



Komisi X DPR: TNI Jangan Represif dan Ancam Mahasiswa
- Komisi X DPR RI mewanti-wanti TNI untuk tidak datang ke kampus dengan tujuan mengintervensi kegiatan mahasiswa di ruang akademik, apalagi melakukan tindakan represif dan pengancaman.
“Kami di Komisi X selalu mengingatkan, baik Kemndiktisaintek maupun kementerian atau lembaga terkait agar jangan sampai TNI yang tadinya bertujuan untuk menanamkan wawasan kebangsaan, bela negara, kemudian menambah cinta tanah air bagi mahasiswa-mahasiswi kita, berubah menjadi tindakan-tindakan lain di luar tindakan tersebut, termasuk represif, pengancaman dan sebagainya,” kata Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian Irfani, saat ditemui di Gedung DPR RI, Rabu (23/4/2025).
Dia mengatakan pihaknya pun selalu mengingatkan Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) dan lembaga terkait lainnya untuk mengantisipasi hal tersebut.
Meski begitu, Lalu menekankan bahwa sampai saat ini pihaknya masih mencoba berpikiran positif soal kehadiran TNI di lingkungan kampus, yang belakangan banyak diperbincangkan dan dikhawatirkan publik.
Politikus PKB itu berpandangan bahwa TNI yang datang ke kampus tersebut, bertujuan meningkatkan wawasan kebangsaan dan cinta tanah air kepada para mahasiswa.
“Ya tentu kita husnuzan saja bahwa maksud dan tujuannya sebenarnya ingin menanamkan wawasan kebangsaan kepada mahasiswa-mahasiswi kita yang ada hari ini di kampus. Ingin menanamkan kecintaan terhadap tanah air, ingin menanamkan bela negara,” kata Lalu.
Lalu pun mengeklaim bahwa belum mendapatkan laporan adanya TNI datang ke kampus untuk mengintervensi kegiatan mahasiswa yang kritis terhadap Revisi Undang-Undang (RUU) TNI yang kini telah menjadi UU tersebut.
“Sejauh ini kami belum melihat intervensi yang terlalu dalam ya terkait dengan korelasi-korelasi yang disampaikan tadi,” pungkasnya.
Fenomena tentara masuk kampus
Fenomena tentara masuk kampus tercatat berulang kali terjadi sejak Maret 2025, setelah revisi UU TNI disahkan. Kompas.com mencatat total 5 peristiwa TNI masuk kampus yang terjadi sejak Maret 2025.
Pada 24 Maret 2025 terjadi pertemuan antara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Jenderal Soedirman (Onsoed) dan Kodim 0701 Banyumas, Jawa Tengah, yang dilatarbelakangi aksi protes RUU TNI pada 21 Maret 2025.
Pertemuan ini berlangsung setelah sebelumnya Kodim 0701 Banyumas mendatangi kampus Onsoed dan menemui rektorat, serta mengirimkan surat undangan dialog ke BEM Onsoed.
"Sayangnya, pertemuan tersebut hanya dijadikan wadah oleh militer untuk meminta klarifikasi serta permintaan maaf atas aksi yang diselenggarakan oleh mahasiswa dan masyarakat Banyumas pada 21 Maret yang lalu," demikian pernyataan BEM Unsoed melalui akun Instagram mereka.
Pada 25 Maret, giliran mahasiswa Papua merasa terancam dengan beredarnya surat dari Komando Distrik Militer 1707/Merauke yang dikirimkan kepada Sekretariat Daerah Merauke untuk meminta data mahasiswa.
Di awal surat, Kodim menjelaskan dua dasar permintaan data tersebut, yaitu program kerja bidang intelijen/pengamanan dan pertimbangan komando serta Staf Kodim 1707/Merauke. Ketiga, pengumuman kerja sama antara TNI dan Universitas Udayana.
Meski perjanjian itu diteken oleh Rektor Universitas Udayana, I Ketut Sudarsana, dan Panglima Kodam IX/Udayana, Muhammad Zamroni, atas nama Kepala Staf Angkatan Darat pada 5 Maret di Denpasar, informasi tersebut menjadi sorotan pada 26 Maret.
Peristiwa keempat adalah kedatangan anggota TNI dalam diskusi bertema "Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer bagi Kebebasan Akademik" di Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, pada 14 April 2025.
Laporan dari Amnesty Internasional Indonesia menyebut, anggota TNI itu menanyakan identitas pribadi para panitia diskusi secara rinci, mulai dari nama, tempat tinggal, dan jenjang semester.
Terakhir adalah peristiwa kedatangan Komandan Distrik Militer Depok 0508 Kolonel Iman Widhiarto ke kampus Universitas Indonesia pada 16 April 2025 saat mahasiswa sedang menggelar Konsolidasi Nasional Mahasiswa.
Iman mengaku datang ke acara tersebut karena diundang oleh mahasiswa berinisial F dan Kepala Bagian Pengamanan UI berinisial AR.
"Saya berbincang-bincang santai dengan lima orang mahasiswa dalam suasana keakraban sebagaimana adik-kakak hingga pukul 00.30 WIB," kata Iman.