Jenderal Sudirman Disebut sebagai Tokoh Muhammadiyah oleh Presiden Prabowo, Ini Sosok Lengkap sang Panglima Besar   
Prajurit TNI di depan monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman di Pulau Ndana, Nusa Tenggara Timur. (Bayu Putra/JawaPos.com)
18:08
4 Desember 2024

Jenderal Sudirman Disebut sebagai Tokoh Muhammadiyah oleh Presiden Prabowo, Ini Sosok Lengkap sang Panglima Besar  

 

Presiden Prabowo Subianto membuka sidang Tanwir dan Milad ke-12 Muhammadiyah di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada hari ini, Rabu (4/12).

Dalam kesempatan itu, Prabowo memuji Muhammadiyah lantaran memiliki sejumlah kader yang memiliki nama besar. Salah satunya adalah Panglima TNI pertama, Jenderal Sudirman, yang dijadikan Prabowo sebagai tokoh inspiratif bagi dirinya.

Ketua Umum Partai Gerindra itu juga menyoroti ungkapan-ungkapan yang disampaikan oleh Jenderal Sudirman yang tak kalah dengan tokoh-tokoh besar lainnya.

Yang berarti, meski hanya sebagai Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah, Jenderal Sudirman tetap memiliki keinginan belajar yang kuat.

“Jenderal Besar Sudirman tidak pernah melewati pendidikan militer dan Sesko di manapun. Tapi dia memimpin perang kemerdekaan dan menang,” kata Prabowo, sebagaimana dilansir dari laman resmi Persyarikatan Muhammadiyah.

Ungkapan Presiden Prabowo mengenai Jenderal Sudirman tentu membuka ingatan publik soal sosok sang jenderal besar. Berikut sosoknya.

Lahir di Purbalingga

Jenderal Sudirman merupakan pahlawan Nasional Indonesia. Dia lahir pada 24 Januari 1916 di Desa Bodas, Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah. Anak dari pasangan pekerja pabrik gula Karsid Kartawiraji dan Siyem.

Sejak kecil, Sudirman diasuh oleh Raden Cokrosunaryo, seorang camat di Rembang, hingga berusia 18 tahun.

Pada 1936, Jenderal Sudirman menikah dengan Siti Alfiah, temannya semasa sekolah. Pernikahan ini dikaruniai tujuh anak, tiga putra dan empat putri.

Yakni Ahmad Tidarwono, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Taufik Effendi, Didi Praptiastuti, Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, dan Titi Wahjuti Satyaningrum.

Pendidikan Dasar di Hollandsch Inlandsche School (HIS)

Saat berusia tujuh tahun, Sudirman kecil terdaftar di sekolah pribumi Hollandsch Inlandsche School (HIS). Namun, pada tahun kelimanya bersekolah, Sudirman diminta untuk berhenti karena ejekan yang diterimanya di sekolah milik pemerintah.

Permintaan ini awalnya ditolak, tetapi akhirnya Sudirman dipindahkan ke sekolah menengah milik Taman Siswa pada tahun ketujuh.

Pada tahun kedelapan, Sudirman pindah ke Sekolah Menengah Wirotomo lantaran Sekolah Taman Siswa ditutup oleh Ordonansi Sekolah Liar karena diketahui tak terdaftar.

Sempat Aktif di Organisasi Pandu Hizbul Wathan (HW)

Saat bersekolah di Wirotomo, Sudirman dikenal sebagai anggota Perkumpulan Siswa Wirotomo, klub drama, dan kelompok musik. Bahkan, ia membantu mendirikan cabang Hizbul Wathan (HW), sebuah organisasi Kepanduan Putra milik Muhammadiyah.

Pasca lulus dari Wirotomo, Sudirman menjadi pemimpin HW cabang Cilacap. Tugasnya adalah menentukan dan merencanakan kegiatan kelompoknya.

Sudirman menekankan perlunya pendidikan agama dan bersikeras bahwa kontingen dari Cilacap harus menghadiri konferensi Muhammadiyah di seluruh Jawa.

Bahkan, dia mengajari para anggota muda HW mengenai sejarah Islam dan pentingnya moralitas. Sedangkan pada anggota yang lebih tua, ia berlakukan disiplin militer.

Bergabung dengan PETA

Pada awal 1944, setelah menjabat selama satu tahun sebagai perwakilan di dewan karesidenan yang dijalankan oleh Jepang (Syu Sangikai), Sudirman diminta untuk bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA). Saat itu, Sudirman dijadikan sebagai komandan.

Palagan Ambarawa

Peristiwa paling bersejarah dalam hidup Jenderal Sudirman adalah saat memimpin Palagan Ambarawa pada November 1945. Saat itu, Sudirman langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran dan memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan Republik Indonesia.

Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh yang semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor.

Bala bantuan pun terus mengalir dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan daerah lain, yang akhirnya membuat Indonesia berhasil mengusir tentara-tentara Inggris.

Editor: Bayu Putra

Tag:  #jenderal #sudirman #disebut #sebagai #tokoh #muhammadiyah #oleh #presiden #prabowo #sosok #lengkap #sang #panglima #besar

KOMENTAR