



Harga Minyak Dunia Melonjak Usai Israel Serang Iran, Pasar Cemas Konflik Meluas
– Harga minyak mentah melonjak tajam pada Jumat (13/6/2025) waktu setempat, menyusul serangan udara yang dilancarkan Israel terhadap Iran tanpa dukungan Amerika Serikat (AS).
Kenaikan harga minyak mentah terjadi di tengah kekhawatiran pasar bahwa konflik di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan energi global.
Dikutip dari CNBC, kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli tercatat naik 8,48 persen ke level 73,81 dollar AS per barel pada pukul 08.22 waktu New York.
Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Agustus melonjak 7,76 persen menjadi 74,74 dollar AS per barel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa negaranya meluncurkan operasi militer terarah terhadap program nuklir dan rudal balistik Iran.
Serangan tersebut mencakup situs pengayaan utama di Natanz, sejumlah ilmuwan nuklir utama Iran, serta pusat pengembangan rudal balistik negara itu. Beberapa pejabat militer senior Iran juga dilaporkan tewas.
“Operasi ini akan berlangsung selama diperlukan untuk menghapus ancaman tersebut,” ujar Netanyahu dalam pidato resminya.
AS Tidak Terlibat
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio menegaskan bahwa Washington tidak terlibat dalam serangan tersebut. Ia menyebut tindakan Israel sebagai "aksi sepihak", serta memperingatkan Iran agar tidak menyerang kepentingan AS di kawasan.
“Kami tidak terlibat dalam serangan terhadap Iran dan prioritas utama kami adalah melindungi pasukan Amerika di wilayah tersebut. Israel meyakini tindakan ini diperlukan untuk membela diri,” kata Rubio dalam pernyataannya.
Presiden AS Donald Trump juga menanggapi situasi ini melalui unggahannya di platform media sosial Truth Social. Ia menyebut Iran menanggung akibat karena gagal mencapai kesepakatan nuklir sebelum batas waktu 60 hari yang telah ditetapkannya.
“Mereka seharusnya sudah melakukannya! Hari ini adalah hari ke-61. Saya sudah memberi tahu mereka, tapi mereka tidak mampu mencapainya. Sekarang mereka mungkin punya kesempatan kedua!” tulis Trump.
Pasokan Minyak Terancam?
Lonjakan harga minyak mencerminkan kekhawatiran bahwa konflik dapat meluas dan berdampak pada pasokan dari Iran dan negara-negara penghasil minyak lainnya di kawasan.
Menurut laporan OPEC pada Mei 2025, produksi minyak Iran mencapai 3,305 juta barel per hari pada April lalu.
Meski begitu, hingga saat ini belum ada fasilitas produksi atau ekspor minyak Iran yang secara langsung menjadi target serangan. Artinya, ekspor minyak dari Iran masih dapat berlanjut seperti biasa.
“Tidak ada manfaat bagi Iran untuk mencoba menghalangi arus minyak melalui Selat Hormuz,” ujar Ellen Wald, salah satu pendiri Washington Ivy Advisors.
Ia menambahkan bahwa jika Iran mencoba menutup jalur tersebut, negara itu kemungkinan besar akan menghadapi pembalasan.
Menurut Wald, kemampuan Iran untuk benar-benar menutup Selat Hormuz juga dipertanyakan. “Meskipun kapal-kapal melintasi perairan Iran, mereka bisa dialihkan ke jalur yang melewati Uni Emirat Arab dan Oman,” jelasnya.
Sikap China
Wald juga mengingatkan bahwa tindakan Iran yang menyebabkan lonjakan harga minyak kemungkinan akan mendapat tekanan dari pelanggan minyak utamanya, yaitu China.
“China tidak ingin pasokan minyak dari Teluk Persia terganggu, dan mereka juga tidak ingin harga minyak naik. Jadi mereka akan menekan Iran secara ekonomi,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol menyatakan bahwa pasar saat ini masih memiliki pasokan yang cukup. Ia menegaskan IEA siap bertindak jika situasi memburuk.
“IEA secara aktif memantau dampak situasi Israel-Iran terhadap pasar minyak. Kami siap bertindak jika diperlukan,” kata Birol. Ia juga menyebut IEA memiliki cadangan darurat sebesar 1,2 miliar barel.
Presiden Lipow Oil Associates, Andy Lipow, memperingatkan bahwa jika Iran membalas dengan menyerang target Israel atau Amerika, potensi eskalasi militer bisa meningkat dan mengganggu pasokan minyak.
“Iran tahu bahwa Presiden Trump fokus pada harga energi yang rendah. Jika tindakan Iran menaikkan harga bensin dan solar di AS, itu akan merugikan secara politik bagi Trump,” kata Lipow kepada CNBC.
Meski ketegangan meningkat, Wald menilai situasi ini belum mencapai tingkat ancaman terhadap pasokan global seperti saat invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.
“Ini tidak sebesar itu. Ancaman terhadap pasokan minyak dunia belum separah itu,” ujarnya.
Tag: #harga #minyak #dunia #melonjak #usai #israel #serang #iran #pasar #cemas #konflik #meluas