



Ekspor China Tertinggi dalam 6 Bulan Meski Dihantui Tarif AS
Ekspor China secara global mencapai titik tertinggi dalam enam bulan hingga September 2025.
Namun demikian, ekspor China ke Amerika Serikat (AS) turun 27 persen pada periode yang sama dibandingkan tahun sebelumnya.
Dikutip dari Euronews, data bea cukai yang dirilis pada Senin (13/10/2025) menunjukkan ekspor China secara global tumbuh 8,3 persen lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 328,5 miliar dollar AS melampaui perkiraan para ekonom.
Ilustrasi ekspor. Ekspor China ke Amerika Serikat (AS) turun tajam sebesar 33 persen pada Agustus 2025, di tengah melambatnya pertumbuhan perdagangan luar negeri Negeri Tirai Bambu.
Angka tersebut jauh lebih baik dibandingkan peningkatan tahunan sebesar 4,4 persen pada Agustus 2025.
Impor China tumbuh 7,4 persen pada bulan lalu, jauh lebih baik dibandingkan peningkatan tahunan sebesar 1,3 persen pada Agustus 2025, meskipun ekonomi domestik China melemah dan penurunan sektor properti terus membebani permintaan dan konsumsi.
Ekspor China ke AS telah turun selama enam bulan berturut-turut. Pada Agustus 2025, ekspor China ke Negeri Paman Sam turun 33 persen.
Prospek ekspor China suram karena gencatan senjata perdagangan antara Beijing dan Washington mulai retak dan kedua belah pihak saling menyerang dengan tarif baru dan tindakan pembalasan lainnya.
Perang dagang AS dan China kembali panas
Ketegangan dengan AS kembali memanas pada Jumat (10/10/2025), setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan 100 persen untuk barang-barang dari China dan kontrol ekspor untuk perangkat lunak "kritis".
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mendengarkan pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam konferensi pers bersama di Ruang Makan Negara di Gedung Putih, Washington DC, 29 September 2025.
Hal itu terjadi setelah China mengumumkan akan mengenakan biaya pelabuhan baru kepada kapal-kapal dari AS sebagai tanggapan atas rencana AS untuk mengenakan biaya pelabuhan pada kapal-kapal China yang berlabuh di negara tersebut.
Beijing juga memperluas kontrol ekspor untuk baterai litium-ion dan ekspor tanah jarang serta teknologi terkait.
Perselisihan ini dapat membahayakan rencana pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pada akhir bulan ini.
Hal ini juga menunjukkan kurangnya kemajuan dalam upaya untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang luas antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
China memberi sinyal pada Minggu (12/10/2025) bahwa mereka tidak akan mundur dalam menghadapi ancaman tarif 100 persen dari Trump dan mendesak AS untuk menyelesaikan perbedaan melalui negosiasi, alih-alih ancaman.
Trump menanggapi dengan mengambil pendekatan yang tidak terlalu konfrontatif tanpa menarik kembali tuntutannya, sementara wakil presidennya tampaknya memperingatkan Beijing untuk tidak bereaksi secara agresif.
"Sikap China konsisten," kata Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan yang diunggah secara daring.
"Kami tidak menginginkan perang tarif, tetapi kami tidak takut akan perang tarif," imbuh lembaga itu.
Beberapa jam kemudian, Trump menggunakan platform Truth Social miliknya untuk mengirim pesan kepada Presiden China Xi Jinping.
"Jangan khawatir tentang China, semuanya akan baik-baik saja! Presiden Xi yang sangat dihormati baru saja mengalami masa sulit. Beliau tidak menginginkan Depresi Besar bagi negaranya, dan saya juga tidak. AS ingin membantu China, bukan merugikannya!!!"
Ilustrasi bendera China.
Ekspor China meningkat ke seluruh dunia
Seiring dengan tekanan ekspor ke AS akibat kebijakan Trump yang bertujuan mendorong produsen untuk memindahkan pabrik ke Amerika Serikat, China telah memperluas pasar untuk produk-produknya di kawasan lain.
Ekspor China ke Asia Tenggara tumbuh 15,6 persen secara tahunan atau year-on-year pada September 2025. Sementara itu, ekspor China ke Amerika Latin dan Afrika masing-masing naik 15 dan 56 persen.
"Saat ini, lingkungan eksternal masih berat dan rumit. Perdagangan menghadapi ketidakpastian dan kesulitan yang semakin meningkat," ujar Wang Jun, Wakil Menteri Badan Bea Cukai China, dalam konferensi pers hari ini.
"Kita masih perlu melakukan lebih banyak upaya untuk menstabilkan perdagangan pada kuartal keempat," tutur Wang.
Sementara itu, Gary Ng, ekonomi senior di Natixis menyatakan, ekspor China terus menunjukkan ketahanan mengingat biaya rendah dan terbatasnya pilihan pengganti secara global meskipun tarifnya lebih tinggi.
"Yang lebih mengkhawatirkan bukan hanya tarif tetapi juga kontrol ekspor," tambah Ng.
"Jika kita mulai melihat peningkatan kontrol ekspor yang menghambat rantai pasokan, dampaknya mungkin akan lebih berkepanjangan," tuturnya.
Tag: #ekspor #china #tertinggi #dalam #bulan #meski #dihantui #tarif