Akselerasi Hilirisasi Industri Alumina, Bauksit Antam Diproses BAI Disuplai ke Inalum jadi Aluminium
PT Inalum resmi menerima pengiriman perdana alumina dari PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), Selasa (29/4). (ANTARA)
17:18
1 Mei 2025

Akselerasi Hilirisasi Industri Alumina, Bauksit Antam Diproses BAI Disuplai ke Inalum jadi Aluminium

 

- Pemerintah memperkuat fondasi hilirisasi mineral melalui optimalisasi komoditas bauksit yang dinilai strategis dalam peta pengembangan industri nasional. Dengan cadangan besar dan struktur pasar yang terus bertumbuh, bauksit disebut berperan penting sebagai penggerak nilai tambah dalam negeri.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tri Winarno, menjelaskan bahwa kebijakan larangan ekspor bijih bauksit serta penetapan Harga Patokan Mineral (HPM) bukan sekadar instrumen fiskal. Kebijakan ini juga menjadi implementasi nyata dari amanat Undang-undang Minerba.

"UU Nomor 3 Tahun 2020 secara tegas mewajibkan peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dan pemurnian. Larangan ekspor bijih bauksit sejak Juni 2023 bukan keputusan mendadak, tapi bagian dari transisi yang disiapkan sejak lama," kata Tri dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (30/4).

Tri memaparkan, cadangan bauksit Indonesia tergolong besar. Pada 2022, produksi bijih bauksit nasional sempat menyentuh 31,8 juta ton.

Setelah kebijakan larangan ekspor diberlakukan, produksi menurun menjadi 19,8 juta ton pada 2023, dan 16,8 juta ton pada 2024. Meski begitu, ESDM optimistis angka ini akan kembali meningkat seiring masuknya proyek-proyek hilirisasi baru yang telah mendekati tahap operasional.

Salah satu entitas yang telah menyiapkan ekosistem hilirisasi secara terintegrasi adalah PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Direktur Utama Antam, Niko Kanter, menjelaskan bahwa pihaknya terus berkomitmen memperkuat rantai nilai bauksit, dari hulu hingga ke produk alumina.

"Antam telah mencatatkan produksi bauksit sebesar 1,3 juta wet metric ton (WMT) pada 2024, dengan penjualan 0,7 juta WMT. Kami juga memiliki segmen hilir bersama Indonesia Chemical Alumina (ICA), dengan produksi mencapai 148 ribu ton dan penjualan 177 ribu ton alumina," ujar Niko.

Antam juga menjadi salah satu pemilik saham di PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), yang saat ini telah memasuki tahap transisi ke operasi komersial. BAI telah berhasil melakukan produksi trial alumina dan mengirimkan 21.000 ton perdana ke PT Inalum untuk pengujian kualitas.

"Dengan kehadiran BAI, ekosistem hilirisasi aluminium nasional menjadi lebih utuh. Bauksit kami olah menjadi alumina, dan selanjutnya diserap oleh Inalum menjadi aluminium. Ini adalah bentuk hilirisasi nyata yang berdampak langsung pada industri strategis nasional," tambah Niko.

Dikutip dari Antara, Kamis (1/5), Direktur Utama PT Inalum, Ilhamsyah Mahendra, mengatakan bahwa pengiriman perdana alumina dari PT BAI tersebut adalah hasil nyata dari sinergi antara BUMN dalam ekosistem Mind ID. "Bauksit dari PT Antam, diproses oleh PT BAI menjadi alumina, kemudian diolah oleh PT Inalum menjadi aluminium. Distribusinya didukung Sinergi Mitra Lestari. Ini contoh kolaborasi ideal," katanya.

Ia menegaskan bahwa pengiriman alumina dari PT BAI akan dilakukan secara berkala hingga kapasitas produksi mencapai 100 persen. Dengan demikian, ketergantungan terhadap impor akan berkurang drastis dan suplai domestik akan meningkat.

Ia menambahkan bahwa PT Inalum dan PT BAI berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 1 persen per tahun dan direncanakan menyerap hingga 1.500 tenaga kerja di Kalimantan Barat. Selain mendukung program hilirisasi, proyek itu juga masuk dalam tiga poin utama program Asta Cita Presiden Prabowo yakni penciptaan lapangan kerja, penguatan SDM, dan industrialisasi.

Saat ini PT Inalum telah memenuhi 70 persen kebutuhan aluminium secara domestik dan mengekspor sisanya sebanyak 30 persen.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #akselerasi #hilirisasi #industri #alumina #bauksit #antam #diproses #disuplai #inalum #jadi #aluminium

KOMENTAR