Fakta Baru, Mobil Milik Bos Rental yang Tewas Ditembak Anggota TNI AL Tiga Kali Dijual Dalam 3 Hari
Diketahui awalnya mobil berpelat B 2694 KZO awalnya disewa Ajat Supriatna alias AS (29) pada 31 Desember 2024.
Ajat Supriatna menyewa mobil untuk tiga hari dari 31 Desember 2024 hingga 2 Januari 2025.
Sebelum menyewa mobil dari CV Makmur Raya milik Ilyas Abdurahman, Ajat diketahui sudah bersekongkol dengan IH selaku penadah mobil hasil penggelapan yang saat ini masuk dalam Daftar Pencarian Orang atau DPO.
IH diketahui menyiapkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) palsu untuk Ajat melancarkan aksinya menyewa mobil dari Ilyas Abdurahman.
Setelah mobil Brio berhasil dibawa dari rental milik Ilyas Abdurahman di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten, kendaraan tersebut pun beberapa kali berpindah tangan.
Pertama, mobil diserahkan Ajat kepada IH.
IH menjanjikan Ajat uang Rp 5 juta dari mobil Brio yang berhasil digelapkan.
"AS ini menyerahkan (mobil) kepada saudara IH yang masih DPO," kata Kapolda Banten Irjen Suyudi Ario Seto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (6/1/2025).
Kedua, mobil Honda Brio tersebut kembali beralih tangan kepada RH yang kini masih berstatus DPO.
Saat itu RH membeli mobil Brio milik Ilyas dengan harga Rp 23 juta.
Ketiga, RH kembali menjual mobil milik Ilyas kepada IS dengan harga Rp 33 juta.
Keempat, IS kembali menjual mobil tersebut kepada anggota TNI AL berinisial Sertu AA melalui perantara SY seharga Rp 40 juta.
Sertu AA Tondongkan Pistol Saat Bertemu Ilyas
Dalam kesempatan yang sama, Pangkoarmada RI Laksamana Madya TNI Denih Hendrata mengungkap asal usul penembakan bos rental mobil Ilyas Abdurahman oleh oknum TNI AL.
Ada 3 oknum TNI AL yang terlibat dalam penembakan tersebut masing-masing berinisial Sertu AA, Sertu RH, dan Kelasi Kepala BA.
Sertu AA dan Sertu RH merupakan anggota pasukan elite Komando Pasukan Katak (Kopaska) Armada 1. Sementara Kelasi BA bertugas di kapal perang KRI Bontang.
Peristiwa penembakan berawal saat Sertu AA tertarik dengan mobil Brio milik Ilyas yang dipromosikan dalam sosial media oleh sindikat penggelapan kendaraan.
Kemudian Sertu AA pun bersepakat membeli mobil tersebut yang diambil di daerah Pandeglang Banten.
Denih Hendrata menyebut anggotanya tidak tahu kalau mobil tersebut merupakan hasil penggelapan.
"Sementara ini, kita melihatnya murni sebagai pembeli karena ingin memiliki sebagai kendaraan untuk pribadi," kata dia dalam konfrensi pers Senin kemarin.
Bahkan menurut dia, para pelaku juga merasa tidak bersalah saat mengendarai mobil itu.
"Bagaimana kejadian itu juga tampak tidak ada rasa bersalah ya kan, dan itu ada rangkaian menurut pengakuan dari salah satu anggota," ucapnya.
Tak hanya itu, Denih juga meluruskan soal harga mobil Rp 40 juta yang disampaikan Kapolda Banten.
Menurut Denih, mobil itu diambil Sertu AA, Sertu RH, dan Kelasi Kepala BA tanpa kelengkapan surat, dan ada perjanjian jual beli.
Sehingga uang Rp 40 juta itu baru pembayaran awal dari harga yang disepakati.
"Sebetulnya harga itu juga belum selesai, tadi kan bukti transfer DP Rp 40 juta," jelas dia.
Ia juga menegaskan kalau anggotanya itu membeli mobil melalui online.
"(Uang DP) Itu ada di dalam pembelian, itu kan awalnya dari online seharga Rp 135 juta," ungkapnya.
Bahkan menurut dia, Sertu AA awalnya ingin membatalkan jual beli karena surat-suratnya tak lengkap.
Namun anggotanya itu ternyata termakan bujuk rayu sang penipu.
"Karena si penjual tidak bisa memberikan surat STNK dan BPKB, sebetulnya itu sudah mau dicancel, gak jadi lah, tapi kan karena bujuk rayu di situ, akhirnya dibawa juga," kata dia.
Saat mengambil kendaraan tersebut, Sertu AA mengajak rekannya Sertu RH dan pamannya Kelasi Kepala BA menggunakan mobil Sigra hitam.
