CEO Microsoft Ungkap Masalah Terbesar di Era AI, Bukan soal Chip
Bos Microsoft, Satya Nadella. (JASON REDMOND/AFP via Getty Images)
06:03
11 November 2025

CEO Microsoft Ungkap Masalah Terbesar di Era AI, Bukan soal Chip

- CEO Microsoft, Satya Nadella mengungkap masalah terbesar di era tren kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Menurut Nadella, tantangannya bukanlah soal ada atau tidaknya chip AI, melainkan soal pasokan energi atau listrik.

Hal itu dijabarkan bos Microsoft tersebut dalam sebuah podcast bersama CEO OpenAI Sam Altman, yang ditayangkan di saluran YouTube Bg2 Pod.

Bagi Microsoft, hardware penunjang AI seperti chip AI dan lain sebagainya, mampu mengakomodasi kebutuhan kecerdasan buatan, bahkan sudah melampaui kemampuan yang dapat didukung data center.

Lain halnya dengan pasokan listrik yang masih menjadi "mata rantai penting yang hilang".

Karena itu Nadella menilai bahwa listrik menjadi masalah terbesar di era AI. Apalagi konsumsi daya listrik di tengah tren AI kian meningkat.

"Anda mungkin punya banyak chip yang tersimpan di inventaris karena tidak bisa saya pasang. Inilah masalahnya. Bukan soal pasokan chip, tetapi saya tidak punya 'warm shell' untuk memasangnya," kata Nadella dalam podcast itu.

Warm shell yang dimaksud Nadella itu merujuk pada fasilitas data center yang sudah dilengkapi infrastruktur penting seperti listrik dan sistem pendingin yang memadai.

Namun, karena pasokan listrik menjadi hambatan, maka pemasangan chip AI dan komponen lainnya di data center juga menjadi terkendala.

Secara umum, pusat data modern yang mendukung model AI skala besar, bisa perlu daya setara kebutuhan listrik kota kecil. Kemudian beberapa hypersale data center yang sedang dibangun, diperkirakan mengonsumsi 20 kali lebih banyak listrik dibanding fasilitas sejenis yang sudah ada.

Masing-masing fasilitas itu diproyeksi membutuhkan hingga 2 gigawatt atau setara dengan daya listrik yang dipakai beberapa negara bagian Amerika Serikat.

Adapun menurut ramalan terbaru, pada tahun 2024, data center di AS mengonsumsi listrik sebesar 183 terawatt per jam, setara dengan 4 persen lebih penggunaan listrik nasional. Angka ini juga ditaksir naik dua kali lipat pada tahun 2030.

Pada tahun 2028, tugas-tugas khusus AI saja, ditaksir menghabiskan listrik yang setara 22 persen rumah tangga di AS.

Tantangan soal listrik juga dihadapi operator data center yang harus mengamankan warm shell tadi. Pasalnya, fasilitas ini perlu memiliki kapasitas listrik dan pendinginan yang memadai sebelum sumber daya komputasi baru dapat dijalankan.

Apalagi penyedia cloud dan perusahaan AI dinilai kerap membiarkan server menganggur selama berbulan-bulan, sembari menunggu kendala listrik regional teratasi.

Perusahaan AI OpenAI sendiri menyerukan investasi dalam pembangkit listrik baru demi kecerdasan buatan. CEO OpenAI Sam Altman juga menilai bahwa invetasi China dalam pembangkit listrik tenaga air serta nuklir mampu meningkatkan skala infrastruktur AI.

Altman juga memperingkatkan bahwa kapasitas AS saat ini tertinggal dari kebutuhan listrik untuk AI di masa mendatang.

Adapun spekulasi yang berkembang menyebutkan bahwa hardware bagi konsumen bakal segera mampu menjalankan model AI canggih macam GPT-5 atau GPT-6 secara lokal dengan daya yang sangat rendah. Tentunya, ditunjang dengan teknologi semikonduktor mutakhir.

Bila terwujud, praktik itu dapat meminimalisasi permintaan akan data center terpusat, dihimpun KompasTekno dari Techspot.

Tag:  #microsoft #ungkap #masalah #terbesar #bukan #soal #chip

KOMENTAR