Turunnya Dominasi Dollar AS sebagai Cadangan Devisa
Ilustrasi dollar AS(KOMPAS/RIZA FATHONI)
05:36
7 Oktober 2025

Turunnya Dominasi Dollar AS sebagai Cadangan Devisa

INTERNATIONAL Monetary Fund (IMF) melaporkan dominasi dollar AS sebagai cadangan mata uang atau cadangan devisa negara-negara di dunia terus mengalami penurunan.

Pada kuartal kedua 2025, persentase cadangan devisa dalam bentuk dollar AS negara-negara di dunia sebesar 56,3 persen atau turun 1,5 persen dari kuartal pertama 2025 sebesar 57,59 persen.

Ini merupakan tingkat terendah sejak 1995 sampai 2025 (dalam tiga dekade).

Pada 1995, persentase dollar AS sebagai cadangan devisa negara-negara di dunia sebesar 58,96 persen. Persentase sempat mencapai puncaknya tahun 2001 sebesar 71,52 persen (Cnbc.com, 3/10/2025)

Minimal ada dua penyebab turunnya dominasi dollar AS sebagai cadangan devisa negara-negara di dunia.

 

Pertama, melemahnya nilai tukar dollar AS terhadap beberapa mata uang kuat dunia seperti: Yen Jepang, Pound Sterling Inggris, Euro, dan Franc Swiss.

Sepanjang kuartal kedua 2025, dollar AS tercatat turun hingga 9 persen terhadap euro, 11 persen terhadap franc Swiss, melemah 6 persen terhadap poundsterling, dan turun hampir 4 persen atas yen Jepang.

Karena sebagian besar negara di dunia melaporkan cadangan devisanya dalam dollar AS, maka pelemahan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang kuat dunia membuat besarnya cadangan devisa juga turun.

Pelemahan nilai tukar dollar AS itu terjadi sejak Donald Trump menjadi Presiden AS. Kebijakan tarif Trump terhadap hampir semua negara di dunia menciptakan ketidakpastian global yang tinggi sehingga banyak pemilik uang meninggalkan dollar AS dan menukar dengan mata uang lain.

Hal lain yang menambah tekanan terhadap dollar AS adalah tekanan Trump kepada The Fed (Bank Sentral AS) untuk menurunkan bunga acuan (Fed Federal Rate).

Kebijakan lain lagi yang ikut menekan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang lain adalah disahkannya undang-undang pajak yang disebut sebagai UU Pajak “One Big Beautiful Bill Act" pada 4 Juli 2025.

Inti undang-undang tersebut adalah menetapkan secara permanen pemotongan beberapa pajak sejak 2017. Akibat pemotongan pajak tersebut, maka APBN AS terancam defisit yang semakin melebar.

Defisit yang melebar mengancam kinerja ekonomi AS yang kemudian merembet pada melemahnya nilai tukar dollar AS.

Sebab kedua pelemahan nilai tukar dollar AS adalah makin banyaknya negara-negara di dunia yang meninggalkan dollar AS sebagai alat pembayaran atau dikenal sebagai dedolarisasi.

Salah satu cara dedolarisasi adalah dengan menggunakan mata uang lokal antara dua negara yang bertransaksi perdagangan internasional atau dikenal sebagai Local Currency Transaction (LCT).

India sejak April 2023 telah mengikat perjanjian dengan Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menggunakan Rupee dalam penyelesaian berbagai transaksi ekonomi di antara mereka.

Sejak 2018, Indonesia telah menandatangani kesepakatan penggunaan mata uang lokal dalam penyelesaian transaksi ekonomi internasional antara lain dengan Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korea Selatan.

Cara lain dedolarisasi adalah penggunaan mata uang baru untuk kerja sama ekonomi internasional seperti Uni Eropa dengan Euro.

Sudah ada wacana negara-negara yang tergabung dalam BRICS akan menerbitkan mata uang baru yang berlaku di antara anggotanya. ASEAN dulu pernah berwacana menerbitkan mata uang sendiri.

Implikasi

Implikasi dari melemahnya nilai tukar dollar AS terhadap mata uang kuat dunia lain menguntungkan bagi negara yang ketergantungan impor dan utang luar negerinya tinggi.

Pembayaran impor dengan mata uang lokal membuat permintaan dollar AS di negara yang terlibat transaksi tersebut rendah atau turun.

Dollar AS dengan demikian melemah terhadap mata uang lokal sehingga impor menjadi lebih murah. Ini akan menekan inflasi yang berasal dari harga komoditas impor (imported inflation).

Negara-negara yang beban pembayaran cicilan dan bunga utang luar negerinya besar juga akan diuntungkan karena dengan demikian pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri akan turun.

Indonesia bisa dikategorikan negara yang ketergantungan impornya tinggi serta beban pembayaran cicilan dan bunga utang luar negerinya juga tinggi.

Jadi termasuk negara yang diuntungkan dengan merosotnya nilai tukar dollar AS dan turunnya dominasi dollar AS sebagai cadangan devisa.

Namun, perlu langkah untuk lebih meningkatkan keuntungan tersebut, antara lain memperluas kerja sama bilateral ke sebanyak mungkin negara untuk penggunaan mata uang lokal dalam transaksi ekonomi internasional serta memperkuat strategi industrialisasi substitusi impor untuk mengurangi ketergantungan impor.

Tag:  #turunnya #dominasi #dollar #sebagai #cadangan #devisa

KOMENTAR