



Dampak Tarif Trump, BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Jadi 2,9 Persen
Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini karena ketidakpastian global yang tinggi akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, upaya China yang membalas pengenaan tarif resiprokal AS kemungkinan akan diikuti oleh sejumlah negara lain.
Langkah retaliasi ini akan meningkatkan fragmentasi ekonomi global dan menurunkan volume perdagangan dunia.
Akibatnya, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS dan China akan mengalami penurunan tahun ini sejalan dengan dampak perang tarif kedua negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang juga akan melambat, dipengaruhi dampak langsung dari penurunan ekspor ke AS dan dampak tidak langsung dari penurunan volume perdagangan dengan negara-negara lain.
BI sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal di bawah 5,1 persen, dari semula diperkirakan bisa mencapai 5,1 persen pada 2025.
"Akibatnya, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diprakirakan akan menurun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen dengan penurunan terbesar terjadi di AS dan China," ujarnya saat konferensi pers, Rabu (23/4/2025).
Perry melanjutkan, perang tarif dan dampak negatifnya terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi AS, China, dan ekonomi dunia akan memicu peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global serta mendorong perilaku menghindari risiko para pemilik modal.
Kondisi ini mengakibatkan imbal hasil (yield) US Treasury menurun dan indeks mata uang dollar AS terhadap berbagai mata uang dunia (DXY) melemah, di tengah peningkatan ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate).
Kemudian, aliran modal dunia bergeser dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman (safe haven asset), terutama ke aset keuangan di Eropa dan Jepang serta komoditas emas.
Ilustrasi dunia Sementara itu, aliran keluar modal global dari negara berkembang masih berlanjut sehingga memberikan tekanan terhadap pelemahan mata uangnya.
"Memburuknya kondisi global tersebut memerlukan penguatan respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," tuturnya.
Sebagai informasi, Dana Moneter Internasional (IMF) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,8 persen pada tahun ini.
IMF sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global di angka 3,3 persen sebagai laporan mereka pada Januari 2025.
Proyeksi terbaru itu dikeluarkan IMF dalam laporan World Economic Outlook yang diunggah di laman mereka, Selasa (22/4/2025).
Penurunan pertumbuhan ekonomi global itu dikarenakan tarif yang dipasang oleh Presiden AS Donald Trump.
“Pengumuman antara 1 Februari dan 4 April oleh AS dan tindakan balasan oleh negara-negara lain, ini mengurangi proyeksi pertumbuhan global kami menjadi 2,8 persen pada tahun ini dan 3 persen pada tahun depan,” tulis laporan IMF, dikutip dari laman resminya.
Tag: #dampak #tarif #trump #pangkas #proyeksi #pertumbuhan #ekonomi #dunia #jadi #persen