Harga Semen Naik Terus di Tengah Volume Lesu, Prospek Laba Raksasa Saham Tertekan?
ARSIP - Sebagai Ilustrasi - Pengunjung melihat kondisi bekas pabrik semen Indarung I di kawasan PT Semen Padang, Indarung, Sumatera Barat. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
06:39
23 Oktober 2025

Harga Semen Naik Terus di Tengah Volume Lesu, Prospek Laba Raksasa Saham Tertekan?

Baca 10 detik
  • Volume penjualan domestik semen masih lesu.
  • Harga jual rata-rata (ASP) terus meningkat tajam pada Oktober 2025. 
  • INTP diperkirakan mencatatkan kinerja yang sesuai ekspektasi pasar. 

Industri semen nasional menunjukkan dinamika yang menarik menjelang akhir tahun, di mana volume penjualan domestik pada September 2025 kembali menunjukkan pelemahan secara tahunan (Year-on-Year/YoY), namun di sisi lain harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP) justru melanjutkan tren kenaikan yang signifikan.

Volume penjualan domestik pada September tercatat sebesar 5,86 juta ton, turun tipis 1,9% YoY. Meskipun demikian, angka ini sedikit membaik 1,1% secara bulanan (Month-on-Month/MoM).

Secara kumulatif, total volume penjualan selama sembilan bulan pertama tahun 2025 (9M25) mencapai 44,61 juta ton, atau turun 3,1% YoY dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Pelemahan ini terutama didorong oleh permintaan semen curah (bulk) yang masih sangat lemah, anjlok 7,9% YoY. Kondisi ini mencerminkan minimnya aktivitas proyek infrastruktur dan komersial berskala besar.

Untungnya, penurunan diimbangi oleh permintaan semen kantong (bag cement) yang stabil, bahkan meningkat 0,9% YoY dan 1,0% MoM, menunjukkan permintaan dari sektor ritel dan perumahan masyarakat masih terjaga.

Secara regional, permintaan di Pulau Jawa menunjukkan sedikit perbaikan, naik 2,3% MoM, sementara wilayah di luar Jawa justru sedikit terkontraksi 0,2% MoM.

Di tengah tantangan volume, perusahaan semen berhasil menerapkan kenaikan harga yang berkelanjutan. Pada Oktober 2025, harga semen nasional kembali naik.

Harga jual rata-rata Tier-1 sudah meningkat 3,7% sejak awal tahun (Year-to-Date/YTD), sementara ASP Tier-2 naik 1,7% YTD.

Tren kenaikan ini berlaku secara merata. Secara bulanan, ASP Tier-1 naik 1,3% MoM, dan Tier-2 bahkan melonjak 2,5% MoM.

Merek-merek pesaing (fighting brands) juga ikut menaikkan harga jual rata-rata mereka dalam kisaran 0,4% hingga 3,9% MoM, menandakan solidnya upaya industri dalam menjaga tingkat harga jual.

Proyeksi Laba Kuartal III: INTP Unggul, SMGR Tertekan

Proyeksi kinerja keuangan Kuartal III 2025 menunjukkan hasil yang bervariasi antara dua pemain utama di industri ini, yakni Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) dan Semen Indonesia (SMGR).

INTP diperkirakan mencatatkan kinerja yang sesuai ekspektasi pasar. Pendapatannya diprediksi turun 4,1% YoY, sebagian besar karena volume yang lebih rendah.

Namun, pendapatan per lembar saham INTP ditopang oleh ASP yang lebih tinggi (mencapai Rp886 ribu per ton) dan komposisi penjualan semen kantong yang kuat (69,7%).

Meskipun demikian, laba bersih INTP diproyeksikan turun 15,8% YoY menjadi Rp523 miliar karena tekanan biaya yang diakibatkan volume yang lebih rendah.

Sebaliknya, kinerja SMGR diprediksi akan berada di bawah ekspektasi. Pendapatan SMGR diperkirakan turun lebih dalam, mencapai 6,8% YoY, karena ASP yang lebih rendah 3,0% YoY.

Penurunan ASP ini disebabkan oleh porsi ekspor SMGR yang meningkat hingga 14%, yang umumnya memiliki margin lebih rendah dibanding pasar domestik.

Akibatnya, laba bersih SMGR diproyeksikan anjlok hampir setengahnya, mencapai 49,7% YoY atau sekitar Rp110 miliar.

Sektor Netral, INTP Jadi Pilihan Utama Investor

Meskipun laporan laba cenderung moderat hingga tertekan, sektor semen secara keseluruhan mencatat aliran dana masuk bersih (net foreign inflow) dari investor asing sebesar Rp127,8 miliar pada September 2025.

Aliran dana ini terutama didorong oleh pembelian besar-besaran pada saham SMGR (+Rp139,8 miliar), mengungguli INTP yang mencatat net outflow kecil.

Melihat dinamika pasar dan potensi peningkatan harga, analis mempertahankan pandangan Netral untuk sektor semen dalam jangka waktu 3 hingga 12 bulan ke depan.

INTP ditetapkan sebagai pilihan utama (top pick) dengan target harga Rp7.600, mengingat ketahanan harganya di pasar domestik.

Meski demikian, investor perlu mewaspadai beberapa risiko utama, termasuk realisasi program perumahan 3M, potensi intervensi harga oleh pemerintah, dan semakin ketatnya persaingan di pasar domestik.

Editor: M Nurhadi

Tag:  #harga #semen #naik #terus #tengah #volume #lesu #prospek #laba #raksasa #saham #tertekan

KOMENTAR