Iran-Israel Sudah Gencatan Senjata, Kapal Minyak di Selat Hormuz Masih Gangguan GPS
Peta Selat Hormuz. PT Pertamina (Persero) mengalihkan jalur pelayaran pengiriman minyak mentah dari Timur Tengah ke Indonesia menyusul meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan, khususnya rencana penutupan Selat Hormuz oleh Iran.(Wikimedia Commons)
07:12
25 Juni 2025

Iran-Israel Sudah Gencatan Senjata, Kapal Minyak di Selat Hormuz Masih Gangguan GPS

- Kondisi gencatan militer sementara antara Iran dan Israel pada Selasa (24/6/2025) ternyata tidak membuat transportasi di kawasan Timur Tengah sepenuhnya aman.

Salah satunya keamanan di Selat Hormuz sebagai titik penting yang menghubungkan jalur pengiriman minyak dan transit gas secara global.

Dilansir CNBC pada Rabu (25/5/2025) insiden gangguan GPS (sistem navigasi berbasis satelit) membuat banyak kapal pengangkut minyak mengurangi transit saat melewati selat tersebut.

CEO Navios Maritime Partners, perusahaan asal Yunani yang mengoperasikan kapal tanker dan kargo, Angeliki Frangou, kapal-kapal di Selat Hormuz masih terancam oleh pemblokiran sinyal GPS yang terus-menerus.

Gangguan GPS membuat lebih banyak kapal menunggu untuk melewati Selat Hormuz.

"Kami mengalami penurunan sekitar 20 persen dalam jumlah kapal yang melewati Selat Hormuz, dan kapal-kapal menunggu di luar," kata Frangou.

"Anda banyak mendengar dari perusahaan pelayaran bahwa mereka hanya melakukan transit di siang hari karena sinyal GPS kapal terganggu. Mereka tidak ingin melewati Selat Hormuz pada malam hari karena mereka merasa itu berbahaya. Jadi, situasinya sangat tidak menentu," jelasnya.

Data dari Pusat Kerjasama Informasi & Kesadaran Maritim menunjukkan bahwa 970 kapal per hari mengalami gangguan GPS selama pekan kedua Juni 2025.

Sementara itu, firma intelijen pelayaran Kpler mencatat lalu lintas keseluruhan di Selat Hormuz mengalami penurunan dari 13 Juni hingga 22 Juni atau setelah Amerika Serikat (AS) ikut melakukan serangan ke Iran.

Data tersebut terpantau dari Maritime Mobile Service Identity (MMSI) untuk semua kapal dan tanker di Selat Hormuz.

MMSI adalah nomor unik sembilan digit yang digunakan untuk mengidentifikasi kapal dan digunakan untuk pelacakan dan komunikasi kapal.

Pada 13 Juni, jumlah MMSI unik untuk semua jenis kapal adalah 16.127, dan turun menjadi 7.947 pada 22 Juni.

Untuk tanker, jumlah MMSI unik turun dari 1.120 menjadi 889 pada 22 Juni.

Sebagaimana diketahui, Selat Hormuz yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab merupakan jalur transit penting untuk pengiriman minyak dan gas global.

Sekitar 20 persen pasokan minyak dan gas dunia melewati selat tersebut sebelum disalurkan ke sejumlah negara importir.

Selat Hormuz memiliki titik tersempit sepanjang 21 mil.

Titik itulah yang menjadi alasan utama mengapa gangguan sinyal GPS menjadi masalah penting bagi kapal.

"Ini sangat penting. Demi keselamatan awak kapal dan kapal. Kondisi keselamatan adalah sesuatu yang menjadi prioritas utama kami. Itulah sebabnya kami terus memantau semua ini," jelas Frangou.

Di sisi lain, risiko keamanan yang terus berlanjut terharap kapal-kapal yang melintasi Selat Hormuz telah memicu kenaikan tarif asuransi dan tarif angkutan laut.

Tarif dari Shanghai (China) ke pelabuhan Khor Fakkan, yang terletak di garis pantai Samudra Hindia Uni Emirat Arab (UEA), naik 76 persen dibandingkan dengan pertengahan Mei.

Catatan tersebut berdasarkan data dari platform intelijen angkutan Xeneta.

Tarif spot rata-rata telah mencapai 3.341 dollar AS per unit ekuivalen empat puluh kaki (FEU).

Pelabuhan Khor Fakkan sendiri terletak di luar Selat Hormuz.

Karena lokasinya, pelabuhan tersebut dianggap sebagai salah satu pusat transshipment terpenting untuk Teluk Arab, Subbenua India, Teluk Oman, dan pasar Afrika Timur.

“Kenyataannya adalah kemarin (Senin 23 Juni) kami melihat bahwa tarif naik dua kali lipat di jalur tersebut,” kata Frangou.

"Ini dapat berubah dengan cepat, tetapi yang kami lihat adalah bahwa ketika tarif naik, akan lebih sulit untuk menurunkannya,” tuturnya.

Menurut Frangou, kondisi lalu lintas kapal di Selat Hormuz berbeda dengan situasi di Laut Merah yang juga sempat terdampak serangan pemberontakan Houthi sejak 2023.

Di Laut Merah, kapal-kapal bisa menghindar dengan menuju Terusan Suez.

Akan tetapi kapal tanker dan kapal peti kemas yang melintasi Selat Hormuz tidak punya pilihan untuk beralih ke titik lain.

“Pasar spot untuk VLCC (kapal pengangkut minyak mentah yang sangat besar) telah naik 70.000 dollar AS per hari,” kata Frangou.

“Jadi meskipun minyak belum naik, kami melihat tarif VLCC telah naik," lanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, pengumuman gencatan senjata Iran-Israel oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandai babak baru dalam dinamika Timur Tengah.

Namun, efektivitas dan keberlanjutan kesepakatan tersebut masih diragukan banyak pihak.

Gencatan senjata diumumkan Trump melalui media sosial pada Senin (23/6/2025) malam waktu Washington, atau tengah malam di Timur Tengah.

Tag:  #iran #israel #sudah #gencatan #senjata #kapal #minyak #selat #hormuz #masih #gangguan

KOMENTAR