Apa Itu Short Selling? Ini Penjelasan, Mekanisme, dan Risikonya
Ilustrasi saham, pergerakan saham, pasar saham. Apa itu short selling? Strategi ini memungkinkan investor meraih untung saat harga saham turun. Namun, potensi keuntungan sebanding dengan risikonya. Simak penjelasan lengkap mekanisme, ilustrasi, dan syaratnya di sini.(UNSPLASH/TOTOS ADAM)
16:28
25 Juni 2025

Apa Itu Short Selling? Ini Penjelasan, Mekanisme, dan Risikonya

Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan implementasi transaksi short selling dan intraday short selling paling cepat mulai berlaku pada 26 September 2025. Namun, jadwal tersebut masih bersifat tentatif karena tetap menyesuaikan dengan kondisi pasar saat itu.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy, mengatakan bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan waktu enam bulan bagi BEI untuk mempersiapkan kembali implementasi fasilitas ini.

“Paling cepat kami buka di 26 September. Namun, ini masih bergantung pada kondisi pasar. Kalau tidak kondusif, bisa saja lebih lambat,” ujar Irvan dalam konferensi pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Rabu (25/6/2025).

Saat ini, BEI telah berdiskusi dengan OJK terkait teknis pembukaan kembali short selling dan intraday short selling. Sementara itu, anggota bursa (AB) masih dalam proses mengajukan izin dan kesiapan sistem.

Apa Itu Short Selling?

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya, short selling adalah strategi perdagangan saham yang memungkinkan investor mendapatkan keuntungan saat harga saham menurun.

Secara teknis, short selling adalah transaksi penjualan saham yang belum dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilakukan.

Dalam praktiknya, investor meminjam saham dari pihak lain—biasanya pialang—kemudian menjualnya di pasar saat harga dianggap tinggi.

 

Setelah itu, jika harga saham turun seperti yang diperkirakan, investor membeli kembali saham tersebut dengan harga lebih murah untuk dikembalikan kepada pihak peminjam.

Selisih antara harga jual awal dan harga beli kembali itulah yang menjadi keuntungan.

Ilustrasi investasi saham. Apa itu short selling? Strategi ini memungkinkan investor meraih untung saat harga saham turun. Namun, potensi keuntungan sebanding dengan risikonya. Simak penjelasan lengkap mekanisme, ilustrasi, dan syaratnya di sini.PIXABAY/SERGEI TOKMAKOV Ilustrasi investasi saham. Apa itu short selling? Strategi ini memungkinkan investor meraih untung saat harga saham turun. Namun, potensi keuntungan sebanding dengan risikonya. Simak penjelasan lengkap mekanisme, ilustrasi, dan syaratnya di sini.

Bagaimana Mekanismenya?

Dalam praktiknya, short selling melibatkan serangkaian langkah yang cukup teknis, namun tujuannya sederhana: menjual saham saat harganya tinggi, lalu membelinya kembali ketika harga turun.

Segalanya dimulai ketika seorang investor meyakini bahwa harga sebuah saham akan mengalami penurunan.

Berbekal analisis dan keyakinan tersebut, ia kemudian meminjam saham dari pihak lain—biasanya pialang—karena ia belum memilikinya.

Setelah saham berhasil dipinjam, investor langsung menjualnya di pasar dengan harga yang masih tinggi.

Tahap berikutnya adalah menunggu. Investor menanti hingga harga saham yang ia jual tadi turun, seperti yang ia prediksi sebelumnya.

 

Jika harga benar-benar turun, ia lalu membeli kembali saham tersebut dengan harga lebih rendah. Saham itu kemudian dikembalikan ke pihak pialang sebagai pemilik awal.

Keuntungan dari transaksi ini berasal dari selisih antara harga jual awal yang tinggi dan harga beli kembali yang lebih rendah. Semakin besar penurunan harga, semakin besar pula potensi keuntungan yang bisa diraih.

Namun, proses ini bukan tanpa risiko. Jika pasar justru bergerak naik, investor tetap harus membeli kembali saham yang telah ia jual sebelumnya.

Artinya, ia harus membayar lebih mahal dari harga saat ia menjual. Dalam kondisi seperti ini, investor bisa mengalami kerugian yang signifikan.

Contoh Short Selling

Sebagai contoh, Ibu Rina adalah seorang investor yang ingin melakukan short selling. Ia meminjam sejumlah saham ABCD dari pialang saham dengan jangka waktu tertentu.

Saat itu, harga saham ABCD berada di level Rp 10.000 per lembar. Ibu Rina yakin bahwa harga saham tersebut akan turun. Maka, ia menjual saham pinjaman itu di pasar dengan harga Rp 10.000 per lembar dan memperoleh dana sebesar Rp 10 juta.

Beberapa waktu kemudian, prediksi Ibu Rina terbukti benar. Harga saham ABCD turun menjadi Rp 8.000 per lembar. Ia lalu membeli kembali saham yang sama dengan total Rp 8 juta, kemudian mengembalikannya kepada pialang.

Dari transaksi ini, Ibu Rina meraih keuntungan sebesar Rp 2 juta, yaitu dari selisih antara harga jual awal dan harga beli kembali.

Namun, apabila harga saham justru naik menjadi Rp 12.000 per lembar, Ibu Rina tetap harus membeli kembali saham tersebut untuk dikembalikan ke pialang. Dalam kondisi ini, ia akan menanggung kerugian sebesar Rp 2 juta.

Contoh ini menunjukkan bahwa short selling bisa menjadi strategi yang menguntungkan saat pasar bergerak turun. Namun, strategi ini juga menyimpan risiko yang tinggi apabila pergerakan harga tidak sesuai dengan prediksi.

Kenapa Short Selling Penting?

Tanpa short selling, investor hanya bisa meraih keuntungan ketika pasar bergerak naik (bullish).

Dengan adanya fasilitas ini, investor berpengalaman bisa tetap meraih keuntungan saat pasar sedang lesu (bearish).

Di sisi lain, dari sudut pandang pasar modal, short selling dapat meningkatkan likuiditas dan efisiensi harga karena adanya peningkatan volume transaksi.

Namun demikian, jika tidak diatur dengan baik, praktik ini bisa meningkatkan volatilitas pasar.

Karena itu, BEI menerapkan sejumlah ketentuan untuk menjaga keamanan pasar, seperti daftar saham tertentu yang diperbolehkan untuk short selling, persyaratan margin, dan nilai jaminan minimum.

Implementasi kembali short selling dan intraday short selling oleh BEI menjadi langkah penting dalam mengembangkan ekosistem pasar modal Indonesia. Fasilitas ini memberi opsi tambahan bagi investor untuk meraih keuntungan, bahkan saat pasar sedang turun.

Namun, karena tingginya risiko, strategi ini hanya disarankan bagi investor yang sudah memahami pergerakan pasar dan memiliki manajemen risiko yang baik. Bagi pemula, pendekatan konservatif masih menjadi pilihan yang lebih aman.

Short selling adalah strategi menjual saham yang belum dimiliki, dengan harapan harga akan turun sehingga bisa dibeli kembali dengan harga lebih murah.

Meski berpotensi memberi keuntungan saat pasar bearish, short selling mengandung risiko tinggi dan hanya disarankan untuk investor berpengalaman yang memahami pergerakan pasar.

Tag:  #short #selling #penjelasan #mekanisme #risikonya

KOMENTAR