



Evan Dimas dan Filosofi Sepak Bola dalam Seni, Membentuk Generasi Bukan asal Gabruk-Gabruk
- Mantan kapten Timnas Indonesia, Evan Dimas memilih jalan sepak bola berbeda setelah menempuh perjalanan panjang di dunia sepak bola profesional, mulai dari membela berbagai klub papan atas hingga mengukir prestasi bersama timnas.
Setiap hari Kamis, Jumat, dan Minggu sore, ia kini bisa ditemui di Lapangan Desa Mojoarum, Kecamatan Gondang, Tulungagung, Jawa Timur yang menjadi tempatnya membimbing puluhan anak untuk berlatih sepak bola bersama.
Di SSB Saraswati Nuswantara Tulungagung, Evan Dimas tidak lagi mengejar sorot lampu stadion dan tidak terpaku pada statistik pertandingan, melainkan menanamkan nilai-nilai sepak bola melalui dunia kepelatihan akar rumput.
“Sangat banyak tentunya, karena di sanggar ini ide-ide semua muncul. Di sini saya melatih dan mendidik tidak semudah melalui sepak bola," kata mantan pemain Persija Jakarta itu kepada jurnalis termasuk KOMPAS.com.
"Ini bukan hanya teknik dan skill, tapi benar-benar mendidik dengan mengedepankan etika dan moral, mencintai lingkungan,” imbuhnya.
Mantan pemain timnas Indonesia Evan Dimas Darmono saat ini menjalankan profesi barunya, melatih anak-anak di SSB Saraswati Nuswantara yang berlatih di lapangan desa Mojoarum Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (19/6/2025) sore.
Selama berada di Tulungagung bukan sekadar mengajari teknik menggiring bola atau strategi permainan.
Ia meresapi filosofi sepak bola dari dimensi lebih dalam, termasuk memasukkan unsur seni tari yang ditemui di sanggar Saraswati Nuswantara sebagai bagian dari pendekatan melatih.
“Saya belajar banyak dari sanggar seni ini, bahwa memasukkan unsur-unsur seni tari ke sepak bola seperti apa formasi gerakannya. Saya awalnya tidak tahu tari, tapi saya memperhatikan adik-adik waktu menari,” ujar Evan Dimas.
"Ternyata ada unsur yang bisa dimasukkan ke sepak bola."
Ia mencontohkan seperti bagaimana gerakan dari seni tari bisa menyerupai permainan rondo, teknik operan cepat dalam tekanan yang biasa digunakan di sepak bola modern.
“Dari tari juga bisa dimasukkan dalam tiki-taka. Di Brasil kan ada samba, itu dari tari juga kan. Jadi sepak bola itu tidak hanya ‘gabruk-gabruk’, tapi juga indah untuk ditonton,” imbuhnya.
Saat ini Evan melihat sepak bola sebagai jalan untuk mendidik karakter. Ia menolak gagasan bahwa kemenangan harus dicapai dengan cara apa pun.
Sebaliknya, ia menekankan pentingnya kekompakan, rasa hormat, dan nilai-nilai moral dalam permainan.
“Kemenangan itu tidak bisa dicapai dengan segala cara tanpa kerukunan dan kekompakan. Saya ingin adik-adik ini tidak hanya mahir secara teknis, tapi juga tahu bagaimana menghormati,” tegasnya.
Mantan pemain timnas Indonesia Evan Dimas Darmono yang mendapatkan banyak dalam cara pandang sepak bola dan seni di Sanggar Saraswati Nuswantara yang terletak desa Mojoarum Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (19/6/2025) sore.
Meskipun kebahagiaannya dulu hadir dari mencetak gol, memenangkan laga atau mendengar gemuruh dukungan di stadion.
Kini, ia menemukan bentuk kebahagiaan baru yang lebih tenang, saat melihat anak-anak didiknya mulai memahami dasar-dasar sepak bola dan menunjukkan perkembangan yang berarti.
“Saya sangat bahagia saat melihat adik-adik SSB ini bisa melakukan hal yang sebelumnya belum bisa mereka lakukan. Misalnya belum bisa passing, sekarang bisa. Itu kebahagiaan tersendiri," tuturnya.
"Ilmu yang saya pelajari bisa saya turunkan, itu kebahagiaan buat saya. Kalau dulu bahagia lihat tim menang, sekarang lihat adik-adik berkembang,” tutur pemain asal Surabaya itu.
Untuk itu di sanggar Saraswati Nuswantara ini Evan Dimas merasa bukan hanya tempat latihan fisik saja, tetapi ruang yang kaya nilai, seni, dan kebijaksanaan.
Terlebih, dirinya tidak menutup diri dari hal baru, justru turut belajar dari para pegiat seni, pendidik dan komunitas yang memiliki visi besar untuk membentuk manusia seutuhnya melalui berbagai bidang termasuk sepak bola.
“Pengalaman saya sebagai pemain bola dan ke pelatih ini dekat, tapi pengalaman saya juga masih sedikit. Jadi waktu untuk belajar bagaimana mendidik generasi muda lewat sepak bola itu sangat saya perlukan. Banyak sekali yang saya pelajari dari sanggar ini,” pungkasnya.
Tag: #evan #dimas #filosofi #sepak #bola #dalam #seni #membentuk #generasi #bukan #asal #gabruk #gabruk