Lebih Parah Dibandingkan Perang Dingin Mega-SBY, Pertemuan Megawati-Jokowi Disebut Mustahil Terjadi
Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden Indonesia yang kelima Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo. 
21:43
14 April 2024

Lebih Parah Dibandingkan Perang Dingin Mega-SBY, Pertemuan Megawati-Jokowi Disebut Mustahil Terjadi

- Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno memprediksi pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam waktu dekat sulit terwujud.

"Titik kulminasinya adalah sikap politik yang berbeda antara Jokowi dan Megawati di Pilpres 2024. Pertemuan ini mungkin bagi Jokowi adalah suatu yang penting dalam suasana lebaran, tapi tanda-tanda alam sampai detik ini saya termasuk yang tidak yakin pertemuan ini bisa terealisasi," kata Adi Prayitno dalam wawancara di Kompas Petang, Kompas TV, Minggu (14/4/2024).

Adi menilai ada luka mendalam yang ditinggalkan efek perbedaan politik di Pilpres 2024.

Menurutnya, hal ini sangat sulit dihilangkan dan cukup membekas bagi Megawati.

"Bukan hanya kecil bagi saya ada gembok yang susah dibuka untuk melakukan pertemuan ini. Dan sangat kelihatan statemen elite PDIP mereka itu menutup pintu cukup rapat untuk tidak bertemu dengan Pak Jokowi," kata Adi.

Dirinya juga menafsirkan syarat yang disampaikan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto untuk bertemu dengan anak ranting PDIP sebelum bertemu dengan Megawati.

"Saya kira itu bentuk penolakan Secara eksplisit yang disampaikan PDIP. Karena memang kalau Megawati terbuka ketemu jokowi syarat itu tidak ada. Bertemu pengurus ranting PDIP itu bukan perkara gampang. Karena ngga semua orang bisa bertemu atau mengumpulkan ranting-ranting ini," kata Adi.

"Ini syarat yang sangat mustahil diwujudkan, kan enggak mungkin presiden berkeliling atau mengumpukan mereka. Ini syarat yang mengada-ada," tambahnya.

Dibandingkan dengan perang dingin Mega-SBY

Lebih lanjut Adi mengaku belum tahu bagaimana mencairkan hubungan Jokowi dengan Megawati.

"Saya menghitung 20 tahun lebih Megawati belum bisa bertemu dalam satu forum yang  sudah didesign dengan Pak SBY, yang saya kira persoalan politiknya tidak terlalu serius," katanya.

Diketahui, hubungan Megawati Soekarnoputri dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) seperti mengalami perang dingin selama hampir dua dekade.

Padahal, keduanya pernah sama-sama duduk dalam Kabinet Gotong Royong pada periode 2001-2004 silam.

Saat itu, Megawati yang diangkat sebagai Presiden ke-5 RI menunjuk SBY sebagai Menteri Koordinator (Menko) Bidang Politik dan Keamanan (Polkam).

Namun, setelah SBY menggantikan Megawati dari kursi presiden pada 2004, keduanya jarang bertemu dan hubungan mereka dinilai mulai renggang.

Tak mengherankan apabila publik menilai Megawati dan SBY terlibat perang dingin selama bertahun-tahun.

"Ini dengan Pak Jokowi yang kebersamaanya 23 tahun tiba-tiba pisah di tengah jalan. (Mencairkan hubungan) Ini yang belum ada jawaban, dan agak rumit dirumuskan," ujarnya.

Adi menjelaskan, bagi PDIP tak ada untungnya jika harus bertemu dengan Jokowi.

"Bagi PDIP ngga ada untungnya, di Pilpres PDIP dikalahkan, Pileg suaranya turun, jadi apalagi yang kemudian harus dipertahankan atau melakukan pertemuan yang sia-sia," ujarnya.

"Menurut saya luka hati elite PDIP sulit dicarikan obatnya entah sampai kapan, saya tidak bisa memprediksi. Tapi kalau melihat apa yang terjadi pada SBY dengan Megawati, (dengan Jokowi) ini sepertinya lukanya jauh lebih menyakitkan," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, pada momen Lebaran 2024, Jokowi tidak bersilaturahmi ke kediaman Megawati seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto mengungkapkan ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi Jokowi demi bertemu Megawati.

