cukup untuk menutup kemungkinan masa manfaat di kemudian hari," tulis Adhi Karya dalam laporan keuangannya.

Rencana pembongkaran tiang monorel

Masih dalam Keterbukaan Informasi BEI, Rozi Sparta juga menyebut, menyebut perusahaannya telah melakukan pertemuan dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membahas langkah pendampingan hukum atas rencana pembersihan dan pembongkaran tiang eks monorail.

"Skema final atas mekanisme pelaksanaan dan/atau kegiatan tersebut saat ini masih dalam tahap pembahasan lanjutan bersama para pemangku kepentingan terkait, agar pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku," kata Rozi.

Untuk diketahui saja, proyek monorel Jakarta kerap disebut sebagai salah satu proyek transportasi publik paling panjang dan berliku dalam sejarah pembangunan ibu kota.

Gagasan awalnya muncul pada era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2004, ketika Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso, mencetuskan ide pembangunan moda transportasi modern tersebut.

Namun, perjalanan proyek ambisius itu tidak berjalan mulus. Pada tahun 2007, pengerjaan yang dilakukan oleh PT Jakarta Monorail (PT JM) terhenti di tengah jalan.

Berbagai kendala, seperti sengketa aset, keterbatasan pembiayaan, hingga keraguan atas kelayakan ekonomi proyek, membuat rencana besar tersebut terhenti tanpa kejelasan.

Saat tampuk kepemimpinan DKI Jakarta beralih kepada Fauzi Bowo pada 2008, pemerintah daerah akhirnya memutuskan untuk menghentikan proyek secara resmi. Keputusan itu diambil karena PT JM dianggap tidak mampu memenuhi kewajiban finansial untuk melanjutkan pembangunan.

Harapan untuk menghidupkan kembali proyek monorel sempat muncul lagi ketika Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012.

Dua tahun berselang, pada 2014, Jokowi menegaskan komitmennya untuk tetap bekerja sama dengan PT Jakarta Monorail, meskipun perjanjian kerja sama baru dengan sejumlah penyesuaian belum ditandatangani secara resmi.

Kendati demikian, upaya tersebut kembali kandas. Pembangunan monorel tak kunjung berlanjut hingga akhirnya benar-benar berhenti total hingga Jokowi mundur dari kursi gubernur setelah terpilih sebagai Presiden RI pada 2014.

Kini, setelah hampir dua dekade proyek itu terbengkalai, Gubernur DKI Jakarta saat ini, Pramono Anung, berencana membongkar seluruh tiang yang tersisa.

Tag:  #ternyata #segini #nilai #aset #tiang #monorel #yang #dibongkar #pramono

KOMENTAR