Pada Rabu(1/1/2025) Ilyas pun mulai curiga mobil rentalnya digelapkan Ajat.
Hal tersebut seiring dengan putusnya komunikasi Ilyas dan Ajat serta terdeteksinya GPS yang dipasang di mobil tersebut sebagian telah dinonaktifkan.
Diketahui di mobil tersebut ada 3 GPS dipasang untuk melacak keberadaan kendaraan.
ketika diketahui 2 GPS sudah tak aktif, Ilyas bersama putranya dan tim dari komunitas pengusaha rental mobil melakukan pencarian secara mandiri.
Mereka sempat mengira bila mobil yang digelapkan akan dibawa ke Lampung berdasarkan petunjuk dari GPS.
Mereka pun sempat berangkat ke wilayah Merak Banten untuk mengantisipasi mobil di ke Lampung.
Ternyata, mobil tersebut masih berada di wilayah Pandeglang, Banten.
Hingga akhirnya Ilyas bersama tim berangkat ke Pandeglang dan menemukan mobil tersebut sedang dikendarai Sertu AA di daerah Saketi, Pandeglang pada Kamis malam.
Ketika mengadang kendaraan tersebut justru pengendara di dalam mobil Honda Brio tersebut menodongkan pistol.
Bahkan saat diberi penjelasan bila mobil tersebut sebagai mobil rental yang digelapkan, Sertu AA tak terima dan justru menuding Ilyas dan teman-temannya bagian dari sindikat mobil curian.
Ilyas pun sempat meredam suasana yang mulai tak kondusif dengan mengajak pengendara mobil Brio untuk bicara baik-baik di warung kopi.
Tetapi ajakan tersebut ditolak dan justru anggota TNI AL lainnya yang berada di Mobil Sigra menabrak kerumunan orang-orang.
Permohonan Pendampingan Ditolak Polsek Cinangka
Situasi yang semakin tak terkendali, anak Ilyas bernama Agam Muhammad Nasrudin pun mendatangi Polsek Cinangka untuk mendapat pendampingan.
Lagi-lagi upaya Ilyas dan timnya gagal, petugas piket Polsek Cinangka, Pandeglang menolak memberikan pendampingan dengan berbagai alasan.
Kapolda Banten Irjen Suyudi pun membenarkan peristiwa kedatangan Agam ke Polsek Cinangka.
Menurut dia, Agam bersama sejumlah orang mendatangi Polsek Cinangka pada pukul 02.30 WIB.
"Betul ada peristiwa saudara Agam dan saudara Samsul dan lainnya jadi berlima sebelum kejadian penembakan itu sempat ke Polsek Cinangka, Polres Cilegon," kata Suyudi dalam konfrensi pers.
Kedatangan Agam bersama sejumlah orang tersebut diterima anggota piket Bripka Deri Andriani dan Bripka Dedi Irwanto.
Akhirnya, Ilyas bersama tim kembali memburu mobil Brio yang dikendarai Sertu AA secara mandiri
Mereka pun sempat berkomunikasi dengan petugas piket Polsek.
Agam saat itu menyampaikan mobil rentalnya dibawa penyewa ke Saketi, Pandeglang.
"Disampaikan juga GPS tinggal satu, yang dua sudah tidak aktif diduga sudah ada upaya penggelapan," kata Suyudi.
Bripka Deri dilaporkan mengenai adanya dugaan penggelapan rental.
Irjen Suyudi menuturkan saat terjadi diskusi antara rental dan leasing.
Bripka Deri lalu melaporkan hal tersebut kepada Kapolsek AKP Asep Iwan Kurniawan.
Namun, Bripka Deri tidak melaporkan secara utuh kepada AKP Asep Iwan.
"Seharusnya ini terkait rental penyewaan kendaraan yang diduga digelapkan tapi laporannya leasing kepada Kapolsek sehingga Kapolseknya kalau ada leasing harus ada surat dari leasing dan sebagainya," kata Suyudi.
Suyudi mengatakan Agam sebagai pelapor telah membawa BPKB, STNK dan kunci cadangan.
Seharusnya anggota Polri melakukan pendampingan terhadap warga yang melapor tersebut.
"Tapi tidak dilakukan pendampingan karena anggota merasa kekuatan sedikit tidak berimbang sehingga tidak melakukan pendampingan," Suyudi.
Padahal, kata Irjen Suyudi, anggota Polsek Cinangka bisa melakukan permintaan tambahan kepada Polres atau anggota reserse di Polsek.
Tetapi, hal itu tidak dilakukan oleh anggota piket Polsek Cinangka.
"Sehingga dari hasil penyelidikan Propam Polda Banten telah ditemukan pelanggaran ketidakprofesionalan anggota saudara Deri Andriani tidak respons terhadap laporan masyarakat seharusnya memberikan pendampingan untuk mengamankan kendaraan Honda Brio diduga digelapkan," kata Suyudi.
