Cara Menghitung Harga Wajar Saham agar Tidak Salah Investasi
Ilustrasi investasi saham. Ingin tahu kapan waktu terbaik beli saham? Pelajari cara menghitung harga wajar saham agar tak salah langkah investasi.(PIXABAY/SERGEI TOKMAKOV)
18:52
23 Juni 2025

Cara Menghitung Harga Wajar Saham agar Tidak Salah Investasi

– Dalam dunia investasi saham, salah satu kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh investor adalah mengetahui cara menghitung harga wajar saham.

Pengetahuan ini penting agar investor bisa menilai apakah suatu saham sedang dihargai secara adil, terlalu mahal (overvalued), atau justru sedang murah (undervalued).

Harga wajar saham adalah nilai intrinsik dari suatu saham yang didasarkan pada analisis fundamental, bukan sekadar fluktuasi harga pasar.

 

Dengan memahami cara menghitung harga wajar, investor dapat mengambil keputusan investasi secara lebih rasional dan terhindar dari jebakan harga yang tidak mencerminkan nilai sebenarnya.

Mengapa Menghitung Harga Wajar Saham Itu Penting?

Dengan mengetahui harga wajar saham, investor dapat menghindari membeli saham terlalu mahal sehingga mengurangi potensi kerugian.

Selain itu, memahami cara menghitung harga wajar saham juga memungkinkan investor menemukan saham murah yang potensial untuk memberikan imbal hasil jangka panjang.

Manfaat lain dari pemahaman cara menghitung harga wajar saham adalah investor bisa menentukan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham berdasarkan nilai intrinsik, bukan spekulasi pasar.

Cara Menghitung Harga Wajar Saham

Dikutip dari Gramedia.com dan sumber lainnya, berikut adalah beberapa metode yang umum digunakan untuk menghitung harga wajar saham, lengkap dengan penjelasan singkat dan contoh penggunaannya:

1. Earnings per Share (EPS)

Earnings per Share (EPS) adalah laba bersih perusahaan yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Angka ini menggambarkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar saham.

Cara Menghitung Harga Wajar:

Harga Wajar = EPS x PER Rata-rata Industri

Contoh:

PT MajuJaya memiliki EPS sebesar Rp 120. Jika rata-rata PER industri manufaktur adalah 14, maka:

Harga Wajar = 120 x 14 = Rp 1.680

Jika harga pasar saat ini Rp 1.400, saham ini tergolong undervalued dan layak untuk dianalisis lebih lanjut.

2. Price to Earnings Growth (PEG) Ratio

PEG adalah rasio yang membandingkan Price to Earnings Ratio (PER) dengan pertumbuhan laba perusahaan (earnings growth). PEG memberikan gambaran apakah harga saham sudah memperhitungkan prospek pertumbuhan perusahaan.

Rumus:

PEG = PER ÷ Pertumbuhan EPS Tahunan (persen)

Nilai PEG < 1 biasanya menandakan saham undervalued.

Contoh:

Harga saham PT Teknologi Sejahtera adalah Rp 3.000, EPS-nya Rp 300 (PER = 10). Jika laba perusahaan diperkirakan tumbuh 20 persen per tahun:

PEG = 10 ÷ 20 = 0,5

Nilai PEG < 1 menunjukkan bahwa saham tersebut tergolong murah dibandingkan potensi pertumbuhannya.

Ilustrasi saham, pergerakan saham, pasar saham. Ingin tahu kapan waktu terbaik beli saham? Pelajari cara menghitung harga wajar saham agar tak salah langkah investasi.UNSPLASH/TOTOS ADAM Ilustrasi saham, pergerakan saham, pasar saham. Ingin tahu kapan waktu terbaik beli saham? Pelajari cara menghitung harga wajar saham agar tak salah langkah investasi.

3. Price to Book Value (PBV)

PBV adalah rasio antara harga saham dengan nilai buku per lembar saham (book value). Metode ini cocok digunakan untuk menilai saham di sektor keuangan atau properti.

Rumus:

PBV = Harga Saham ÷ Book Value per Share

Contoh:

Harga saham PT Properti Mandiri adalah Rp1.100, sementara nilai bukunya Rp900.

PBV = 1.100 ÷ 900 = 1,22

Jika rata-rata PBV sektor properti adalah 1, saham ini sedikit lebih mahal, tetapi masih dalam batas wajar.

4. Dividend Yield (DY)

Dividend Yield adalah rasio antara dividen tahunan yang dibayarkan perusahaan dengan harga sahamnya. Metode ini cocok untuk investor yang mengincar pendapatan pasif.

Rumus:

DY = Dividen Tahunan ÷ Harga Saham x 100 persen

Contoh:

PT Dividen Sentosa membagikan dividen sebesar Rp 80 per saham. Harga saham saat ini adalah Rp 2.000.

DY = (80 ÷ 2.000) x 100 persen = 4 persen

Jika dibandingkan dengan rata-rata sektor sebesar 3 persen, saham ini menarik bagi investor income-based. 

5. Price to Earning Ratio (PER)

PER adalah rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (EPS). Semakin tinggi PER, semakin mahal saham tersebut dibandingkan pendapatannya.

Rumus:

PER = Harga Saham ÷ EPS

PER juga bisa digunakan untuk membandingkan harga wajar antar saham dalam sektor yang sama.

Contoh:

PT Sumber Mineral memiliki harga saham Rp 4.500 dan EPS sebesar Rp 300.

PER = 4.500 ÷ 300 = 15

Jika rata-rata PER industri pertambangan adalah 12, saham ini mungkin tergolong mahal. Namun, bisa jadi wajar jika pertumbuhan laba ke depan diprediksi tinggi.