Satu di antaranya, Jokowi diminta menemui kader-kader PDIP pada tingkat ranting.

"Tapi dalam konteks terkait dengan Pak Jokowi, hanya anak ranting justru mengatakan 'sebentar dulu, biar bertemu dengan anak ranting dulu'," kata Hasto, ditemui di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (12/4/2024) lalu.

Hasto berujar syarat tersebut masuk akal baginya.

Pasalnya, menurutnya kader-kader PDIP adalah benteng pertama bagi Megawati dalam membesarkan PDIP.

Namun, muncul beragam respons atas pernyataan Hasto tersebut.

Sejumlah pihak menilai Hasto memepersulit Jokowi untuk bertemu Megawati.

Istana Masih Cari Waktu

Pihak Istana turut mengomentari rencana pertemuan Jokowi dan Megawati yang tak kunjung terwujud.

Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana mengatakan pihaknya masih mencari waktu yang pas untuk pertemuan Jokowi dan Megawati.

Saat ditanya soal kisaran waktu pertemuan Jokowi dan Megawati akan diselenggarakan, Ari enggan bicara banyak.

"Terkait silaturahmi (Presiden Jokowi) dengan Ibu Megawati sedang dicarikan waktu yang tepat," kata Ari Dwipayana, Sabtu (13/4/2024).

Ari tidak membantah saat ditanya kemungkinan pertemuan Jokowi dan Megawati digelar pada bulan Syawal ini.

Menurutnya, bulan Syawal adalah bulan yang paling tepat untuk menjalin silaturahmi.

Ari menambahkan, Jokowi selalu terbuka untuk bersilaturahmi dengan tokoh bangsa, termasuk Megawati.

Projo Beri Peringatan Hasto

Tanggapan berbeda disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Projo, Handoko.

Terkait sulitnya syarat untuk Jokowi menemui Megawati, Handoko langsung memberikan kritik.

Handoko berujar, tidak perlu syarat politis dalam silaturahmi Jokowi dan Megawati.

Menurutnya, silaturahmi terutama di bulan Syawal dapat memberikan banyak berkah.

“Urusan bangsa dan negara itu tidak melulu soal politik. Enggak usah pakai syarat,“ katanya hari ini, Sabtu (13/04/2024).

Handoko menegaskan, silaturahmi hanya membutuhkan niat baik dan ketulusan hati.

Tidak perlu syarat-syarat politis yang hanya akan mencederai hati rakyat.

“Menolak silaturahim bikin rakyat ilfil," tegasnya.

TKN Prabowo-Gibran: Jangan Asal Bicara

Kritik juga dilayangkan Ketua Umum relawan Prabowo Mania sekaligus anggota TKN Prabowo-Gibran, Immanuel Ebenezer alias Noel.

Menurut Noel, pernyataan Hasto jauh dari kesan dan sikap kader partai politik.

"Hasto perlu mendapatkan pengkaderan sebagai seorang kader partai politik. Dia perlu memahami bagaimana sikap seorang kader partai politik yang baik, bersikap positif dan mengutamakan persatuan bangsa. Jangan sebaliknya, tidak mampu menjaga silaturahmi di antara pemimpin bangsa," kata Noel dalam keterangannya, Sabtu.

Noel menegaskan, rencana pertemuan Jokowi dan Megawati merupakan hal penting dalam kerangka kebangsaan dan kenegaraan.

Ia menduga, Hasto hanya mengedepankan sinisme politik hingga terkesan memberi syarat khusus bagi Jokowi untuk bertemu Megawati.

"Jangan asal bicara tanpa dipikirkan atau sekedar ngomong tanpa tahu substansinya sehingga ngawur," tutur Noel.

Terlebih menurut dia, Indonesia yang merupakan bangsa majemuk membutuhkan pemimpin yang guyub dalam persatuan untuk kemajuan bangsa dan pembangunan nasional.

"Sudah saatnya, kader partai politik mengedepankan politik positif dan bukan berpikir dan bergerak destruktif untuk kepentingan pribadi dan komunitasnya," tukasnya. (*)

Editor: Wahyu Aji

Tag:  #lebih #parah #dibandingkan #perang #dingin #mega #pertemuan #megawati #jokowi #disebut #mustahil #terjadi

KOMENTAR