Sikap Dovish Bank Central Negara Maju Jadi Sentimen Positif Ekuitas ASEAN
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. (Miftahul Hayat/JawaPos)
17:45
18 September 2024

Sikap Dovish Bank Central Negara Maju Jadi Sentimen Positif Ekuitas ASEAN

–Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat tipis pada penutupan perdagangan bursa pada Selasa (17/9). Naik 19,65 poin atau 0,25 persen ke level 7831,78. Sebanyak 324 saham menguat, 257 saham melemah, dan 216 saham stagnan.

Associate Director Of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyatakan, peningkatan saham sektor teknologi paling kuat sebesar 1,79 persen. Di posisi terlemah terdapat sektor infrastruktur minus 0,82 persen.

”IHSG dan bursa Asia ditutup menguat saat pelaku pasar memiliki harapan akan kebijakan pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). Gelombang akan kebijakan moneter pemangkasan suku bunga acuan menjadi perhatian pasar,” ungkap Nico Demus.

Sementara dari dalam negeri, pasar menanti hasil pertemuan hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 17-18 September sehubungan dengan kebijakan moneter. Pasar berharap kebijakan moneter yang diputuskan kebijakan yang pro-stabilitas. Selain itu, juga realisasi neraca perdagangan Indonesia Agustus kembali mencatatkan surplus sebesar USD 2,89 miliar.

Nico menjelaskan, pencapaian itu didukung dari kinerja ekspor yang meningkat mencapai USD 23,56 miliar atau tumbuh 5,97 persen dari bulan sebelumnya. Sedangkan nilai impor Indonesia tercatat USD 20,67 miliar atau turun 4,93 persen secara bulanan.

”Tentunya ini memberikan gambaran bagaimana sinergi pemerintah dan otoritas lainnya dalam menjaga ketahanan eksternal sehingga ini memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang berkelanjutan,” ujar Nico Demus.

Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina menyatakan, sektor keuangan, properti, dan teknologi menjadi penggerak IHSG. Tecermin dari empat besar saham teraktif yang dalam perdagangan bursa. Yaitu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

”Emiten sektor keuangan dan perbankan diuntungkan oleh (sentimen) penurunan suku bunga (bank sentral global),” ujar Martha Christina.

Menurut dia, sikap dovish bank-bank sentral negara maju yang nanti juga diikuti Bank Indonesia (BI) jelang akhir tahun ini bakal mengerek daya beli masyarakat. Yang diharapkan dapat mendorong konsumsi rumah tangga. Sehingga dapat menggairahkan sektor ritel. Emiten BMRI, BBCA, dan BBRI bisa menjadi perhatian untuk saham pilihan di bursa.

Ekuitas Asia Tenggara menjadi favorit pengelola dana global setelah pergeseran kebijakan The Fed dan bank sentral negara maju. Sejalan dengan tingkat inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) per Agustus yang mereda. Realisasi tersebut menguatkan proyeksi The Federal Reserve (The Fed) bakal memangkas suku bunga acuannya pekan ini.

Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan indeks harga konsumen melambat menjadi 2,5 persen year-on-year (YoY) pada Agustus. Turun dari 2,9 persen YoY pada bulan sebelumnya. Sekaligus merupakan angka tahunan terendah sejak Februari 2021.

Meski demikian, inflasi secara bulanan masih tumbuh 0,2 persen. Indeks harga pangan naik tipis 0,1 persen month-to-month (MtM). Setelah sebelumnya meningkat 0,2 persen MtM dalam dua bulan terakhir. 

”Ini menunjukkan inflasi di AS masih ada. Sehingga The Fed kecil kemungkinan melakukan pemangkasan 50 bps (basis point). Pada pertemuan pekan ini hampir dapat dipastikan The Fed akan melakukan pemotongan bunga sebesar 25 bps,” kata analis pasar modal Hans Kwee kepada Jawa Pos.

Dari Eropa, lanjut dia, European Central Bank (ECB) kembali memotong suku bunga acuan 25 bps pada pertemuan Kamis (12/9). Suku bunga baru telah ditetapkan sebesar 3,65 persen untuk operasi pembiayaan utama, 3,90 persen untuk fasilitas pinjaman marjinal, dan 3,50 persen untuk fasilitas simpanan. Kebijakan tersebut merespons inflasi yang melambat dan pertumbuhan ekonomi yang melemah di kawasan Benua Biru.

Dalam pidatonya, ekonom ECB Philip Lane mengatakan, bank central harus terus memangkas suku bunga acuan secara bertahap tanpa perlu menetapkan jadwal. Karena kondisi dapat berubah. Bahkan, mungkin perlu mempercepat pemangkasan ECB rates apabila ekonomi tersendat atau deflasi meningkat. Namun, harus memperlambat bila terjadi kejutan ke arah lain.

”Prospek pemotongan berikutnya baru mungkin akan terjadi lagi di Desember,” ujar Philip Lane, dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Trisakti itu.

Menurut dia, sikap dovish (lunak) bank sentral negara-negara maju itu membuat ekuitas Asia Tenggara menjadi favorit investor global. Indonesia, Thailand, dan Malaysia, menjadi beberapa negara yang paling diminati. Sentimen tersebut juga membuka ruang Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan pekan ini. Meski masih terbuka juga peluang pemotongan bunga 25 bps. Mengingat nilai tukar rupiah yang lebih kuat, cadangan devisa yang cukup, dan inflasi yang menurun tajam.

”Berbagai data dan berita itu membuat IHSG (indeks harga saham gabungan) berpeluang menguat dengan support di level 7.723 sampai 7 546 dan resistance di 7.850 hingga 7.950,” tandas Philip Lane.

Penutupan IHSG Sepekan

-9 September: 7.702,74

-10 September: 7.761,39

-11 September: 7.760 ,96

-12 September: 7.798 15

-13 September: 7.812,13

-17 September: 7.831,78

Saham Teraktif Perdagangan Selasa (17/9)

-BBRI: Rp 1.068.395.027.500

-BBCA: Rp 938.430.847.500

-BMRI: Rp 713.416.445.000

-BRIS: Rp 610.662.929.000

-BREN: Rp 513.621.277.500

Sumber: BEI

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #sikap #dovish #bank #central #negara #maju #jadi #sentimen #positif #ekuitas #asean

KOMENTAR