Potret Perjalanan dan Pemaknaan Hidup dalam SIASAT
REFLEKSI HISTORI: Karya Nisa R.A. berjudul Playgrounds of Resilience 2 mengangkat tema soal memori masyarakat Aceh pascatsunami pada 2004 lalu. (GUNTUR AGAR TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA)
10:32
7 Januari 2024

Potret Perjalanan dan Pemaknaan Hidup dalam SIASAT

– Tujuh perupa menggelar pameran bersama bertajuk SIASAT. Bertempat di Cemeti Institute for Art and Society, pameran itu menyajikan karya yang tidak biasa. Mulai dari reruntuhan bangunan, barang rongsok, hingga dokumentasi instalasi seni rupa.

Para seniman itu adalah Alfiah Rahdini, Arif Furqan, Dian Suci Rahmawati, Mother Bank, Nisa R.A., Octo Cornelius, dan Ruby Sofyan. Ketujuhnya hadir dengan persepsi masingmasing tentang SIASAT. Karya-karya mereka tersaji mulai 28 Desember hingga 27 Januari mendatang.

Pembukaan SIASAT diawali dengan presentasi karya Ruby Sofyan. Karya berjudul Segara tanpa Tepi tersaji di ruang pamer sisi depan. Pengunjung diajak menyusuri lorong labirin yang terbuat dari kain hitam transparan. Titik akhirnya adalah prasasti yang terbuat dari cermin dengan kain pada sisi atasnya.

’’Konsepnya tentang perjalanan hidup saya. Pengalaman saya sebagai pribadi yang memiliki masalah, dan itu manusiawi. Membuat konsep labirin sebagai perjalanan hidup tidak ada yang mudah dalam mencari jati diri,’’ jelas Ruby pekan lalu (28/12).

Dia mengibaratkan labirin layaknya lika-liku perjalanan spiritualitas dalam mencari Tuhan. Ruby lalu bercerita bagaimana dirinya berjalan keluar dari zona aman dan nyamannya. Namun, semakin dia berjalan, justru semakin jauh dari jawaban yang dia cari.

’’Artinya, tidak perlu melihat atau mencari apa pun di luar diri kita sendiri. Cukup melihat ke diri kita menjadi jalan keluar ini. Dalam prasasti ada aksara Sunda Wiwitan yang artinya, setiap manusia pada dasarnya ada sisi mencari kedamaian dalam hidup dan ini ada di center karya, di mana semua bertumpu dalam hati,’’ kata Ruby.

Perupa Nisa R.A. berkata, karyanya yang berjudul Playgrounds of Resilience 2 menghadirkan beragam reruntuhan bangunan dan rongsok. Instalasi itu menceritakan perjalanan hidup Nisa yang lahir dan besar di Aceh.

Secara spesifik, Nisa menghadirkan ingatan masa kanak-kanak setelah tsunami Aceh pada 2004. Juga potongan konflik horizontal yang sempat membuat Aceh berstatus daerah operasi militer (DOM).

MENJAGA WARISAN: Seniman Arif Furqan pada karya Pieces and Paradox menyampaikan pesan tentang hilangnya ingatan kolektif soal keluarga dan rumah. (GUNTUR AGAR TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA)

’’Menceritakan entitas saya sebagai generasi setelah akhir masa konflik di Aceh dan mendefinisikan ulang setelah tragedi tsunami. Mempertanyakan ke diri sendiri apa itu Aceh, apa itu menjadi orang Aceh, menjadi generasi orang Aceh setelah konflik dan tsunami,’’ ujarnya.

Nisa menyulap ruang pamer dengan reruntuhan bangunan pada sisi dinding dan lantainya. Selain itu, berjajar barang rongsok yang berdiri layaknya tiang di setiap sudutnya. Kemudian, pada dinding tertempel kolase foto konflik maupun tragedi tsunami Aceh.

Instalasi tersebut menggambarkan ruang bermain anak-anak pada masa itu. Nisa menuturkan, kala itu anak-anak Aceh belum sepenuhnya paham atas kondisi yang terjadi. Sehingga tanpa sadar dan dengan terpaksa menjadikan reruntuhan sebagai ruang bermainnya.

’’Properti yang saya bawa di karya ini berasal dari barang rongsok, lalu memori saya, kolekting dari masa kecil saya. Mempertanyakan playground sebagai pengungsi di Aceh dan saya mengingat kembali memori itu lewat benda-benda yang saya kumpulkan, rongsokan ini,’’ papar Nisa.

BERDAMAI: Perupa Ruby Sofyan pada Segara tanpa Tepi mengejawantahkan proses pencarian diri lewat karya seni. (GUNTUR AGAR TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA)

Arif Furqan mengemas pola pikirnya dalam karya berjudul Pieces and Paradox. Karya itu berupa potongan-potongan foto wajah yang tertempel di tumpukan batu bata. Karya tersebut merupakan refleksi dari koleksi foto temuan Unhistoried, sebuah proyek pengarsipan foto dan artefak vernakular keluarga Indonesia era Orde Baru.

’’Melalui instalasi bata dan foto temuan, karya ini menghadirkan jejak kepunahan ingatan tentang rumah dan keluarga. Pieces and Paradox mengisyaratkan ambisi pada keberadaan dan ingatan yang justru cenderung dilakukan melalui pengekalan peristiwa dan benda,’’ kata Arif.

Kurator pameran Dimaz Maulana menggambarkan karya di pameran itu sebagai upaya otak-atik gathuk. Representasi sistem sosial masyarakat, politik, hingga sistem kebendaan berbentuk alat. Berawal dari akal-akalan atau eksperimen untuk menyempurnakan temuan dengan berbagai siasat dan percobaan.

’’Konsep SIASAT berangkat dari cara kerja seniman yang punya cara sendiri ketika permasalahan itu muncul. Proses merakit kelihaian dan kepekaan seniman melihat materi yang kemudian merepresentasikan kegelisahan dalam sebuah karya,’’ ujar alumnus Universitas Gadjah Mada itu. (dwi/c18/dra)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #potret #perjalanan #pemaknaan #hidup #dalam #siasat

KOMENTAR