Tingkat Tren Medis Tembus 19 Persen, Solusi Data-driven Jadi Cara Cermat Perusahaan Kelola Biaya Kesehatan Karyawan
Di tengah inflasi biaya kesehatan, perusahaan menghadapi dilema besar antara memberikan manfaat kesehatan yang memadai kepada karyawan atau menjaga biaya tetap terkendali. (dok. SHUTTERSTOCK/PeopleImages)
11:16
7 Oktober 2025

Tingkat Tren Medis Tembus 19 Persen, Solusi Data-driven Jadi Cara Cermat Perusahaan Kelola Biaya Kesehatan Karyawan

8

Kenaikan biaya kesehatan di Indonesia menjadi perhatian serius bagi banyak perusahaan. Proyeksi terbaru dari Mercer Marsh Benefits melalui Health Trend 2025 menunjukkan bahwa tingkat tren biaya medis di Indonesia akan meningkat hingga 19 persen pada 2025. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata Asia sebesar 13 persen.

Lonjakan tersebut menegaskan urgensi bagi perusahaan untuk merancang program kesehatan karyawan yang efektif, relevan, dan tetap terjangkau.

Country Leader, Mercer Marsh Benefits Indonesia Astrid Suryapranata menjelaskan, tren tersebut memberikan tekanan signifikan terhadap anggaran perusahaan.

“Perusahaan kini dihadapkan pada dilema antara memberikan manfaat kesehatan yang memadai kepada karyawan atau menjaga biaya tetap terkendali. Pada banyak kasus, keputusan untuk menurunkan manfaat kesehatan muncul sebagai respons terhadap biaya yang terus membengkak,” ujar Astrid saat wawancara dengan Kompas.com, Kamis (18/9/2025).

Peningkatan biaya itu pun berdampak nyata pada kesejahteraan karyawan dan produktivitas perusahaan.

Meski Astrid juga menjelaskan, lonjakan biaya medis terjadi karena beberapa faktor, termasuk adopsi teknologi medis baru, biaya rawat inap yang lebih tinggi, meningkatnya frekuensi kunjungan medis, serta prevalensi penyakit kronis dan penyakit pernapasan.

Tunda kunjungan ke dokter jadi kecenderungan perilaku karyawan

Salah satu konsekuensi dari kenaikan biaya kesehatan adalah perubahan perilaku karyawan. Data internal Mercer Marsh Benefits menunjukkan, banyak karyawan menunda kunjungan ke dokter karena merasa manfaat yang diberikan perusahaan tidak cukup.

“Penundaan ini justru dapat meningkatkan risiko penyakit kronis dan biaya perawatan jangka panjang. Pasalnya, ketika akhirnya mereka pergi ke dokter, umumnya penyakitnya sudah lebih parah,” kata Astrid.

Fenomena itu menjadi alarm bagi perusahaan. Ketika karyawan menunda pengobatan, risiko mereka mengembangkan penyakit yang lebih serius meningkat. Akibatnya, produktivitas tim bisa menurun, absensi meningkat, dan biaya medis jangka panjang bertambah.

Dengan kata lain, keterbatasan manfaat kesehatan tidak hanya memengaruhi karyawan secara individu, tetapi juga berdampak pada kinerja keseluruhan perusahaan.

Dilema perusahaan: Biaya vs kesejahteraan karyawan

Bagi HR dan manajemen, kenaikan biaya kesehatan menjadi dilema besar. Astrid menjelaskan, HR perusahaan harus menyeimbangkan antara anggaran terbatas dan kebutuhan untuk menyediakan manfaat kesehatan yang cukup.

“Hal ini membuat banyak perusahaan terpaksa menurunkan manfaat kesehatan mereka untuk menyesuaikan anggaran. Padahal, karyawan cukup bergantung pada fasilitas ini,” kata Astrid.

Apalagi, klaim asuransi kesehatan terus meningkat signifikan. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, total klaim asuransi kesehatan mencapai Rp 24,18 triliun hingga Desember 2024. Jumlah ini meningkat 16,4 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. 

Country Leader, Mercer Marsh Benefits Indonesia, Astrid Suryapranata. KOMPAS.com/Anissa Dea Widiarini Country Leader, Mercer Marsh Benefits Indonesia, Astrid Suryapranata.