Detik-detik Penembakan Bos Rental Mobil
Anak Ilyas, Agam Muhammad Nasrudin mengungkap detik-detik anggota TNI AL melesatkan tembakan di Res Area KM 54 Tol Tangerang-Merak, Kamis (2/1/2025) dini hari.
Sebelum insiden penembakan terjadi, Agam menceritakan bahwa Sertu AA yang berhenti di lokasi kejadian sempat ditangkap ayahnya dan rekan-rekan lain.
Mereka pun waspada mengingat sebelumnya Sertu AA sempat menodongkan pistol.
"Dipegang tangannya supaya enggak bisa bergerak, ternyata kawan yang di seberangnya itu yang pakai Sigra ada senjata juga," kata Agam.
Situasi semakin mencekam saat tembakan mulai terdengar.
Agam menggambarkan suasana saat itu, di mana ia sempat mencari perlindungan.
"Ada terdengar beberapa kali bunyi tembakan dan mengenai ayah saya dan rekannya," ujarnya.
Setelah serangkaian tembakan, para pelaku melarikan diri dengan dua mobil.
"Saya menolong Pak Ramli, tapi ternyata ada satu korban lagi di minimarket, ternyata ayah saya sendiri yang kena tembakan di dadanya dan tangannya," kata Agam.
Kedua korban langsung dibawa ke RSUD Balaraja, tetapi sayangnya Ilyas meninggal dalam perjalanan.
Sementara itu, korban Ramli yang juga terkena tembakan kini menjalani perawatan di rumah sakit.
Dalam kasus penggelapan mobil diketahui polisi menetapkan 4 warga sipil masing-masing berinisial AS (ditangkap), IS (ditangkap), IH (DPO), dan RH (DPO).
Sementara untuk kasus penembakan yang kasusnya ditangani Puspomal.
Ada tiga anggota TNI AL yang ditetapkan sebagai tersangka yakni Sertu AA, Sertu RH, dan Kelasi BA.
Danpuspomal Laskda TNI Samista mengatakan ketiganya saat ini telah ditahan di fasilitas penahanan Puspomal.
Ketiganya juga akan menjalani proses penahanan sementara untuk proses penyidikan selama 20 hari sejak Sabtu (4/1/2025).
"Jadi anggota ini sudah ditahan di tempat kami. Dan sesuai dengan surat penahanan dari Ankum (atasan yang berhak menghukum) sudah kami terima, terhitung karena hari Sabtu yang lalu itu, anggota sebetulnya sudah kita amankan. Karena masih dalam proses lidik, kami selalu maraton lidik, masih belum kami tetapkan," kata Samista saat konferensi pers di Mako Koarmada RI Jakarta Pusat pada Senin (6/1/2025).
"Sekarang karena sudah ada tanda-tanda dengan beberapa bukti maka yang bersangkutan sudah masuk proses penyidikan dan sudah kami tetapkan (tersangka). Bukti penahanan sementara dalam hal ini 20 hari pertama sudah ditandatangani oleh Ankum terhitung sejak Sabtu," lanjut dia.
Ia menjelaskan berdasarkan hasil penyelidikan sementara pelaku penembakan yang berstatus tersangka masih punya hubungan keluarga dengan tersangka AA yang sebenarnya bertanggung jawab atas senjata api tersebut.
Pelaku penembakan, kata dia, adalah paman dari Sertu AA.
Namun, ia tidak menjelaskan secara gamblang siapa sosok oknum TNI AL yang melakukan penembakan tersebut.
Akan tetapi, secara tersirat ia menjelaskan bukan Sertu AA yang melakukan penembakan mengingat posisi AA sebagaimana yang telah tampak dalam video beredar tengah berada dalam kepungan rombongan bos rental.
"Bahkan pelaku dengan yang dikeroyok (AA) tadi itu itu adalah saudara. Jadi pelaku ini adalah pamannya AA," katanya.
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, ujar dia, pihaknya juga belum menemukan indikasi ketiga oknum TNI AL tersebut sebagai penadah atau backing sindikat penggelapan mobil sebagaimana persepsi yang terbentuk di publik.
"Apakah ini sebagai backing dari hasil lidik sementara, itu masih belum ditemukan. Apabila nanti dalam perkembangannya ada unsur-unsur yang bisa membuktikan itu, nantikan dalam proses penyidikan, ya nanti berikan waktu pada kami lakukan itu," ungkap dia.
(Tribunnews.com/ gita/ abdi/ reynas)
Tag: #fakta #baru #mobil #milik #rental #yang #tewas #ditembak #anggota #tiga #kali #dijual #dalam #hari