Cloudflare Sempat Tumbang Lagi dan Bikin Zoom, Canva Down, Ini Penyebabnya
Ilustrasi Cloudflare.(SOPA Images/LightRocket via Getty Images via Forbes)
11:33
6 Desember 2025

Cloudflare Sempat Tumbang Lagi dan Bikin Zoom, Canva Down, Ini Penyebabnya

Ringkasan berita:

  • Cloudflare down kembali terjadi Jumat sore, menyebabkan layanan besar seperti Zoom dan Canva ikut tumbang, termasuk di Indonesia.
  • Penyebab Cloudflare down diklaim bukan serangan siber, melainkan kesalahan penyesuaian firewall saat mitigasi kerentanan software, memengaruhi sekitar 28 persen trafik global selama 30 menit.
  • Cloudflare meminta maaf dan berjanji melakukan perbaikan agar insiden serupa tak terulang.

– Layanan Cloudflare sempat kembali mengalami gangguan pada Jumat (5/12/2025) sore WIB dan menyebabkan sejumlah layanan internet tumbang (down).

Cloudflare merupakan penyedia infrastruktur internet yang menyediakan perlindungan dari serangan siber sekaligus memastikan situs tetap berjalan saat trafik tinggi.

Layanan ini digunakan oleh banyak perusahaan global, termasuk platform besar X (Twitter), Zoom, ChatGPT, Shopify, Sora, Truth, Clalude, Canva, dan masih banyak lagi. 

Jadi, saat Cloudflare mengalami gangguan, semua platform tersebut akan ikut down dan akan menampilkan pesan galat (error) di halaman resminya.

Hal ini juga terjadi 5 Desember sore kemarin, di mana layanan, seperti Zoom dan Canva tidak bisa diakses, termasuk di Indonesia.

Ini bukan kali pertama Cloudflare tumbang dan membuat kelimpungan pengguna internet dunia. Dalam sebulan terakhir, Cloudflare down sebanyak dua kali, yaitu pada 18 November 2025 dan yang terbaru 5 Desember 2025 kemarin. 

Karena fenomena ini jarang terjadi, pihak Cloudflare kembali meminta maaf atas insiden yang terjadi. 

"Insiden seperti ini, apalagi terjadi dalam waktu berdekatan, sangat tidak pantas terjadi di layanan yang kami berikan," tulis Cloudflare dalam blog resmi.

"Oleh karena itu, kami meminta maaf atas dampak dari gangguan layanan Cloudflare terhadap para pelanggan kami dan internet secara keseluruhan," tambah Cloudflare.

Penyebab Cloudflare tumbang Jumat sore

Dalam blog yang sama, mereka juga menjelaskan secara teknis apa yang sebenarnya terjadi pada saat layanannya mengalami gangguan untuk kedua kalinya pada Jumat sore WIB. 

Cloudflare mengeklaim insiden kemarin berlangsung sekitar 30 menit dan memengaruhi sekitar 28 persen trafik globalnya.

Lebih detail, insiden tercatat terjadi pada pukul 15.47 WIB dan perbaikan diterapkan ke sistem pada 16.12 WIB.

Cloudflare menegaskan bahwa gangguan ini bukan akibat serangan siber, melainkan dampak penyesuaian firewall yang dilakukan untuk mengatasi kerentanan perangkat lunak (software) yang mereka ungkap belum lama ini.

Sebelumnya, perusahaan juga sempat melaporkan adanya masalah pada layanan penghubung sistem ke aplikasi (API) mereka.

Saat ini, pihak Cloudflare tidak akan melakukan perubahan sementara kepada sistem mereka, sampai adanya solusi yang pasti terkait mitigasi dan pencegahan terhadap gangguan layanan. 

Dalam waktu dekat, mereka juga akan mengumbar beberapa upaya yang akan dilakukan supaya gangguan tak terjadi lagi di masa depan. 

“Kami telah berbicara langsung dengan ratusan pelanggan setelah adanya insiden tersebut, sekaligus membagikan rencana perubahan agar satu pembaruan di masa depan tidak lagi menimbulkan gangguan luas seperti ini,” tegas Cloudflare.

Kemampuan layanan Cloudflare dipertanyakan

Seorang profesor ilmu komputer di University College London, Steven Murdoch, mengatakan rangkaian dua gangguan dalam waktu dekat dapat memicu pelanggan mengevaluasi ketergantungan mereka pada Cloudflare.

“Menurut saya, mereka akan mulai bertanya-tanya setelah dua gangguan dalam waktu singkat. Cloudflare sendiri tidak senang, mereka juga meminta maaf. Tapi terlalu dini untuk memastikan apakah ini masalah sistemik atau hanya nasib buruk,” tutur Murdoch.

Murdoch menjelaskan bahwa Cloudflare selama ini dipilih karena menawarkan performa, ketahanan, dan perlindungan dari serangan siber, termasuk mitigasi serangan yang membanjiri server (DDoS) dan peningkatan kecepatan website.

Ini artinya, pelanggan atau perusahaan yang memakai Cloudflare akan mendapatkan kecepatan dan keamanan internet di aplikasi mereka dalam satu paket langganan. 

Cloudflare sendiri mengklaim sekitar 20 persen situs web dunia menggunakan layanannya, dengan hampir 300.000 pelanggan di 125 negara.

Dengan infrastruktur yang dimiliki, Cloudflare mengeklaim telah memproses miliaran serangan siber setiap hari dan menghasilkan lebih dari 500 juta dollar AS per kuartal.

Infrastruktur internet raksasa rapuh

Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah insiden seperti gangguan Cloudflare dan gangguan Amazon Web Services (AWS) pada Oktober lalu, yang mengakibatkan ribuan layanan internet down, juga menimbulkan kekhawatiran tentang rapuhnya insfrastruktur internet.

Hal ini disampaikan oleh pakar DNS dan infrastruktur internet, Michal Wozniak. Menurut dia, gangguan-gangguan ini seharusnya tidak terjadi karena datang dari perusahaan besar, dan pelanggannya juga perusahaan besar.

Dengan kata lain, gangguan ini seakan "tamparan" dari narasi yang beredar di publik bahwa perusahaan besar selalu lebih aman. 

“Perusahaan-perusahaan ini sudah terlalu besar untuk tidak gagal. Dan karena mereka menangani begitu banyak trafik internet, ketika mereka gagal, dampaknya tentunya akan langsung terasa secara global,” jelas Michal.

Terkait insiden dan citra perusahaan, Murdoch menilai ada sisi positif yang mungkin justru menguntungkan Cloudflare.

“Saat AWS mengalami gangguan, harga saham mereka justru naik, karena orang menyadari betapa banyak perusahaan yang bergantung pada mereka," tutur Murdoch.

"Dalam beberapa hal, insiden gangguan justru bisa menjadi ‘promosi’ bagi Cloudflare, karena ini menunjukkan betapa banyak layanan internet yang pakai Cloudflare,” pungkas Murdoch, seperti dirangkum KompasTekno dari Guardian.

Tag:  #cloudflare #sempat #tumbang #lagi #bikin #zoom #canva #down #penyebabnya

KOMENTAR