Hal tersebut menandakan bahwa ada risiko biaya yang lebih tinggi dengan penyakit kronis dan penyakit pernapasan sebagai faktor utama lonjakan biaya.

“Situasi ini menuntut perusahaan untuk menemukan strategi baru agar biaya tetap terkendali dan manfaat tetap relevan bagi karyawan,” tambahnya.

Berdasarkan data Mercer Marsh Benefits, terdapat sejumlah penyakit yang paling sering menjadi penyebab rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit Indonesia.

Untuk rawat inap, penyakit demam berdarah dengue (DBD), infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit ginjal kronis, hipertensi, pneumonia, dan tipus menjadi yang paling umum.

Sementara untuk rawat jalan, kasus ISPA, flu, demam, diare, gastritis, alergi, sakit gigi, dan cedera ringan paling sering terjadi.

Daftar tersebut menegaskan urgensi bagi perusahaan untuk merancang program manfaat kesehatan karyawan yang efektif dan sekaligus memberikan gambaran penyakit apa saja yang menjadi penyumbang utama biaya medis.

Skema fleksibel benefit bisa jadi jalan tengah

Untuk menjawab tantangan tersebut, banyak perusahaan di Indonesia mengadopsi skema baru, salah satunya adalah benefit yang fleksibel untuk memberikan karyawan kebebasan dalam memilih manfaat yang paling relevan dengan kebutuhan mereka, mulai dari rawat jalan, rawat inap, telemedicine, dan juga layanan kesehatan mental.

Selain itu, juga termasuk manfaat lain yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan secara menyeluruh, seperti pilihan cuti dan biaya keanggotaan pusat kebugaran.

Meski membutuhkan investasi awal pada sistem, dalam jangka panjang skema ini justru membantu perusahaan melakukan efisiensi sekaligus meningkatkan kepuasan dan loyalitas karyawan.

Cost of Care, solusi data-driven dari Mercer Marsh Benefit

Untuk membantu perusahaan mengelola biaya kesehatan secara lebih efektif dan mencegah pemborosan, Mercer Marsh Benefits menawarkan layanan Cost of Care yang menyediakan data granular mengenai biaya perawatan medis di Indonesia.

Layanan yang telah hadir sejak 2022 itu memberikan informasi terperinci, mulai dari biaya rumah sakit, diagnosis, biaya dokter, hingga perawatan medis lain yang mungkin diperlukan oleh perusahaan.

Astrid menjelaskan, Cost of Care memungkinkan perusahaan memahami perbedaan biaya rumah sakit berdasarkan jenis perawatan dan lokasi.

Data yang dihadirkan pada Cost of Care 2025 merupakan hasil survei Mercer Marsh Benefits pada 500 perusahaan, 23 penyedia asuransi, lebih dari 1.600 rumah sakit di seluruh Indonesia dan 1,9 juta klaim medis.

“Data yang kami kumpulkan mencakup berbagai jenis perawatan, baik rawat inap, rawat jalan, maupun prosedur medis yang lebih spesifik. Ini memberi perusahaan gambaran yang sangat jelas mengenai biaya yang dikeluarkan untuk setiap diagnosis dan jenis perawatan yang diberikan,” tambah Astrid.

Pada layanan Cost of Care, perusahaan bisa mendapatkan data terperinci berdasarkan diagnosis, tarif kamar rawat inap, rumah sakit (grade, area, lokasi), manfaat (rawat inap, rawat jalan, dan rawat gigi), sub manfaat (biaya kamar, bedah, dokter), tindakan bedah atau tidak, hingga demografi pasien.

“Dengan data ini, perusahaan dapat memilih penyedia layanan asuransi dan kesehatan yang sesuai dengan anggaran mereka, sambil tetap memastikan kualitas perawatan yang diterima karyawan tetap optimal,” katanya.

Astrid menekankan, keunggulan utama dari Cost of Care Mercer Marsh Benefits adalah komprehensivitas data. Pihaknya tidak hanya memberikan data tentang biaya rumah sakit secara umum, tetapi juga data granular tentang variasi biaya berdasarkan diagnosis dan jenis layanan medis yang dibutuhkan.

“Data ini sangat membantu perusahaan dalam merancang program manfaat kesehatan yang lebih terukur dan cost-efficient, serta memastikan integritas klaim yang diterima,” tuturnya.

