



Imbas Perang Iran-Israel, Kemenperin Sebut Biaya Logistik dan Produksi Industri Manufaktur RI Naik
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat potensi lonjakan biaya logistik dan biaya produksi di industri manufaktur nasional, imbas perang Iran dan Israel sejak dua pekan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh fluktuasi harga energi dunia.
Juru bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, mengatakan bahwa berdasarkan hasil uji statistik dari Kementerian Perindustrian, ditemukan adanya korelasi negatif antara harga energi dunia, terutama gas, dengan sektor manufaktur Tanah Air.
Ia mencatat, kenaikan harga energi di pasar global turut menekan kinerja Purchasing Managers Index (PMI) dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI), dua indikator untuk mengukur kinerja sektor manufaktur dan kepercayaan pelaku industri manufaktur.
“Berdasarkan hasil uji statistik kami, ditemukan korelasi negatif antara harga energi, terutama gas, dengan IKI dan PMI. Jadi, kalau harga gas, harga energi dunia, terutama harga gas itu naik, maka IKI atau PMI itu akan turun dan tertekan,” ujar Febri saat ditemui di gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (25/6/2025).
Persoalan konflik di Timur Tengah pun membuat Iran mengancam menutup Selat Hormuz.
Dilaporkan BBC, setiap hari, sekitar 20 juta barrel minyak mentah melintasi selat sempit itu.
Nilai perdagangannya mencapai hampir 600 miliar dollar Amerika Serikat (AS) per tahun, atau sekitar Rp 9.775 triliun (dengan kurs Rp 16.293 per dollar AS).
Artinya, satu titik sempit di peta dunia mengendalikan hampir seperlima pasokan energi global.
“Jadi, konflik geopolitik yang ada di Timur Tengah yang berpotensi untuk menutup Selat Hormuz itu akan meningkatkan harga energi dunia, harga gas dunia,” paparnya.
“Dan seperti yang saya sampaikan tadi, karena ada korelasi negatif dengan kinerja industri yang diukur dengan PMI dan IKI, maka kalau harga gas dunia itu naik karena penutupan Selat Hormuz, maka itu akan menurunkan kinerja atau performa manufaktur, tapi kan Selat Hormuz itu belum ditutup,” beber Febri.
Sekalipun diakui bahwa biaya logistik dan biaya produksi industri manufaktur nasional berpotensi melonjak, Febri menyebut persentase kenaikannya belum diketahui.
Adapun, sektor manufaktur di dalam negeri terdiri atas industri pupuk, keramik, kaca, baja, dan industri gelas. Subsektor ini menggunakan gas sebagai bahan baku dan bahan bakar.
“Kalau angka kita belum tahu, tapi subsektor manufaktur yang menggunakan gas sebagai bahan baku. Tapi industri yang menggunakan energi segala macam sebagai energi penggerak mesin produksinya, itu hampir semua industri,” ungkapnya.
Tag: #imbas #perang #iran #israel #kemenperin #sebut #biaya #logistik #produksi #industri #manufaktur #naik