Jangan Asal Klik, TikTok Gencarkan Edukasi Bangun Kebiasaan Digital yang Aman di Era Serba Digital
- Di era ketika hampir semua aktivitas berpindah ke ruang digital, batas antara kenyamanan dan kerentanan semakin kabur. Media sosial alias medsos yang awalnya diciptakan untuk berjejaring dan berekspresi kini juga menjadi ladang subur bagi penipuan, manipulasi informasi, dan serangan siber.
Laporan dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyebutkan, lebih dari 11 ribu aduan penipuan online masuk sepanjang semester pertama 2025, mulai dari penipuan investasi hingga phishing bermodus undian hadiah.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa ancaman digital kini bukan lagi soal teknologi, melainkan perilaku pengguna yang mudah percaya tanpa verifikasi.
Kebiasaan 'klik dulu, pikir belakangan' juga menjadi akar dari banyak kasus penipuan daring. Dalam masyarakat yang serba cepat, verifikasi sering dianggap merepotkan.
Padahal, satu tautan yang salah bisa menguras rekening, mencuri data pribadi, bahkan menjerumuskan korban dalam jeratan pinjaman online ilegal. Kecerdasan digital, bukan sekadar kemampuan teknis, melainkan kemampuan untuk berpikir kritis, kini menjadi keterampilan hidup baru yang wajib dimiliki setiap pengguna internet.
Literasi digital yang rendah juga membuat banyak orang sulit membedakan antara konten asli dan manipulatif. Di media sosial, misinformasi kerap dikemas seolah berasal dari sumber resmi.
Banyak akun palsu yang meniru institusi pemerintah atau perusahaan ternama untuk meyakinkan calon korban. Situasi ini membuat ruang digital semakin rawan dan menuntut peran bersama antara platform, lembaga publik, serta masyarakat untuk membangun ekosistem digital yang lebih aman dan beretika.
Melihat kondisi ini, edukasi digital menjadi kebutuhan mendesak. Bukan hanya untuk menekan angka kejahatan siber, tetapi juga untuk membentuk perilaku digital yang lebih matang, mulai dari kebiasaan memverifikasi sumber, memahami privasi data, hingga berani melaporkan konten yang berpotensi berbahaya.
Salah satu inisiatif yang mengusung semangat tersebut adalah #PikirDuaKali LIVE Series, sebuah ruang diskusi interaktif yang digagas TikTok untuk membantu masyarakat belajar mengenali dan mencegah penipuan online.
Dalam sesi perdana bertema 'Generasi Digital, Cerdas, Kreatif, dan Aman', para narasumber memaparkan bagaimana modus penipuan di dunia maya terus berevolusi.
Hodo Purwoko, VP Head of National Digital Brand Engagement Strategy IM3, menjelaskan bahwa sekitar 65 persen masyarakat Indonesia menghadapi upaya penipuan setiap minggu.
Modusnya beragam: mulai dari SMS undian palsu, telepon berhadiah, hingga akun media sosial yang meniru brand besar untuk menjerat korban.
Untuk meminimalkan risiko tersebut, IM3 mengembangkan teknologi SATSPAM (Satuan Anti-Scam & Spam) berbasis AI yang mendeteksi dan menandai nomor mencurigakan. Namun Hodo menekankan, perangkat secanggih apa pun tidak akan cukup tanpa perubahan perilaku digital masyarakat.
“Biasakan memeriksa informasi sebelum bertindak. Jangan mudah percaya hanya karena pesan terlihat resmi,” ujar dia di Jakarta baru-baru ini.
Upaya memperkuat keamanan digital juga menjadi fokus TikTok Indonesia. Melalui #PikirDuaKali, platform ini berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi RI), Satgas PASTI, IM3, dan sejumlah kreator konten edukatif untuk mengedukasi pengguna tentang pentingnya berpikir kritis di dunia maya.
Edwin Lengkei, Senior Manager PR & Communications TikTok Indonesia, menegaskan bahwa keamanan pengguna adalah prioritas utama.
“TikTok tidak menoleransi segala bentuk penipuan online. Selama semester pertama 2025, kami telah menghapus lebih dari 25 juta konten, termasuk 232 ribu konten penipuan, dan sebagian besar dihapus secara proaktif sebelum dilaporkan pengguna,” jelasnya.
Ia menambahkan, fitur pelaporan di TikTok bersifat anonim agar pengguna berani melapor tanpa khawatir. “Keamanan digital bukan hanya tanggung jawab platform, tapi hasil gotong royong seluruh pengguna,” ujarnya.
Kesadaran digital juga terus digaungkan oleh para kreator. Salah satunya Lianna Nathania (@liannanathania), kreator edukasi dengan jutaan pengikut di TikTok. Ia memperkenalkan metode 3C, Cek, Cegah, dan Cegat sebagai langkah sederhana untuk melindungi diri dari penipuan online.
“Cek dulu siapa pengirim dan isi pesannya. Cegah dengan tidak terburu-buru mengeklik tautan atau mengirim uang. Dan cegat dengan melaporkan serta memblokir akun penipu,” kata Lianna dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, edukasi yang disampaikan dengan cara ringan dan menarik lebih efektif dalam mengubah perilaku pengguna muda yang sering menjadi target utama penipuan digital.
Tag: #jangan #asal #klik #tiktok #gencarkan #edukasi #bangun #kebiasaan #digital #yang #aman #serba #digital