Indef Prediksi BI Masih Akan Tahan Suku Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesa Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti (kanan), Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono (kiri) menyampaikan paparan saat konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (19/3/2025). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00 persen dan suku bunga Lending Facili
12:20
20 April 2025

Indef Prediksi BI Masih Akan Tahan Suku Bunga Acuan

- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen.

Seperti diketahui, bank sentral akan menggelar rapat dewan gubernur (RDG) BI pada 22-23 April 2025 untuk menentukan suku bunga acuan sesuai kondisi ekonomi terkini.

Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, Abdul Manap Pulungan, menilai BI masih belum akan menurunkan suku bunga acuan karena nilai tukar rupiah cukup terkendali.

Meskipun, pemerintah telah mendesak BI untuk segera menurunkan suku bunga acuannya agar likuiditas perekonomian yang saat ini berkurang dapat kembali tercukupi.

"Kalau kita lihat, BI rate sepertinya akan tetap ditahan karena kan yang namanya depresiasi rupiah ini memang sudah mulai reda di pertengahan April ini," ujarnya dalam diskusi publik, dikutip Minggu (20/4/2025).

Dia melanjutkan, meski begitu, kondisi ini tetap harus diperbaiki secara fundamental agar nilai tukar mata uang Garuda tetap solid.

Salah satunya dengan memperbanyak cadangan devisa melalui peningkatan ekspor dan investasi dari luar negeri.

Dalam hal ini, kata dia, Indonesia dapat meniru China yang dapat menjaga nilai tukar mata uangnya dengan cadangan devisa yang tinggi.

Tercatat, posisi cadangan devisa Indonesia meningkat pada Maret 2025 menjadi 157,1 miliar dollar AS.

Kenaikan ini berasal dari penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri oleh pemerintah.

"Kemarin cadangan devisa kita naik jadi 157 miliar dollar AS, tapi itu bukan karena kenaikan dari sisi ekspor, tetapi lebih pada penerbitan global bond," ungkapnya.

Sementara itu, ekonom Indef Eko Listiyanto memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) masih akan menahan Fed Funds Rate di kisaran 4,25-4,5 persen.

Nilai tukar dollar AS yang masih lemah jadi alasannya.

Konsensus ekonom juga menunjukkan hal serupa.

Ilustrasi SHUTTERSTOCK/MONSTER ZTUDIO Ilustrasi Sebanyak 81 persen ekonom memperkirakan The Fed belum akan mengubah suku bunga pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) 7 Mei mendatang.

Namun, untuk periode FOMC selanjutnya, dari Juni hingga Oktober 2025, mayoritas ekonom memproyeksikan kenaikan Fed Funds Rate. "Dari sisi keuangan sudah kelihatan bahwa enggak segampang itu juga (naikkan suku bunga), karena ternyata ada tekanan di dalam nilai tukar mereka. Tapi ada analisis lebih ke arah meningkat ke depannya," kata Eko dalam kesempatan yang sama.

Eko menilai, ketegangan perang dagang antara AS dan China yang kian meningkat dapat mendorong The Fed menaikkan suku bunga acuan ke depannya.

Sebab, tekanan pada perdagangan kedua negara bisa memicu lonjakan inflasi.

Menurut dia, risiko inflasi akan semakin besar jika AS dan China saling membalas dengan tarif impor dalam jumlah besar.

Dampaknya bukan hanya inflasi, tetapi juga potensi resesi di AS.

"Implikasinya adalah kalau inflasinya naik, suku bunga naik. Kemungkinan besar moneternya akan mengetat," jelasnya.

Seperti diketahui, ketegangan dagang AS dan China makin tajam.

Keduanya terus saling membalas kebijakan yang memperkeruh hubungan ekonomi global.

Terbaru, AS menaikkan tarif impor barang dari China hingga 245 persen.

Angka ini jauh lebih tinggi dibanding tarif sebelumnya yang sebesar 145 persen.

Tag:  #indef #prediksi #masih #akan #tahan #suku #bunga #acuan

KOMENTAR