Bergelut dengan Sampah Plastik, Buka Lapangan Pekerjaan hingga Indonesia Lebih Indah
– Sampah jelas menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat di penjuru bumi. Dibutuhkan penanganan serius agar bumi yang kita pijak tetap lestari.
Berdasarkan beberapa informasi terkait sampah, khususnya sampah plastik pada 2024, Indonesia setidaknya menghasilkan sampah plastik mencapai 7,8 ton limbah setiap tahunnya.
Fakta ini membuat Indonesia tercatat sebagai salah satu negara paling besar dalam menyumbang limbah plastik di dunia. Praktis, dibutuhkan segala cara agar masalah ini segera teratasi.
Pemerintah pusat maupun daerah, serta badan lingkungan hidup di Tanah Air sebenarnya sudah melakukan segala upaya untuk mengatasi masalah ini.
Mulai kebijakan pemerintah, seperti target pengolahan sampah. Dalam program ini, pemerintah menetapkan target 100% sampah terkelola dengan baik dan benar mulai 2025. Target ini dapat dicapai dengan pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sampah sebesar 70%.
Selain itu, regulasi terkait pengolahan sampah juga sudah diterbitkan, seperti UU No. 18 Tahun 2008, PP No. 81 Tahun 2012, dan PP No. 27 Tahun 2020.
Pemerintah juga memiliki program spesial untuk mengatasi masalah pelik ini, seperti program ‘Indonesia Bebas Sampah 2025’.
Tak lupa, pemerintah turut mengajak masyarakat ambil bagian dalam peran mereka terkait pengolahan sampah. Peran industri selaku produsen juga dilibatkan sebagai penghasil produk, di mana mereka diharapkan menggunakan kemasan yang mudah terurai.
Semua upaya ini, mulai aksi hingga regulasi, diharapkan bisa meminimalisir sampah di Tanah Air. Dan, Indonesia bisa lepas dari masalah ini ke depannya.
Namun, sebelum keinginan itu terwujud, kita dapat memulainya dari diri sendiri. Salah satu contohnya dilakukan siswi MAN 5 Kabupaten Bogor, Hilda Aulia Aprilianti.
Siswi kelas 12 IPA4 ini melakukan hal kecil, seperti mengolah limbah sampah plastik menjadi nilai yang lebih produktif. Salah satunya menjadi paving block yang dapat diperuntukkan sebagai bahan bangunan yang berfungsi sebagai penutup atau perkerasan permukaan jalan, trotoar, taman, dan area lainnya.
Hilda sejatinya bukan melakukan aksinya untuk nilai komersil, di mana dirinya hanya coba-coba setelah melihat tutorial di Youtube. Namun, aksi ini layak mendapatkan apresiasi untuk mengurangi dampak buruk lingkungan yang disebabkan limbah plastik.
Selain upaya pembuatan paving block plastik ini dapat mengurangi limbah yang mencemari daratan maupun lautan Indonesia tercinta, aksi ini ternyata dapat membuka lapangan pekerjaan baru. Apalagi, harga dari hasil pembuatan paving block olahan limbah plastik ini cukup menggiurkan di pasaran.
Walau harga penjualan masih bervariasi, tapi paving block 1 meter persegi rata-rata dijual dikisaran Rp100.000. Nominal ini tentunya bisa menjadi nilai pemasukan bagi pelakunya.
Setidaknya, aksi yang dilakukan Hilda ini dapat menjadi motivasi bagi pemuda-pemudi lain untuk memulainya dari sekarang, di mana sampah yang biasa ‘dijauhi’ ternyata bisa menjadi nilai tambah. Bahkan, jika memungkinkan, aksi ini dapat mengatasi jumlah pengangguran di Indonesia.
Fakta ini sejalan dengan Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF). Namun, dalam kasus ini, mereka lebih memprioritaskan mengolah sampah organik, seperti sampah daun, atau sisa makanan menjadi pupuk organik.
Bahkan, pengolahan sampah yang terletak di Komplek Djarum Oasis, Kudus, Jawa Tengah, itu telah berhasil mengurai sekitar 50 ton sampah organik per hari menjadi kompos.
Dari semua yang dilakukan ini hanya memiliki satu maksud, yakni bagaimana kita memulai aksi untuk setidaknya mengurangi sampah yang masih menjadi masalah lingkungan. Selain itu, kita juga dapat memetik hasil atau pendapatan dari aksi kita bergelut dengan sampah.
Tag: #bergelut #dengan #sampah #plastik #buka #lapangan #pekerjaan #hingga #indonesia #lebih #indah