Penyaluran Kredit Bank ke UMKM Lesu, Mei hanya Tumbuh 1,9 Persen
Pekerja menyelesaikan pembuatan konveksi pakaian lebaran di R. Clarisi Collection pada sentra UMKM Konveksi Bulak Timur, Depok, Jawa Barat. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)
20:18
24 Juni 2025

Penyaluran Kredit Bank ke UMKM Lesu, Mei hanya Tumbuh 1,9 Persen


- Penyaluran kredit perbankan ke usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) semakin turun. Hanya tumbuh 1,9 persen year-on-year (YoY) per Mei 2025. Padahal, Bank Indonesia (BI) memberikan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) untuk setiap penyaluran ke sektor-sektor prioritas yang memberikan dampak perekonomian.  

Penyaluran kredit kepada UMKM melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 2,3 persen YoY. Meski secara nominal, perbankan telah menyalurkan sebanyak Rp 1.401,2 triliun hingga pertengahan Mei 2025.

"Pertumbuhan ini didorong oleh kredit UMKM skala kecil yang meningkat sebesar 9,6 persen di tengah kontraksi pada kredit skala menengah sebesar 1 persen," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, Selasa (24/6).  

Berdasarkan jenis penggunaannya, lanjut dia, pertumbuhan kredit UMKM dipengaruhi oleh peningkatan kredit investasi dan modal kerja. Meski, peningkatan kedua penggunaan kredit itu masih lebih rendah dari pertumbuhan pada April 2025.

"Masing-masing masih tumbuh 5,3 persen dan 0,6 persen secara YoY," ujarnya.  

Secara nominal, kredit investasi yang disalurkan mencapai Rp 392,1 triliun. Sedangkan, kredit modal kerja senilai Rp 1.009,1 triliun. Di sisi lain, pembiayaan ke sektor mikro justru terkontraksi 1,9 persen YoY.  

Dalam rapat dewan Gubernur BI pada 18 Juni lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 akan berada pada kisaran 8-11 persen. Bank sentral terus memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif. Termasuk melalui kebijakan insentif KLM.  

Total insentif KLM hingga pekan kedua Juni 2025 mencapai Rp 372 triliun. Rinciannya, disalurkan kepada kelompok bank badan usaha milik negara (BUMN) sebesar Rp 164 triliun dan bank umum swasta nasional (BUSN) senilai Rp 166,4 triliun. Sedangkan kepada bank pembangunan daerah (BPD) mencapai Rp 36 triliun dan kantor cabang bank asing (KCBA) Rp 5,6 triliun.  

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan yang didukung oleh perluasan sumber pendanaan, serta memperkuat sinergi dengan pemerintah, otoritas keuangan, kementerian/lembaga, perbankan, dan pelaku usaha," ungkap Perry.  

Terpisah, sepanjang Januari hingga Mei 2025, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) telah menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp 69,8 triliun. Setara dengan 39,89 persen dari total alokasi tahunan sebesar Rp 175 triliun oleh pemerintah. Yang telah menjangkau 8,29 juta debitur. 

Mayoritas KUR sekitar 63,31 persen dialokasikan ke sektor produksi. Mencakup pertanian, perikanan, industri pengolahan, dan lainnya. "Di antara sektor-sektor tersebut, pertanian mencatat nilai penyaluran terbesar, yakni mencapai Rp 30,63 triliun atau sekitar 43,88 persen dari total KUR," terang Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi.  

Menurut dia, program KUR memberi multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi secara makro. Juga menjadi motor penggerak yang mampu memperkuat kemandirian usaha dan menciptakan lapangan kerja.

"Penyaluran KUR merupakan bagian dari upaya perseroan dalam memperluas akses pembiayaan yang inklusif dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," imbuhnya.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #penyaluran #kredit #bank #umkm #lesu #hanya #tumbuh #persen

KOMENTAR