Nabung Niatnya Ada, tetapi Kok Selalu Gagal? Ini Cerita Gen Z
Ilustrasi menabung, mengelola keuangan. ((Shutterstock/Smile23))
16:32
16 Desember 2025

Nabung Niatnya Ada, tetapi Kok Selalu Gagal? Ini Cerita Gen Z

Ketika mendengar soal menabung, rasanya terdengar simple: sisihkan uang, tahan godaan, lalu selesai. Tapi buat banyak Gen Z, praktiknya jauh lebih ribet dari itu.

Bukan cuma karena harga-harga makin terasa “naik”, tapi juga karena pengeluaran kecil yang kelihatannya sepele justru paling sering bikin tabungan gagal terbentuk.

Dari cerita beberapa mahasiswa Gen Z, struggle-nya bukan selalu soal “gaya hidup hedon”, melainkan soal kebiasaan harian, masalah hidup yang serba dadakan, dan godaan yang datang dari lingkungan terdekat.

Suci (20 tahun), seorang mahasiswa, mengaku kesulitannya menabung bukan karena ingin hidup mewah. Ia justru sering kalah oleh kebutuhan impulsif yang tampak sepele.

“Aku lebih ke kebutuhan yang impulsif gitu sih. Misalnya susah banget nahan kalau lihat jajanan makanan,” ujar dia.

Pengalaman serupa juga dirasakan Andi Kurniawan (19).

Bedanya, ia kerap tergoda oleh hal-hal baru yang terus bermunculan, dari makanan hingga barang.

“Alasan terbesar sulit nabung itu karena ada tren. Ada yang baru aja muncul, jadi kepikiran beli,” kata Andi.

Sementara itu, Evelyn, Gen Z lainnya, melihat persoalan menabung lebih dekat dengan kebutuhan harian.

Menurut dia, uang yang diterima harus benar-benar diatur karena biaya hidup terus berjalan.

“Yang bikin susah karena kebutuhan buat sehari-hari. Kita harus pintar-pintar manfaatin uang,” ujar Evelyn.

Menariknya, pengeluaran yang paling sering menggerus tabungan justru bukan hal besar seperti liburan atau barang mahal.

Bagi Suci, jajan dan ongkos transportasi tak terduga menjadi masalah utama.

“Lebih banyak ke jajan makanan sama ongkos. Tiba-tiba naik Gojek, tiba-tiba ke mana,” kata dia.

Andi pun mengamini hal itu.

Ia menyebut pengeluaran kecil yang berulang justru lebih berbahaya daripada satu kali pengeluaran besar.

“Habis makan pasti ada aja beli ini beli itu. Cimol, gorengan, kayak gitu,” ujar Andi.

Evelyn menambahkan, nongkrong dan belanja online juga sering menggerus tabungan tanpa terasa.

“Paling makan nongkrong sama belanja di Shopee,” katanya.

Soal pengaruh media sosial, ketiganya punya sikap yang berbeda.

Suci mengaku tidak mudah terpengaruh tren viral dan selalu mempertimbangkan manfaat sebelum membeli.

“Kalau barangnya enggak ada manfaatnya, aku jarang kebeli cuma karena viral,” ujarnya.

Andi juga merasa keputusannya lebih didorong kebutuhan pribadi, bukan media sosial.

“Bukan dari iklan-iklan. Lebih ke apa yang gue butuhin,” katanya.

Evelyn mengakui sempat mengalami FOMO di masa lalu, namun kini lebih selektif.

“Kalau dulu suka ngikutin. Sekarang udah enggak sih,” ujarnya.

Meski begitu, tekanan tetap muncul dalam proses menabung.

Bagi Suci, tantangan terberat adalah menjaga konsistensi setelah membuat rencana keuangan.

“Kita udah planning, tapi tiba-tiba darurat terus. Jadi enggak konsisten sama plan awal,” katanya.

Andi menyoroti pengaruh lingkungan pertemanan. Menurutnya, berada di lingkaran yang tidak sesuai dengan kondisi finansial bisa menjadi tekanan tersendiri.

“Kalau pertemanan enggak sesuai kondisi keuangan, itu bisa nguras,” ujarnya.

Evelyn pun merasakan hal yang sama.

“Yang paling berat itu konsisten sama godaan belanja,” katanya.

Di tengah keterbatasan itu, ketiganya tetap mencoba bertahan dengan cara masing-masing.

Suci memilih memisahkan rekening tabungan agar uang tidak mudah terpakai.

“Aku nabung di rekening yang beda dan itu enggak aku apa-apain,” ujarnya.

Andi memilih cara yang lebih fleksibel tanpa target harian.

“Enggak harus nominal sama tiap hari, yang penting jalan,” katanya.

Sementara Evelyn mencoba menabung dengan menetapkan tujuan tertentu.

“Aku netapin satu barang biar nabungnya ada target,” ujarnya.

Dari cerita mereka, terlihat bahwa sulitnya Gen Z menabung bukan semata soal niat atau kedisiplinan.

Ada kebutuhan kecil yang terus muncul, tekanan lingkungan, serta realitas ekonomi yang berjalan bersamaan.

Dalam kondisi ini, menabung perlahan berubah menjadi sebuah privilege, sesuatu yang hanya bisa dilakukan ketika kebutuhan dasar sudah terpenuhi.

Namun, bagi Gen Z yang tetap berusaha menyisihkan uang di tengah keterbatasan, menabung bukan sekadar soal uang, melainkan upaya menjaga masa depan, pelan-pelan, dengan cara yang mereka bisa.

Katanya Gen-Z nggak suka baca, apalagi soal masalah yang rumit. Lewat artikel ini, Kompas.com coba bikin kamu paham dengan bahasa yang mudah.

Tag:  #nabung #niatnya #tetapi #selalu #gagal #cerita

KOMENTAR