Contoh ilustrasi data perbandingan biaya medis pada laporan Cost of Care dari Mercer Marsh Benefits Indonesia. dok. Mercer Marsh Benefits Contoh ilustrasi data perbandingan biaya medis pada laporan Cost of Care dari Mercer Marsh Benefits Indonesia.

Rinciannya sebagai berikut. Pertama, data granular. Dengan data yang mendalam tentang biaya perawatan, perusahaan bisa melihat perbedaan biaya antar rumah sakit dan memilih yang paling efisien, baik dari segi biaya maupun kualitas layanan.

Kedua, optimasi pengeluaran. Perusahaan bisa mengevaluasi dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu dengan memilih penyedia layanan yang sesuai dengan anggaran mereka, tanpa mengorbankan kualitas perawatan yang diberikan kepada karyawan.

Ketiga, benchmarking dengan industri. Dengan menggunakan data dari Cost of Care perusahaan dapat membandingkan biaya perawatan mereka dengan perusahaan lain di industri yang sama, serta standar biaya rumah sakit yang berlaku di Indonesia.

Keempat, pencegahan fraud asuransi. Data granular yang disediakan oleh Cost of Care memungkinkan perusahaan untuk memverifikasi klaim asuransi dan mendeteksi jika ada klaim yang tidak wajar atau berlebihan.

Contohnya, jika klaim untuk diagnosis tertentu lebih tinggi dari biaya rata-rata berdasarkan data yang ada, perusahaan bisa segera melakukan investigasi untuk mencegah potensi fraud asuransi.

Kesehatan mental yang semakin mendapat perhatian

Selain biaya fisik, isu kesehatan mental kini mulai disadari oleh banyak organisasi.

Menurut Astrid, gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan stres dapat langsung memengaruhi kinerja karyawan. Sebab, karyawan yang mengalami masalah mental cenderung memiliki tingkat produktivitas lebih rendah dan sering absen.

Employee assistance program (EAP) dan layanan konseling psikologis perlu diterapkan untuk mendukung kesejahteraan mental karyawan,” ungkapnya

Sayangnya, banyak perusahaan, termasuk penyedia asuransi, masih terbatas dalam menyediakan manfaat ini.

Padahal, menyediakan dukungan kesehatan mental tidak hanya membantu karyawan mengatasi masalah pribadi, tetapi juga dapat mengurangi tingkat turnover dan meningkatkan keterlibatan karyawan dalam pekerjaan.

Masa depan employee health benefits di Indonesia

Astrid memprediksi bahwa masa depan program employee health benefits akan semakin menuju pendekatan holistik, yang mencakup kesehatan fisik, mental, dan finansial.

“Setiap karyawan memiliki kebutuhan yang berbeda. Dengan data yang lebih granular, perusahaan bisa memberikan manfaat yang lebih spesifik, seperti perawatan khusus bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan jangka panjang," jelas Astrid.

Astrid juga menyarankan agar perusahaan semakin memperhatikan aksesibilitas layanan kesehatan bagi semua karyawan, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

"Program inklusi dalam layanan kesehatan akan memastikan bahwa semua karyawan, tanpa terkecuali, mendapatkan akses yang setara terhadap perawatan yang mereka butuhkan," tambahnya.

Astrid pun menegaskan, manajemen biaya kesehatan bukan hanya soal menekan pengeluaran, melainkan juga cara memberikan perlindungan yang memadai.

“Layanan Cost of Care dari Mercer Marsh Benefits dapat membantu perusahaan merancang strategi program yang efektif, relevan, dan terjangkau sehingga kesejahteraan karyawan dan produktivitas tetap terjaga,” katanya.

Dengan memanfaatkan data yang tepat dan program kesehatan yang fleksibel, perusahaan dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi karyawan, yang pada akhirnya mendukung keberlanjutan bisnis.

“Menyediakan layanan kesehatan yang preventif, berbasis teknologi, dan inklusif adalah langkah maju yang akan menguntungkan karyawan dan perusahaan dalam jangka panjang," tutur Astrid.

Tag:  #tingkat #tren #medis #tembus #persen #solusi #data #driven #jadi #cara #cermat #perusahaan #kelola #biaya #kesehatan #karyawan

KOMENTAR