Kopdes Merah Putih Bakal Gantikan Tengkulak, Mentan Pastikan Tak Raup Untung Jumbo
Menteri Pertanian (Kementan) Andi Amran Sulaiman ketika memberikan pernyataan pers di kediaman pribadi di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (4/6/2025). KOMPAS.com-Suparjo Ramalan(KOMPAS.com/SUPARJO RAMALAN)
12:08
4 Juni 2025

Kopdes Merah Putih Bakal Gantikan Tengkulak, Mentan Pastikan Tak Raup Untung Jumbo

Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih di bidang pangan tak mengambil keuntungan jumbo, setelah menggeser peran tengkulak alias middleman dalam rantai pasok beras di Indonesia.

Menteri Pertanian (Kementan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, Kopdes Merah Putih yang dibentuk tidak mengambil untung besar dari hasil panen petani lokal.

Hal itu berbeda dengan tengkulak yang cenderung memperoleh untung hingga Rp 42 triliun.

Ilustrasi panen, panen padi. PIXABAY/CHULMIN1700 Ilustrasi panen, panen padi.

Amran mencontohkan, bila tengkulak mendapatkan untung Rp 313 triliun, maka Kopdes Merah Putih di sektor pangan hanya mendapatkan profitabilitas di kisaran Rp 50 triliun.

“Itu nanti posisinya digantikan (oleh Kopdes Merah Putih) dan itu kalau insya Allah terealisasi semua, ini kan baru kita berjalan, kalau ini terjadi artinya apa? Middleman-nya katakanlah ada untung Rp 313 triliun, kalau koperasinya katakanlah sebagai middleman Itu untung Rp 50 triliun,” ujar Amran saat ditemui di kediamannya di Jakarta Selatan, Rabu (4/6/2025).

Selain itu, Amran optimis para petani padi sebagai produsen beras dan konsumen alias pedagang di pasar juga bisa mendapatkan keuntungan bernilai fantastis, ketika Kopdes Merah Putih masuk dalam ekosistem beras.

Sebagai perumpamaan, profitabilitas yang akan diperoleh petani dan konsumen sebesar Rp 263 triliun, lebih tinggi dari profit Kopdes Merah Putih.

“Kalau koperasinya, katakanlah sebagai middleman itu untung Rp 50 triliun, artinya ada Rp 263 triliun yang dinikmati konsumen dan produsen,” paparnya.

Saat ini keuntungan tengkulak beras menyentuh Rp 42 triliun. Berbanding terbalik, petani sebagai pelaku usaha yang mengelola lahan sawah untuk menghasilkan padi sebagai komoditas penting di sektor pertanian justru memperoleh keuntungan Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta saja.

Ilustrasi petani padi. PIXABAY/MARTIN FUHRMANN Ilustrasi petani padi.

Perbedaan profitabilitas yang mencolok terjadi ketika tengkulak masuk dalam rantai pasok beras nasional. Di mana, para tengkulak menjadi perantara bagi petani dan konsumen.

Perkaranya, saat mereka berperan dari sentra produksi ke tempat distribusi hingga pengecer membuat harga beras menjadi lebih mahal. Artinya, mereka mengambil beras di petani dengan harga murah, namun dijual di konsumen cukup tinggi.

Amran menuturkan, keuntungan yang didapatkan tengkulak dihitung dari selisih harga rata-rata di tingkat penggilingan dengan eceran. Seperti, Rp 2.000 per kilogram (Kg) dikalikan 21 juta ton beras.

" 21 juta ton dikali Rp 2.000 (selisih harga), itu Rp 42 triliun yang didapatkan dari middleman," ungkap Amran.

Tag:  #kopdes #merah #putih #bakal #gantikan #tengkulak #mentan #pastikan #raup #untung #jumbo

KOMENTAR