Demi Tayang Dua Menit, Kru Produksi Video Mapping Sibuk Dua Pekan
SEBAGAI festival internasional, Sumonar konsisten mengundang seniman dalam dan luar negeri tiap tahun. Ada yang lewat kurasi, ada pula yang open call.
"Mapping kemarin mengambil ide dari tema festival itu sendiri. Being as Such,” kata Machda dari Furyco Studio pada Jumat (12/1). Dia adalah seniman sekaligus konseptor Sumonar 2023.
Ide yang ada lantas ditindaklanjuti dengan skrip. Skrip berfungsi menggambarkan alur video mapping. Selanjutnya, dibuatlah storyboard. Setelah itu, barulah proses produksi bermula. Butuh waktu dua pekan bagi Machda untuk memproduksi konten yang berdurasi dua menit.
"Yang jadi tantangan itu bagaimana mengadaptasi bentuk dan struktur bangunan yang akan di-mapping agar terasa hidup melalui video mapping,” ungkap seniman asal Bandung itu kepada Jawa Pos.
TITIK NOL: Penjaja makanan ikut kecipratan rezeki dari para penikmat video mapping Being as Such di Jogjakarya bulan lalu. (DOKUMENTASI CITY VISION)
Karakteristik objek yang menjadi "layar” menjadi pertimbangan penting. Dengan demikian, keunikan arsitektur bangunan bisa menunjang performa terbaik karyanya.
"Dibutuhkan kreativitas tinggi untuk mengekspresikan ide secara visual. Termasuk keahlian dalam desain grafis dan animasi untuk membuat konten proyeksi yang menarik dan estetis,” bebernya.
Dahaga untuk terus menantang diri dan berkreasi dengan berbagai kebaruan membuat Machda tidak pernah berhenti berkarya. "Kami selalu tertarik untuk bereksperimen,” ujarnya. Tidak heran, karya Furyco Studio juga sudah mejeng di Swiss, Jepang, dan Rusia. (lai/c6/hep)
---
SUMONAR 2023 DALAM ANGKA
- 2 lokasi pertunjukan: Museum Affandi dan Gedung BNI Titik Nol Kilometer Jogjakarta
- 3 bulan masa persiapan
- 3 seniman mancanegara berkontribusi
- 8 unit proyektor berlumens tinggi Barco UDX-4K40 menyukseskan pertunjukan
- 20 seniman dalam negeri berkontribusi
Sumber: Sumonar 2023
Tag: #demi #tayang #menit #produksi #video #mapping #sibuk #pekan