Kemenko Marves Ungkap Potensi Ekonomi Biru RI, Seberapa Besar?
Archipelagic and Island States (AIS) Forum bersama Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko marves), turut berpartisipasi dalam rangkaian acara Bali Ocean Days yang diselenggarakan oleh Sky Blue Sea Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada upaya – upaya perlindungan ekosistem laut dan promosi ekonomi biru.
Kegiatan tersebut berlangsung di InterContinental Hotel Jimbaran, Bali, 19-20 Januari 2024.
Rangkaian pelaksanaan Bali Ocean Days terdiri dari Blue Conference dan Eco Showcase. Dalam Blue Conference, berbagai pembicara ahli dari lingkup kementerian, institusi pendidikan, organisasi non-pemerintah, organisasi internasional, hingga sektor swasta turut hadir dan memaparkan kajian strategis mereka terkait isu – isu krusial seputar kemaritiman dan upaya konservasi ekosistem laut.
Sementara itu, Eco Showcase menjadi ruang bagi para penggerak yang telah berperan aktif dalam upaya mempromosikan dan menerapkan praktik berkelanjutan untuk menampilkan praktik baik dan aksi nyata yang telah dilakukan.
Pada panel sesi Blue Conference, Deputi bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenkomarves Jodi Mahardi memaparkan tentang berbagai langkah aktif yang telah dilakukan pemerintah Indonesia dalam upaya untuk mengakselerasi implementasi ekonomi biru.
Salah satu yang disoroti Deputi Mahardi adalah keterlibatan Indonesia dalam perumusan Pedoman Strategis Pembiayaan Biru (Blue Strategic Financing Document) bersama Sekretariat AIS Forum di tahun 2022. Dokumen ini yang kemudian dijadikan sebagai salah satu acuan bagi Indonesia ketika meluncurkan sovereign blue bond (surat obligasi biru) yang pertama di tahun 2023.
“Melalui AIS Forum, Indonesia sangat aktif mendukung dan bekerja sama dengan berbagai Forum dan Organisasi Internasional/Regional untuk memastikan upaya bersama dalam memajukan ekonomi biru secara global," kata Jodi dikutip Selasa (23/1/2024).
Lebih lanjut lagi, Jodi juga menambahkan bahwa keberhasilan Indonesia dalam meluncurkan obligasi biru dapat menjadi cetak biru bagi negara-negara lain, khususnya negara – negara AIS untuk memanfaatkan potensi pembiayaan berkelanjutan.
Pada kesempatan yang sama, Profesor Luky Adrianto dari IPB University memaparkan tentang pengembangan Blue Economy Development Index (BEDI) yang dilakukan oleh AIS Forum. Selama beberapa tahun terakhir, AIS Forum secara intensif mengembangkan BEDI bersama para akademisi dan ahli di bidang ini, termasuk Profesor Luky Adrianto yang menjadi pioneer dalam mengenalkan BEDI kepada masyarakat luas.
“BEDI merupakan sebuah alat ukur yang bisa digunakan untuk melihat capaian pengembangan ekonomi biru di suatu negara. Terkhususnya negara – negara AIS, BEDI bisa menjadi acuan yang bagus untuk menakar regenerasi ekonomi biru berkelanjutan, mengingat bahwa negara-negara pulau dan kepulauan memiliki potensi yang cukup besar di sektor ekonomi biru ini,” pungkasnya.
Untuk diketahui, dikembangkan sejak 2018, BEDI saat ini telah mencapai tahap akhir dalam proses simplifikasi alat ukur agar lebih mudah digunakan secara global, lebih khususnya untuk negara – negara pulau dan kepulauan. Sebagai sebuah forum global yang fokus dalam mengadvokasi isu dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat kepulauan, pengembangan BEDI oleh AIS Forum diharapkan bisa menjadi salah satu medium yang tepat guna bagi negara – negara AIS untuk menganalisis performa ekonomi biru di negara – negara tersebut.
Tag: #kemenko #marves #ungkap #potensi #ekonomi #biru #seberapa #besar