Masalah Lama AC Milan dan Inkonsistensi Usai Gugur di Coppa Italia
- AC Milan kembali berhadapan dengan persoalan mendasar setelah tersingkir dari Coppa Italia 2025-2026.
Kekalahan dari Lazio tak hanya mengakhiri langkah mereka di kompetisi, tetapi juga menyingkap inkonsistensi skuad, terutama terkait peran pemain baru seperti Ardon Jashari dan Samuele Ricci.
Situasi ini membuat Milan harus kembali fokus penuh pada Liga Italia (Serie A), sekaligus memunculkan pertanyaan lain soal masa depan lini depan mereka.
Pada fase kedua musim ini, AC Milan diprediksi menghadapi tantangan dalam memberi menit bermain yang cukup bagi Ricci dan Jashari, mengingat hanya satu kompetisi tersisa.
Hal itu mempertegas persoalan yang sedang dihadapi tim, mulai dari rotasi hingga konsistensi performa.
Menurunnya Performa dan Minimnya Konsistensi
Hasil 0-1 dari Lazio menjadi gambaran jelas bahwa AC Milan masih dibayangi masalah lama.
Meskipun bakat Ricci dan Jashari tidak diragukan, kesempatan bermain bagi keduanya terancam menipis karena padatnya persaingan internal.
Selain itu, kebutuhan akan penyerang baru semakin mendesak. Ketergantungan pada Rafael Leao dan Christian Pulisic membuat lini serang sulit berotasi.
Kondisi ini memaksa pelatih Massimiliano Allegri mempertimbangkan perombakan, terutama menjelang bursa transfer Januari.
Santiago Gimenez Tetap Bertahan
Selain minimnya konsistensi, Milan juga menghadapi ketidakpastian dalam proses transfer. Santiago Gimenez, yang menjadi salah satu tumpuan, menolak segala tawaran yang datang.
Klub diprediksi tetap mencari tambahan amunisi, tetapi langkah tersebut harus dilakukan dengan cermat.
Sementara itu, kegagalan di Coppa Italia membuat media Italia menyoroti empat penyesalan utama Milan.
Gelandang AC Milan Adrien Rabiot merayakan kemenangan timnya di akhir pertandingan Serie A Italia antara AC Milan dan Lazio di stadion San Siro di Milan pada tanggal 29 November 2025.
Jurnalis La Gazzetta dello Sport, Luca Bianchin, menggambarkan kekecewaan tersebut dengan kalimat tajam:
“Milan bermain selama 80 menit dengan pembatas kecepatan menyala, tanpa api di mata,” kata Bianchin dikutip dari Football Italia.
Luca Bianchin menambahkan bahwa AC Milan terlambat menunjukkan agresivitas dan gagal memaksimalkan peluang.
Leao dinilai kurang memberi dampak, sementara Nkunku juga tampil di bawah standar. Bianchin menulis:
"Leao nyaris tak terlihat, berkeliaran tanpa tujuan... Layaknya hantu berbaju kuning."
Selain itu, kesalahan dalam mengantisipasi bola mati dan lemahnya konsentrasi pada momen krusial membuat Milan harus membayar mahal.
Sejumlah pemain inti juga tampil di bawah performa.
AC Milan Butuh Penyerang Baru
Legenda klub, Dejan Savicevic, menyuarakan kekhawatirannya terhadap kondisi AC Milan saat ini. Ia menilai posisi Leao sebagai penyerang tengah tidak ideal.
"Allegri telah memainkannya sebagai penyerang tengah, tetapi perannya memang di sayap kiri," kata Savicevic.
Savicevic juga menegaskan Milan membutuhkan penyerang yang siap bermain karena bomber Juventus, Dusan Vlahovic, sedang cedera panjang.
“Sekarang Milan membutuhkan penyerang yang siap bermain,” tegas legenda Rossoneri, julukan AC Milan, itu.
Tidak hanya bicara soal lini serang, Savicevic juga menyinggung masa depan kiper Mike Maignan, yang masa kontraknya akan berakhir pada 2026:
“Semuanya tergantung padanya. Itu tergantung pada manajemen dan keinginannya untuk bertahan,” pungkasnya.
Tag: #masalah #lama #milan #inkonsistensi #usai #gugur #coppa #italia