Sajak: Identitas
Identitas
a/ Ihwal Nama
Mulanya kau bersikeras menjelaskan, tentang sebuah makna. Huruf-huruf yang saling terkait dan menciptakan panggilan. Sekaligus menghubungkan setiap tabiat dari lingkar kepala atau ingatan yang sekejap merasuk. Dan kau terbiasa, melengkapi ucapan itu, mengekalkan dirimu agar sublim. Seperti puisi lama yang pernah kautulis jauh hari, meski tak lagi bisa sembunyi. Di masa sekolah, di muka kulit sebuah buku engkau merangkaikan lagi huruf demi huruf. Mendadak seperti Narcissus, kau berkaca bahwa itu memang dirimu sendiri. Yang tak terbagi. Barangkali abadi.
b/ Tempat Tanggal Lahir
Ada sebuah kota, juga deretan angka dari hari, bulan, sekaligus tahun. Membungkusmu dengan kerlip riang. Dan sebuah rasi bintang, perangai bimbang atau zodiak acapkali kautunggu di sebuah tabloid. Bagaimana peruntunganmu di bulan ini. Sesekali hidup memang serupa dengan judi. Sebab selain sepi, kita hanya punya sekerumun mimpi. Engkau paham, tak pernah minta dilahirkan pada hari bagaimana atau tanggal berapa. Hanya selalu kauingat desah ibu, jeritannya yang melontarkanmu dari gelap garba ke pintu cahaya.
c/ Jenis Kelamin
Sebagai pejantan atau betina, mungkin pula tak serupa enigma. Tapi selalu ada tanda dengan aturan baru. Misalnya, sebagai pejantan kelak lenganmu harus kuat memanggul dan tak cengeng. Atau sebagai betina rambutmu harus panjang dengan tutur langkah dan kata yang kemayu. Bersama tubuh engkau akan tumbuh.
d/ Alamat
Ke sebuah rumah. Ke langkah lelah. Pucuk pintu yang menunggu. Mungkin dalam gertap murungmu yang telanjur beku. Ada pagar yang membatasi jalan. Oh, sebuah jalan kecil terus memanggil. Agar engkau pulang tidak dengan tubuh yang gigil.
Edelweis, 2024
Tag: #sajak #identitas