6. Discounted Cash Flow (DCF)

DCF adalah metode menghitung nilai wajar saham dengan memperkirakan arus kas masa depan yang didiskon ke nilai saat ini. Metode ini sering digunakan untuk saham dengan arus kas stabil dan pertumbuhan jangka panjang.

Rumus Sederhana:

Harga Wajar = Dividen ÷ (Tingkat Diskonto – Pertumbuhan)

Contoh:

PT Infrastruktur Abadi membayar dividen tahunan Rp 1.200. Pertumbuhan tahunan diperkirakan 4 persen, dan tingkat diskonto 10 persen.

Harga Wajar = 1.200 ÷ (10 persen – 4 persen) = 1.200 ÷ 6 persen = Rp 20.000

Jika harga saham saat ini Rp 17.000, maka saham ini bisa dianggap undervalued.

7. Pendekatan PER dan PBV Rata-rata Industri

Jika ingin cara cepat, investor bisa membandingkan EPS dan nilai buku saham dengan rata-rata PER atau PBV sektor industri yang relevan.

Contoh PER:

PT Energi Hijau memiliki EPS Rp 160. PER rata-rata sektor energi adalah 18.

Harga Wajar = 160 x 18 = Rp 2.880

Contoh PBV:

Nilai buku PT Energi Hijau sebesar Rp 1.500. PBV rata-rata sektor adalah 1,8.

Harga Wajar = 1.500 x 1,8 = Rp 2.700

Maka rentang harga wajarnya adalah Rp 2.700–Rp 2.880.

Ilustrasi Pasar saham. Ingin tahu kapan waktu terbaik beli saham? Pelajari cara menghitung harga wajar saham agar tak salah langkah investasi.PIXABAY/PETE LINFORTH Ilustrasi Pasar saham. Ingin tahu kapan waktu terbaik beli saham? Pelajari cara menghitung harga wajar saham agar tak salah langkah investasi.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harga Wajar Saham

Menentukan harga wajar saham tidak bisa dilepaskan dari berbagai aspek yang memengaruhi nilai intrinsik suatu perusahaan.

Berikut adalah sejumlah faktor utama yang berperan dalam menentukan apakah sebuah saham dihargai secara wajar atau tidak:

1. Kinerja Fundamental Perusahaan

Kondisi keuangan perusahaan menjadi landasan utama dalam menghitung harga wajar saham.

Indikator seperti laba bersih, Return on Equity (RoE), Return on Assets (RoA), hingga utang terhadap ekuitas (DER) memberi gambaran apakah perusahaan dikelola secara efisien dan berkelanjutan.

2. Nilai Buku dan Aset Bersih

Besaran aset bersih per lembar saham atau book value menjadi dasar dalam menilai apakah harga pasar saat ini masuk akal.

Semakin tinggi selisih harga saham terhadap nilai buku, semakin besar kemungkinan saham itu overvalued, kecuali jika didukung oleh prospek pertumbuhan yang kuat.

3. Pertumbuhan Laba dan Pendapatan

Potensi pertumbuhan laba ke depan menjadi bahan pertimbangan penting dalam valuasi.

Investor umumnya bersedia membayar lebih mahal untuk perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan laba yang stabil atau meningkat signifikan.

4. Kondisi Industri dan Sektor

Harga wajar saham juga dipengaruhi oleh kinerja rata-rata sektor tempat perusahaan beroperasi.

Jika mayoritas perusahaan di sektor yang sama mengalami pertumbuhan, maka valuasi saham cenderung ikut meningkat. Sebaliknya, jika industri sedang lesu, nilai wajar pun bisa turun.

5. Sentimen dan Kondisi Pasar

Sentimen pasar yang positif atau negatif terhadap suatu sektor atau kondisi makroekonomi, seperti suku bunga, inflasi, atau gejolak geopolitik, dapat menyebabkan harga saham menyimpang dari nilai wajarnya.

Contohnya, saham-saham farmasi sempat melonjak selama pandemi karena ekspektasi pasar, meski kinerja fundamental belum tentu berubah drastis.

6. Prospek Jangka Panjang Perusahaan

Faktor-faktor kualitatif seperti inovasi produk, strategi ekspansi, posisi kompetitif, hingga manajemen perusahaan juga menjadi bahan pertimbangan dalam menilai harga wajar.

Perusahaan yang memiliki visi jangka panjang dan daya saing tinggi cenderung dihargai lebih tinggi oleh pasar.

7. Risiko Usaha dan Ketidakpastian Eksternal

Risiko politik, regulasi baru, ketergantungan terhadap komoditas, atau perubahan teknologi dapat menurunkan proyeksi pendapatan di masa depan.

Semakin tinggi tingkat risiko, semakin besar pula diskon yang diterapkan terhadap nilai wajar saham.

Menghitung harga wajar saham adalah langkah krusial dalam investasi yang rasional. Dengan memahami berbagai metode—mulai dari EPS, PEG, PBV, hingga DCF—investor dapat menentukan apakah sebuah saham layak dibeli atau perlu dihindari.

Setiap metode memiliki kelebihan masing-masing. Investor jangka panjang bisa memilih metode DCF atau Dividend Yield, sementara pencari saham bertumbuh cocok menggunakan pendekatan PEG.

Yang terpenting, jangan hanya terpaku pada satu metode. Gabungkan analisis fundamental dengan pemahaman terhadap kondisi industri dan sentimen pasar untuk mengambil keputusan yang lebih tepat.

Tag:  #cara #menghitung #harga #wajar #saham #agar #tidak #salah #investasi

KOMENTAR